8. PEKERJAAN

72 6 5
                                    

Haloo semuaa 🙌🏻 akhirnya Sahara comeback! Jangan lupa send your love dengan comment banyak-banyak, share ke teman-teman kalian dan follow akun wattpad dan IG sudutmataa



Selamat membaca

-*-

Sahara sudah berdiri cukup lama di depan ruangan Edgar, mungkin sudah ada lima menit ia berdiri di sana tanpa melakukan apapun selain berdiri sambil bernafas. Namun pada akhirnya Sahara memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan itu setelah membulatkan tekad.

"Masuk," titah suara barinton dari dalam ruangan.

Sahara melangkahkan dirinya masuk ke dalam sambil membawa beberapa berkas penting untuk Edgar pelajari dan ditanda tangani. "Permisi, Pak Edgar. Ada beberapa berkas penting yang harus diperiksa dan ditanda tangani, Pak."

"Taruh di meja," ucap Edgar singkat tanpa menoleh sedikit pun pada Sahara. Edgar terlihat begitu sibuk dengan tablet miliknya. "Kamu tunggu di situ sebentar."

Sahara pun menurut dan berdiri tepat di depan meja Edgar sambil memandang laki-laki dengan kacamata baca itu dalam diam. Tidak ada kalimat lain lagi yang keluar dari mulut Sahara setelah mendengar titah Edgar. Dalam diamnya Sahara memperhatikan Edgar dengan seksama.

Wajah itu adalah bagian dari ciptaan tuhan yang sebetulnya begitu ia rindukan. Namun tidak dapat dipungkiri di dalam benak Sahara tidak pernah terlintas sekali pun niat untuk muncul kembali di hadapan Edgar setelah meninggalkannya lima tahun lalu. Bertemu kembali dengan Edgar tidak ada dalam rencana hidup Sahara, apalagi sampai harus satu ruangan dengan laki-laki itu dan hanya berdua seperti sekarang.

Tuntutan pekerjaan yang membawa Sahara pada atmosfer dingin nan mencengkam bersama Edgar. Sahara butuh uang dan pekerjaan ini yang mampu memberikan apa yang ia butuhkan. Sahara tidak memiliki pilihan lain selain ikhlas dan menerima dengan lapang dada.

"Saya mau kamu mempelajari berkas ini," Edgar akhirnya mengangkat kepalanya setelah lima belas menit fokus pada kertas-kertas yang ada di dalam sebuah map biru. Map yang bukan di bawa oleh Sahara. Sekilas laki-laki itu seperti sedang mengerjai Sahara dengan membiarkannya berdiri tanpa kepastian. "Satu jam lagi kita ada meeting dan saya kasih waktu kamu setengah jam untuk mempelajari bekas-berkas ini dan menjelaskan point-point pentingnya pada saya."

Edgar menyerahkan map biru itu pada Sahara, entah apa isinya Sahara sendiri tidak tahu. Namun setelah dibuka Sahara sudah paham bahwa ini adalah data-data pemasaran yang begitu penting bagi perusahaan.

"Maaf, Pak," Sahara menatap Edgar dengan tatapan bingung. "Bukan seharusnya data-data ini dipelajari oleh Pak Edgar sendiri?"

"Lalu, apa fungsi kamu?" Edgar menyandarkan dirinya pada kursi, menatap Sahara dengan tatapan dingin. "Kamu itu sekretaris saya, pekerjaan kamu itu meringankan beban saya."

"Maaf, Pak," Sahara seketika menunduk, tak berani menatap wajah Edgar yang terlihat jenuh. "Saya tidak bermaksud—"

"Tugas saya di sini banyak bukan hanya satu. Jadi kamu tidak perlu mendikte saya. Saya tahu apa yang harus saya lakukan," sela Edgar begitu ketus dan pedas.

Dulu wajah itu selalu menenangkan Sahara setiap ia merasa gelisah. Namun sekarang wajah itu membuat Sahara gelisah. Dulu ketika mereka masih bersama, melihat Edgar yang menggunakan kacamata bacanya dengan rawut wajah serius adalah hal yang paling Sahara suka di dunia ini. Edgar terlihat menawan di matanya bahkan hingga kini.

Namun kewibawaan dan kekuasaan laki-laki itu di atas kursinya tak mampu lagi membuat Sahara mengangkat kepalanya dengan percaya diri. Apalagi setelah ia memilih untuk meninggalkan laki-laki itu. Edgar terlihat tidak suka padanya dan itu menyakitinya. Sahara bisa melihat itu dengan jelas dari pancaran rawut wajah Edgar yang begitu dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMBROGLIO : Ketika Takdir BermuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang