10

457 35 0
                                    

"Selidiki"

.
.
.
.

Arfan bocah satu itu di larang untuk pergi sekolah sementara waktu, entah kenapa Denzel takut kejadian itu terulang lagi.

Dan karena gabut, anak itu sudah berada di taman belakang, berdiam diri dengan cemilan dan susu hangat nya.

Di temani oleh Rani "bibi, kalau belut listrik, dapat listrik nya darimana? " Tanya Arfan yg membuat Rani terdiam.

Rani menatap horor ke arah bodyguard yg berjaga, hey dia juga tidak tahu alasannya!

Prang

Bugh

Suara barang jatuh membuat Arfan tersentak kecil, anak itu langsung berdiri dan masuk kedalam mansion.

Terlihat keluarga nya sedang berada disana, termasuk Naya.

"Angkasa! Kenapa kau melakukan itu pada adikmu? " Dingin Denzel penuh pemakanan.

Angkasa mengeriyit heran, dia baru saja datang. Ayah dan kakak nya langsung memukul nya? Sebenarnya ada apa?

Elliot melempar beberapa kertas tepat di wajah Angkasa, pemuda itu sedikit terkejut apalagi saat kertas itu mulai berjatuhan ke lantai terlihat jelas gambar seorang pemuda dengan beberapa orang berbaju hitam

"Kenapa kau ingin membunuh Arfan? Atau kah karena warisan? Agar warisan opa dan oma itu turun ke tanganmu? Jalanmu salah kasa! KAU TIDAK TAU DIRI ANGKASA! " Bentak Elliot.

Sedangkan Angkasa mematung di tempat, "kak udah, itu pasti bukan kak kasa. Kak kasa itu baik tidak mungkin dia ingin membunuh adiknya" Ucap Naya lembut menenangkan Elliot.

"Diamlah Naya, dan pergilah ke kamarmu!! " Elliot menatap tajam gadis itu, membuat tubuh Naya gemetar.

Denzel menatap seorang maid menyuruh maid itu untuk membawa Naya ke kamarnya.

"Apa benar? Kau merencanakan pembunuhan itu karena warisan? " Kini Denzel kembali bertanya dengan intonasi dingin dan datarnya.

Angkasa tak menjawab anak itu malah terdiam dengan kaku.

Karena itu memah dia! Di foto itu memang lah dirinya.....

Tapi.....

"Keterdiamanmu meyakinkan semuanya Angkasa, mulai sekarang kau angkat kaki dari sini! Daddy masih berbaik hati karena tidak membunuhmu! " Setelah mengatakan itu Denzel perhi di ikuti oleh Elliot ke lantai atas.

Angkasa tersenyum kecut, dia beralih melirik ke arah dapur, dimana Arfan berdiri tidak jauh disana.

Terlihat mata anak itu berkaca kaca, Rani yg sadar langsung memeluk tuan kecilnya itu. Tangan Angkasa terangkat dia menyentil angin, seolah-olah sedang menyentil kening adiknya, dan dengan reflek Arfan memegang kening nya.

Tanpa sepatah kata lagi, Angkasa langsung pergi dari mansion itu dengan menggunakan motornya.

"Kenapa dia pergi? " Tanya Arfan pada Rani.

Rani terdiam dia langsung memeluk tubuh Arfan "bi, kasa gk salah.... Kenapa daddy dan bang El mengusirnya? "

Rani semakin memeluk tubuh Arfan "den kasa ingin melukai anda tuan, karena itu tuan besar mengusir den kasa sebagai hukumannya" Bisik Rani.

Arfan menggeleng kan Kepala nya, tidak! Tidak mungkin!

Anak itu melepas kasar pelukan Rani, dia beralih ke ruang tamu, dimana kejadian pengusiran itu terjadi.

"Sialan! Kenapa tidak ada yg menghentikan dia! HENTIKAN DIA! DIA JANGAN PERGI! " Teriak Arfan.

Mata anak itu memerah, dan terus berteriak hentikan dia, para bodyguard tau siapa yg dimaksud tuan kecilnya.

Arfan Sayang AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang