14

341 28 1
                                    

Ressa membuka sebuah pintu kamar yg beberapa hari ini sudah tidak di tinggali lagi.

Terlihat kamar itu masih berantakan, botol obat tergeletak di bawah. Terlihat dalam botol itu tidak ada obat sama sekali.

Ressa mengambil botol itu dan memandang nya dengan sendu, ada rasa takut di hatinya, takut akan kehilangan keluarga dari kehidupan nya.

Ressa duduk di pinggiran kasur, dia mengambil sebuah boneka beruang coklat lalu memeluknya.

"Aunty akan segera bertemu denganmu, dan membawamu pergi jauh. Aunty janji kasa juga janji gk bakal tinggali aunty kan? " Entah Ressa berbicara itu pada siapa.

Tapi mata nya terus menyorot pada boneka di dekapannya "kasa, setelah ujian berakhir, kasa harus ikut pergi bersama aunty! "

Sering telepon terdengar, Ressa mengangkat telepon tersebut "ada apa? " Tanya Ressa yg berubah menjadi dingin.

"Maaf nyonya tapi lelaki itu bunuh diri"

"SIALAN BAGAIMANA BISA! kalian semua tidak becus! Saya tidak mau tau, kalian harus mendapatkan pendonor jantung yg cocok untuk keponakan ku! "

.
.
.

"Kita ngapain disini? " Tanya Arfan heran, pasalnya dia tiba-tiba di jemput oleh Nevan dkk.

Dan sekarang sedang berada di pantai, melihat pemandangan depan yg sangat indah.

Tempat itu sudah disiapkan khusus oleh Nevan dkk untuk Arfan "ini permintaan maaf kita karena akhir akhir ini sibuk dan tidak bisa nemenin kamu" Ucap Nevan jujur.

Arfan terkekeh kecil, hati nya menghangat mendengar itu. Tapi tak lama dia terdiam.

Perasaan hangat ini membuat nya terdiam, sudah lama dia tidak merasakan perasaan seperti ini.

Ah, Arfan melupakan satu fakta.

Ini bukan tubuhnya!

Ini tubuh Navier Arfan bukan tubuh Leonardo Arfan, tubuh ini masih lah mempunyai perasaan.

"Ada apa? Apa ada yg sakit? " Tanya Arka khawatir saat melihat raut wajah Arfan yg tiba-tiba berubah.

"Tidak ada, lagian seminggu kemarin kan kalian sibuk dengan ujian jadi vier ngerti kok" Ucap Arfan pelan.

Nevan tersenyum, dia mengelus lembut surai Arfan, "baiklah mari bersenang-senang"

.
.
.

"Maaf al, gue gk bisa bantu lu sekarang..... Davon masuk rumah sakit"

Pesan itu masuk ke dalam HP Angkasa, Angkasa terdiam dan kembali duduk di meja taman.

Dia baru saja pulang bekerja, lelah yg dia rasakan. Setelah pulang dari ujian terakhirnya dia harus langsung bekerja.

Dan sialnya motornya sedang bermasalah, membuatnya tidak bisa pulang dan berakhir minta bantuan devan.

Tapi devan sepertinya sibuk.

Seorang wanita memeluk Angkasa, membuat sang empu tersentak kecil.

Awalnya Angkasa akan berontak, tapi dia mengenal bau parfum ini, walau sudah lama tidak bertemu.

Pada akhirnya Angkasa membalas pelukan itu "aunty kasa tidak apa apa jangan menangis" Bisik Angkasa.

"Maaf, hiks.... Pendonor nya malah batalin dan bunuh diri" Tangis wanita yg tak lain adalah Ressa.

Angkasa tersenyum hangat dan pundak Ressa "aunty tenang aja, kasa tidak apa apa kasa baik baik saja"

Ressa melepaskan pelukan itu dan menggelengkan kepalanya pelan, wanita itu tau bahwa pemuda di hadapan nya ini berbohong.

Tangan Angkasa terangkat untuk membersihkan air mata yg turun ke pipi aunty nya.

"Aunty, jangan nangis nanti cantik nya hilang. Kasa gak mau punya aunty jelek" Ucap Angkasa lembut.

Ressa menghapus jejak air matanya, dia menatap sendi pada Angkasa "kamu makan yg bener kan setelah keluar dari mansion? " Tanya Ressa setelah tenang.

Angkasa mengangguk "kasa makan dengan baik, kasa juga minum obat dan selalu cek up dengan rutin, aunty gk perlu khawatir"

"Kasa dengar aunty bakal rilisin produk terbaru, lalu kenapa aunty disini? "

Ressa tersenyum dia duduk di bangku dkat Angkasa "apa aunty tidk boleh menemui keponakan aunty hm? "

Angkasa terkekeh kecil, dia senang aunty nya ini selalu memberikan waktu untuk keluarga nya.

"Kau cerewet seperti ayah" Kesal Ressa.

"Kan kasa cucu nya opa, pastilah sama" Sombong Angkasa.

"Ah iya aunty punya sesuatu buat kasa tunggu disini" Ressa berdiri dan berjalan ke arah mobil.

Setelah mengambil sebuah kotak di dalam mobil, Ressa terdiam saat melihat 4 motor tergeletak begitu saja dengan 4 orang terluka parah, dan satu orang yg sangat di kenal oleh Ressa di bawa oleh mobil hitam.

"Sial! " Umpat Ressa, wanita itu berlari mendekati para pemuda tadi "kalian tidak apa apa? " Tanya Ressa khawatir pasalnya saat ini taman ini sangat sepi.

"Sialan! Balikin Arfan! " Marah Nevan, anak itu berusaha berdiri walau kaki nya terasa sakit.

Setelah mereka pulang dari pantai, mereka di ikuti oleh seseorang dan  lihatlah sekarang, Arfan berhasil di culik.

"Apa jangan jangan ini ulah Angkasa" Geram arshen yg membuat atensi Ressa teralihkan.

Ah, membicarakan Angkasa dia ingat akan keponakan nya itu, Ressa berlari ke arah tempat dimana dia dan Angkasa berbincang tadi.

Kosong.

Angkasa tidak ada disana, hanya ada kartu pengenal kerja saja.

"Sialan" Umpat Ressa, dia mengambil HP nya dan menelepon Denzel.

"Cih bisa kah kau tidak menganggu ku kak? "

"Diamlah bodoh, Arfan di culik! Dan kau jangan sampai anak bernama Naya itu terlepas dari jangkauan kalian" Ucap Ressa penuh penekanan

"Sedari kemarin Naya sudah tidak ada di mansion! Dan apa maksud mu kak! Tidak mungkin baby di culik"

"Cepat cari baby! "

Setelah mengatakan itu, Ressa mematikan telepon nya secara sepihak "dia melarang rakus akan harta, tidak kusangka mereka akan cepat untuk menghancurkan dan membunuh para ahli waris"

"Ayah hartamu membuat ke dua cucumu menjadi korban"

.
.

.

Arfan Sayang AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang