17

276 20 0
                                    

"Kenapa jadi kayak gini? "

Triiing

Suara lonceng terdengar di pendengaran Arfan, anak itu yg masih mengingat perkataan Angkasa langsung keluar dari tempat persembunyian nya

"Baby" Pekik Nevan, pemuda itu langsung berlari dan memeluk tubuh Arfan, atensi pun seketika menyorot ke arah mereka.

"Sayang" Denzel dan Elliot langsung menghampiri Arfan, wajah Elliot seketika memerah saat melihat ada bekas tanda di leher sang adik dan jangan lupakan baju adik nya yg sedikit robek di bagian atas

"Hentikan drama kalian, lebih baik kita keluar sekarang" Kesal Deka.

Iya Deka, atas paksaan dari Ressa, lelaki itu membantu Denzel dalam pencarian Arfan.

Denzel mendengus kesal, pria yg sekarang menjadi duda itu membawa anak bungsu nya kedalam gendongan koala nya lalu pergi di ikuti yg lain, minus Deka yg masih diam disana.

"Ikutlah bersama adikku untuk pencarian Arfan, tapi aku minta temukan juga Angkasa, aku janji akan menunggu disini bersama davon"

Perkataan Ressa masih dia ingat "Angkasa? Kemana anak itu? Apa dia mati? "

.
.

"Aunty" Dua suara anak kecil yg menyambut kedatangan wanita cantik yg di panggil aunty.

"Hey boy, kemana papah kalian? " Tanya wanita cantik itu

"Kemalin malam papah endak pulang" Jawab anak yg lebih muda atau Davon kecil yg saat itu berumur 4 tahun.

Wanita yg tak lain adalah Ressa tersenyum kecut mendengar ucapan bocah di hadapannya ini.

"Aunty siapa dia? " Tanya Devan melirik ke arah bocah yg sembunyi di belakang tubuh Ressa

"Namanya Al, bermainlah aunty akan menyiapkan makanan untuk kalian"

Devan dengan semangat menarik tangan Al untuk bermain di ruang bermain mereka, di ikuti oleh davon

"Hay Al aku evan"

"Dan aku Avon"

.
.

Kenangan yg indah pertama kali mereka bertemu dan berteman, Devan menangis saat ini.

Dimas yg menemani Devan sampai terdiam, baru pertama kalinya melihat sang ketua yg terpuruk seperti ini.

Dimas tau, hanya 2 orang yg bisa membuat Devan terpuruk, dan kini dua orang itu sedang dalam masa kritis mereka.

Suara langkah kaki terdengar, devan dan juga Dimas menoleh ke arah orang yg baru saja datang itu

"Evan" Panggil wanita itu lirih

Devan langsung berlari dan memelui wanita itu, tangis nya kembali pecah di dalam pelukan wanita itu

"Hiks.... Evan gagal. Evan gagal jaga mereka" Isak Devan, Ressa yg mendengar itu ikut sakit.

Disaat seperti ini dua pelita yg sangat dia sayangi harus berada dalam ruangan serba putih ini.

"Aunty, bagaimana ini hiks.... Avon membutuhkan donor hati sekarang hiks.... Dan Al membutuhkan donor jantung" Lirih Devan

Tangan Ressa terangkat untuk mengelus surai Devan, "aunty akan berusaha mencari donor untuk mereka, kau tenang lah hm... Lebih baik sekarang Evan mandi dan ganti baju, biar aunty yg jaga Avon sama Al"

Dengan segala bujukan, akhirnya Devan pulang. Dia tidak sendiri tapi di temani oleh Dimas, Dimas takut terjadi sesuatu nanti di jalan, karena itu dia memilih mengikuti Devan.

Tak lama kepergian mereka, datang Deka dengan raut wajah datarnya, tapi berubah menjadi lebih hangat.

"Res" Panggil Deka lembut.

"Bagaimana keadaan baby? " Tanya Ressa, tatapan wanita itu yg tertuju keruangan ICU.

"Dia baik baik saja, lalu bagaimana keadaan Angkasa? Apa Devan berhasil menemukan nya? " Deka balik bertanya.

Ressa hanya terdiam, dia memandang kosong ke ruangan ICU itu, tanpa sadar air mata nya jatuh begitu saja

Dia tidak bisa menahan tangis nya saat ini, ini terasa sakit.

Pandangan Ressa buram dan tak lama tubuh itu limbung ke belakang untungnya dengan sigap Deka menangkap tubuh itu, bersamaan dengan dokter yg keluar dari ruang ICU.

"Keluarga pasien? "

"Saya pamannya" Ucap Deka, dia membawa tubuh Ressa ke dalam pelukannya.

"Tuan, kondisi pasien kritis kita butuh donor jantung secepatnya"

"Lakukan yg terbaik, saya akan mencari secepatnya" Setelah mengatakan itu, Deka membawa tubuh Ressa kedalam gendongan bridal nya.

Dia akan menidurkan Ressa di ruangan Davon. saat Deka memasuki ruangan Davon pemuda itu menatap Deka dengan tatapan dinginnya.

"Ini semua salah papah" Ucapan Davon membuat Deka terdiam, Deka menidurkan Ressa di sofa yg berada di ruangan itu lalu berjalan mendekati brankar Davon.

"Maafkan papah, papah tidak tahu akan jadi seperti ini" Sesal Deka.

Padahal niat pertama Deka hanya ingin membuat keluarga itu bangkrut, tapi dia menyesalinya sekarang melihat wanita yg di cintai nya ikut tersiksa.

Jujur saja Deka menikahi istri Denzel hanya ingin menghancurkan keluarga itu saja, dan mengambil kembali Ressa.

Ressa, sahabat dari istri nya Deka. Dulu sang istri menitipkan anak anak nya pada Ressa sebelum meninggal.

Saat ibu dari anak anak meninggal si kembar menjadi tanggung jawab Ressa, entah datang darimana rasa cinta itu.

Tapi iri, dan dendam kepada keluarga Argyros menutup mata Deka, apalagi saat tolakan yg di lakukan Denzel saat Deka melamar Ressa.

"Maaf" Lirih Deka sekali lagi, Davon memalingkan wajah nya tidak ingin bersi tatap dengan sang ayah.

Dia marah, dia kecewa, dan malu telah melukai seseorang yg sangat dia sayang.

Hanya karena dendam dan iri.

.
.
.

Di sebuah kamar yg terlihat indah, seorang pemuda memandang kosong ke arah depan.

Pipi tembamnya sudah di penuhi jejak air mata, mata yg sudah lama tidak mengeluarkan air mata itu kini mengeluarkan air matanya.

Sialan, kenapa perasaan ini kembali hadir? Perasaan yg membuat nya selalu tersiksa. Karena itu leonard benci sebuah perasaan.

"Hiks... Kasa... Hiks" Tangis nya mulai terdengar, dia menyembunyikan wajahnya di lipatan lututnya.

Angkasa pemuda yg berhasil meluluhkan perasaan seorang leonard Arfan.

"Baji**an, kenapa rasa nya sakit" Lirih nya.

Terdengar suara ketukan dari luar "dek buka yuk, jangan bikin kita khawatir" Terdengar suara Elliot yg begitu lembut.

"Vier buka ya, abang janji gk bakal tinggali adek" Sekarang suara Nevan terdengar

"Baby, ini daddy sayang buka ya pintu nya daddy khawatir sayang"

Arfan sama sekali tidak menjawab, dia hanya memandang pintu coklat itu dengan matanya yg memerah.

"Kasa...... "

.
.
.
.

Arfan Sayang AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang