9. Kamu Tidak Sendirian

76 10 4
                                    

Happy Reading

"WENDYNATA!" bentak seorang guru dengan suara melengking.

"A-ah iya bu." jawab Wendy kaget. Kesadarannya seketika kembali saat jantungnya berdetak begitu cepat setelah mendengar bentakan guru ekonominya.

"Kamu ini niat ikut pelajaran saya atau tidak hah? Dari tadi saya perhatikan kamu melamun terus. Kemarin juga begitu! Kamu ini niat sekolah atau tidak? Sekarang keluar dari kelas saya!" Bentak guru itu lagi. Dan kini seisi kelas sudah benar-benar memperhatikannya. Sudah seperti tontonan gratis saja.

Wendy menghela nafas lelah. Dengan tidak rela gadis itu keluar dari kelas tanpa berniat membela dirinya. Toh ia menyadari jika ia memang melamun tadi.

Lorong didepan kelasnya kali ini sepi. Karena memang saat ini jam pelajaran kedua baru saja dimulai. Terlalu awal untuk keluar kelas bukan? Namun Wendy bisa apa. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berpikir.

Wendy mengacak-acak rambutnya frustasi. Rambut bobnya yang sejak awal sudah berantakan kini semakin berantakan. Jika saja ibunya berada disini pasti wanita itu akan mengejeknya karena kepalanya sudah seperti sarang burung.

Ketika dirasanya suasana didepan kelasnya sangat suntuk, Wendy tanpa berpikir panjang langsung melenggang pergi dari kelasnya. Kaki jenjangnya kini melangkah tanpa arah selama hampir 5 menit.

"Wendy?"

Wendy menoleh, dari arah belakang Janggala sedang membuang sesuatu memanggilnya. Remaja itu tampak jauh lebih baik dari beberapa hari sebelumnya meskipun kini ia harus menggunakan kruk sebagai penopang tubuhnya.

"Loh lu udah masuk sekolah?" Tanya Wendy basa-basi. Gadis itu pun berbalik arah, dan menghampiri Janggala.

"Iya Wen, tidak enak kalau terlalu lama membolos."

Wendy merotasikan bola matanya malas, "Anak pinter emang beda." Cibirnya.

Janggala menggeleng ribut, "Bukan begitu."

"Kaki lu masih sakit tuh. Harusnya istirahat dulu di rumah sampai sembuh." Jawab Wendy mengalihkan pembicaraan. Matanya kini menatap penuh minat pada kaki kiri Janggala yang terbalut gips.

"Kalau aku menunggu sampai kakiku sembuh, bisa-bisa aku baru masuk setelah 3 bulan Wendy." terang Janggala tidak habis pikir.

"Eh, iya juga ya." Balas Wendy malu-malu. Ia baru menyadari jika ia asal bicara.

Janggala hanya menggeleng melihat respon Wendy. Ia bisa memakluminya, sejak awal kenal kan Wendy memang begini. Namun jika dilihat-lihat sepertinya ada yang aneh dengan gadis itu.

Wajahnya yang biasa cerah tampak kusam hari ini. Selain itu kantung matanya pun agak menghitam dan juga sembab. Ditambah dengan rambutnya yang menyerupai sarang burung membuat Janggala agak khawatir dengan kondisi gadis barbar itu.

"Wen, kamu baik-baik saja?" Tanya Janggala tiba-tiba.

Wendy yang merasa tidak ada yang salah dengan dirinya pun merasa bingung. "Emang gue kenapa? Gue gapapa tuh."

"Coba lihat mukamu." Suruh Janggala sembari menyodorkan ponselnya yang membuka aplikasi kamera.

"Buset muka gue serem amat." rengek Wendy setelah melihat kondisi mukanya. Dengan buru-buru gadis itu merapikan rambutnya yang ternyata sangat berantakan dan agak kusut.

"Kamu yakin baik-baik saja Wen?" Tanya Janggala memastikan.

Kali ini Wendy tidak menjawab. Gadis itu justru tampak linglung. Netranya bergerak acak ke kanan dan kiri seperti orang kebingungan. Hal tersebut tentu saja membuat Janggala khawatir. Dengan tangan kanannya yang bebas ia merangkul bahu sempit Wendy dan mengajak gadis itu untuk duduk di kursi depan kelasnya.

Janggala Ingin Pulang [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang