Happy Reading
Cahaya matahari bersinar begitu terik pagi ini. Padahal baru pukul 9 pagi tapi sudah mulai terasa panas. Janggala yang sejak tadi menjemur tubuhnya di taman rumah sakit sudah berkali-kali mengusap keringat yang terus menetes di pelipisnya.
"Ayo masuk aja dek, udah panas begini!" ajak Hera yang sejak tadi sudah menemani Janggala. Tubuhnya tidak kalah berkeringat daripada Janggala, justru kemeja yang ia gunakan sudah basah di beberapa bagian.
"Kakak kalau mau berangkat kuliah sekarang, berangkat saja. Aku bisa ke kamar sendiri kok." jawab Janggala merasa tidak enak karena sudah hampir 4 hari ini Hera dengan sukarela menawarkan diri untuk menjaganya saat Marko tidak ada.
"Ih jangan lahh. Kakak udah janji sama Marko buat jagain kamu. Masa ditinggal gitu aja."
"Kan kakak memang ada keperluan. Nanti kalau kak Marko marah-marah bilang saja Janggala yang suruh. Supaya kakak tidak dimarahi kak Marko." jawab Janggala memberi solusi.
"Mana bisa begitu?!" balas Hera heran. Gadis itu sudah berkali-kali dibuat geleng-geleng kepala oleh Janggala. Anak itu terlalu sering mengumpankan dirinya dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain di atas dirinya sendiri.
"Bisa kak! Sudah kakak berangkat kuliah saja! Ya?" usir Janggala halus sembari mengatupkan tangannya tanda memohon.
Hera cemberut, akhirnya gadis itu luluh juga dengan wajah manis Janggala. "Yaudah kakak berangkat. Tapi nanti kalau Marko marah-marah bilang ke kakak ya? Adik kecil kakak ini ga boleh dimarahin!"
"Iya kak Hera. Hati-hati di jalan kak."
"Iyaa, dadah Janggala." jawab Hera sembari melambaikan tangan.
Setelah kepergian Hera, Janggala kembali merasa sepi. Remaja itu menggigit bibirnya yang terasa kering. Ia bingung mau melakukan apa. Buku tidak ada, ponselnya pun hancur karena kecelakaan 4 hari yang lalu. Lantas apa yang bisa ia kerjakan jika sudah seperti ini?
"Aduh!" pekik Janggala refleks saat ada sebuah bola yang tiba-tiba saja menghantam kepalanya. Mana tepat pada bagian dahinya yang terluka pula.
"AAAAA!" teriak seorang balita dengan suara melengking. Balita laki-laki itu dengan langkah tertatih berlari menghampiri bola yang dibawa Janggala.
"RAFFI IH! Udah dibilangin jangan dilempar jauh-jauh, kena orang kan!" omel seorang gadis yang mengejar balita bernama Raffi itu.
"Wendy?!" panggil Janggala terkejut.
"JANGGALA?!" jawab Wendy bersamaan.
"Raffii! Minta maaf dulu sama kakaknya! Kepalanya lagi sakit itu loh, malah kamu lemparin bola!" suruh Wendy yang membuat bocah yang dipanggil Raffi merengut.
"Kakaa, maap." pinta Raffi malu-malu, tatapannya tidak terlepas dari bolanya yang dibawa Janggala.
"Iya, tidak apa-apa." jawab Janggala lembut.
"Jadi tiga hari ini lu ga masuk tuh gara-gara kecelakaan?" tanya Wendy sembari duduk di kursi disebelah Janggala. Tidak lupa ia memangku Raffi yang sudah hendak kembali berlari.
Janggala mengangguk sebagai jawaban, namun sepertinya ada sesuatu yang janggal. "Kamu tahu darimana aku tidak masuk?" Nah, ini yang janggal.
Wendy gelagapan, sudah seperti maling yang tertangkap basah, "Anu, gue ga liat lu sama sekali." jawabnya beralasan.
Alis Janggala mengerut, menurutnya jawaban Wendy tidak masuk akal karena ia memang jarang sekali keluar dari kelasnya. "Kan memang aku tidak pernah kemana-mana. Kita bertemu waktu itu kebetulan karena aku tidak ada kegiatan di kelas." jelasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/349216117-288-k76801.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Janggala Ingin Pulang [Park Jisung]
Fanfiction"Dunia itu tidak pernah adil. Anak semanis ini harus menanggung tuntutan seberat itu. Apa salahnya? Bahkan dia tidak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia fana ini. Kamu yang memintanya untuk hadir." "Aku tidak pernah menginginkan anak cacat sepe...