16

345 28 1
                                    

"Sialan mereka lepas" Teriak Reyhan prustasi, apalagi milik nya yg sudah tidak bisa di kondisikan.

"Cepat kejar bodoh! " Umpat lex yg geram dengan Reyhan yg hanya diam saja.

.
.
.

"Gue tau dimana lokasi mereka" Heboh Dimas yg mengalihkan atensi mereka semua yg sedang fokus dengan layar HP mereka.

Devan yg mendengar itu juga langsung menghampiri Dimas dan bertanya "dimana?"

"Di hutan kota sebelah"

"Siapkan pasukan kita pergi kesana" Mereka semua mengangguk mendengar intruksi dari Devan.

"20 orng ikut dengan kita sisa nya diam di markas, Dimas siapkan semua gue takut akan ada kejadian yg besar, tetaplah disini dan pantau situasi disana. " Intruksi dari Ares langsung membuat mereka kembali mengangguk.

"Gue bakal pantau di markas, dan gua juga akan siapkan ambulance untuk situasi genting" Ucap Dimas yg berubah menjadi dingin.

Ares menepuk pundak Dimas dan tersenyum tipis, akhirnya mereka semua keluar mengikuti langkah lebar Devan.

.
.

"Dad aku menemukan keberadaan baby" Ucapan dari Elliot mengalihkan atensi sang daddy dan Nevan dkk.

"Ayok kita ke sanah"

.
.

"Biarkan saya pergi! " Tegas Ressa, dia kesal dengan Deka yg terus melarangnya untuk pergi.

"Kau perlu istirahat laura" Ucap deka lembut dia masih menahan tangan Ressa supaya wanita itu tidak pergi.

"Gk! Biarin saya pergi dan menyelamatkan keponakan saya! "

"DIAMLAH LAURA! " Bentak deka dan benar saja Ressa langsung terdiam dan menatap  tajam ke arah Deka.

"Tetap disini biar anak anak yg pergi kesana! Lebih baik kau menemani Davon!" Ucap Deka tegas.

Laura mendengus kasar, tapi tak lama pintu ruangan terbuka dan terlihat seorang suster yg datang "tuan, nyonya maaf mengganggu tai tuan muda Davon terbangun dan mencari tuan muda Devan" Ucap suster itu.

"Hn pergilah saya akan kesana" Dingin Deka, suster itu mengangguk dan pergi begitu saja.

Sekarang tatapan Deka kembali beralih pada Ressa, "kau dengarkan? Davon mencari Devan, Devan sedang pergi bagaimana kalau Davon tau kalau Devan pergi dia pasti akan sangat khawatir? Apa kau tidak khawatir dengan kondisi nya yg semakin memburuk? "

Ressa terdiam dia mendesis pelan, wanita itu turun dari ranjangnya dan keluar dari ruangan itu.

Deka tersenyum miring melihat itu, "sayang, apa aku harus kembali dengan Ressa sahabat mu itu? Dia terlihat lucu"

.
.

Angkasa berhnti di sebuah Goa, bertepatan dengan Arfan yg mulai membuka matanya, senyum terbit di wajah Angkasa yg melihat adik nya sudah bangun.

"Kasa" Panggil Arfan lirih, wajah Angkasa yg awalnya berbinar kembali redup mendengar panggilan dari adik nya ini.

"Ini dimana? " Tanya Arfan lagi, Angkasa menangkup pipi adik nya dengan ke dua tangannya.

"Dengerin abang, adek sayang abang kan? "

Arfan mengangguk dan itu membuat Angkasa kembali tersenyum cerah.

"Diam disini dan bersembunyi okey, jangan keluar sama sekali walau adek ngedenger suara kakak maupun siapapun kecuali adek udah ngedenger suara lonceng adek baru boleh keluar" Jelas Angkasa yg membuat arfan sedikit heran.

"Kenapa? "

"Patuhi saja perintah abang! Adek saya abang kan? "

"Huem adek sayang kasa"

"No! Bukan kasa tapi abang! "

"Arfan sayang abang"

Cup

Angkasa mengecup lamar kening adik nya, seolah tidak ingin lepas. Arfan hanya diam saja, jujur saja kaki nya sangat lemas tidak merasakan apapun.

Di dalam goa, terdapat batu besar dan disana ada lubang yg untung nya cukup untuk tubuh Arfan.

Angkasa menutup nya kembali dengan beberapa daun, dia keluar dari goa itu meninggalkan Arfan sendiri dengan kegelapan

"Apa ini? Kenapa terasa sakit? Kenapa seperti ada hal yg akan menghilang? Apakah ini yg namanya perasaan lantas kenapa aku kembali memeliki yg namanya perasaan? " Batin Arfan, dia mengintip dari sedikit celah.

Mengintip kepergian kakak nya, "abang, jangan pergi..... Arfan sayang abang" Entah kenapa kata kata itu hanya bisa di bayangkan saja oleh Arfan tanpa bisa bicara nya.

.
.
.

Angkasa terus berlari, apalagi saat mendengar beberapa langkah kaki mulai terdengar.

"Sial kenapa harus sekarang? " Batin Angkasa saat dada nya mulai terasa sakit.

Ingin sekali Angkasa menangis saat ini, tapi dia harus bisa pergi dan keluar dari hutan ini, Angkasa yakin adik nya pasti akan selamat. Keluarga nya dan geng BD pasti akan menyelamatkan adik tersayang nya itu.

"Kau akan pergi kemana Angkasa! " Suara Reyhan terdengar di pendengaran Angkasa, pemuda itu menghentikan langkah kakinya saat melihat anak geng dragon sudah mengepung nya

"Sialan" Umpat Angkasa, pemuda itu mengatur nafasnya yg sangat sesak saat ini "gue mohon jangan sekarang".

" Mau lo apa sebenarnya! "Desis Angkasa yg kini menatap tajam ke arah Reyhan, Reyhan terkekeh melihat tatapan tajam itu.

" Pertama ini hanya karena misi jalang itu, lumayan dengan uang yg dia tawarkan dan juga tubuhnya"

Reyhan menjeda kalimat nya dan menatap Angkasa dari atas sampai bawah, jangan lupakan kancing baju Angkasa yg terbuka membuat perut putih itu terekspos

"Sialan lo! "

"Hey, kau sudah kalah Angkasa. Lihat lah kau yg sudah terkepung. Nasib nu sangat buruk nya, di keluar kan dari geng nya dan sekarang malah akan menjalang?"

Angkasa mengepalkan tangan nya "ah iya, gue sampai lupa. Adik lu akan segera gue temui supaya gye cepat dapat uang itu"

Angkasa semakin geram dan marah mendengar ucapan Reyhan, saat Angkasa akan melayangkan tinjunya dengan cepat Reyhan menangkap tangan Angkasa dan menarik Angkasa kedalam dekapan nya.

"Heh lihat lah, anggota BD masa lemah seperti itu" Ejek salah satu anggota dragon yg mampu mengundang tawa anggota lainnya.

Angkasa berusaha berontak, tapi tenaga Reyhan cukup kuat, apalagi saat ini tubuh nya yg mulai melemah.

Reyhan mencium leher Angkasa "hiks.... Evan tolong gue" Lirih Angkasa yg hanya bisa menahan suara laknat yg ingin keluar dari mulutnya.

Saat, mulut Reyhan akan menempel pada mulut Angkasa, tendangan keras dari arah belakang mengagetkan Reyhan membuat dekapan kuat itu terlepas.

"Sialan" Umpat Reyhan, dia membalikkan badannya ternyata yg menendangnya adalah Ares.

Devan yg melihat keadaan Angkasa segera menghampiri nya, air mata devan lolos saat melihat tanda merah yg berada di leher Angkasa.

"E.... Evan" Lirih Angkasa, tangan pemuda itu berusaha menggapai wajah devan, hanya ingin memastikan ini bukan lah mimpi.

Devan meraih tangan Angkasa "hiks iyaaa.... Ini evan kasa..... Maaf evan lama nyelamatin kasa nya"

Angkasa tersenyum dia mengangguk pelan "Devan, cepat bawa Angkasa pergi biar gue dan yang lain urus sisanya" Suara Ares terdengar.

Devan beralih menatap sekitar dimana sudah terdapat perkelahian cukup besar, Devan mengangguk dia membawa Angkasa kedalam gendongan bridal nya.

"Kasa jangan tinggalin evan, evan mohon.... Hiks... Kalau Avon tau dia pasti bakal marah sama evan..... "




.
.
.
.

.
.

Arfan Sayang AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang