13

349 29 1
                                    

2 motor sport berhenti di depan rumah yg terlihat sederhana, walau sederhana terlihat sangat indah dengan bunga bunga yg ada di sekitar rumah.

Disana terlihat ada sebuah pohon mangga, Nevan tertegun melihat pohon mangga itu. Sekilas kenangan melewati begitu saja.

"Ayo masuk biar gue obati luka lu" Ucap pemuda yg tadi memberhentikan tauran.

Nevan mengangguk dan mengikuti langkah pemuda itu masuk kedalam, sedangkan devan yg memang mengikuti mereka mendengus kesal.

Dia berjalan dengan kaki nya di hentakan, "duduk disana" Ucap pemuda itu lagi, ah jangan lupakan dia belum membuka helmnya.

Pemuda tadi masuk ke dalam sebuah kamar di ikuti oleh devan yg sempat menatap tajam ke arah nevan.

"Al, kenapa harus bawa dia kesini sih! Padahal gue juga terluka tapi lu acuh sama gue"

Pemuda yg di panggil Al itu hanya acuh, dia membuka helmnya dan jaket nya, lalu dia memakai masker wajah.

Tidak mungkin dia menunjukkan wajahnya di hadapan Nevan.

Kalian pasti tau.....

"Al, dengerin gue"

Rengek devan, Al atau Angkasa masih tetap acuh dia mengambil kotak p3k yg tersimpan apik di meja belajar nya.

Angkasa kembali berjalan keluar dari kamarnya, meninggalkan devan dengan kekesalannya.

"Al! Lu kok jadi gitu sih! "

"Al! "

"Al! "

Nevan menoleh pada devan yg sedari tadi memanggil Angkasa, sedangkan Angkasa sendiri hanya acuh dan mulai mengobati luka Nevan.

"Al, okey gue yg salah.... Tapi jangan acuh ini gue Al" Rengek devan.

Angkasa menoleh sebentar lalu melanjutkan aktifitas nya "Al, liat bukan dia aja loh yg terluka gue juga luka, Al lu tega banget sih Al...... "

"Siapa nama lu? " Tanya Nevan.

"Panggil saja Al" Jawab Angkasa yg masih telaten dengan luka di wajah Nevan.

"Lu kenal dia? Kenapa dia sangat berisik? " Celetuk Nevan terdengar seperti menyindir.

"Entahlah, biarin aja nanti juga diam sendiri" Acuh Angkasa yg membuat Devan langsung terdiam.

Anak itu berjongkok dan memeluk lututnya, yg membuat Nevan melongo.

Hey dia baru tau, ketua geng yg suka membubarkan geng lain, yg katanya kejam sekarang menangis hanya karena pemuda di hadapannya mengacuhkan nya?

Oh ada apa ini? Siapa pemuda di hadapan nya ini?

Angkasa menghela nafas jengah melihat kelakuan ajaib Devan, "evan ke kamar. Nanti gue obati luka lo setelah ini" Ucap Angkasa.

Devan mendongak dengan mata merahnya "benar? Al gak acuhin evan lagi kan? Al hiks... Maafin evan, evan janji gk bakal tauran tanpa sebab lagi, hiks... Maafin evan"

"Iyaaa, Al maafin evan. Sekarang evan masuk ke kamar ya"

Devan mengangguk, dia berdiri dan berjalan ke kamar dengan lesu, Angkasa kembali mengobati luka Nevan.

"Dia devan? " Tanya Nevan tidak percaya.

"Seperti yg lu liat"

Nevan terkekeh kecil, dia tidak percaya dengan mood devan yg gampang berubah begitu saja, apalagi karena pemuda di depannya ini.

.
.
.

Keesokan harinya, hari yg membuat anak anak kelas 12 frustasi...

Yaitu hari ujian, dan karena kelas 12 ujian, para adik kelasnya libur. Seperti kini dengan keluarga Arfan.

Dengan Naya yg bermanja pada Denzel sedangkan Arfan yg sibuk dengan cemilan di hadapan nya dan TV yg menayangkan film kartun si burung hantu berwarna pink.

Tidak ada raut wajah tersenyum saat menonton TV, hanya datar sedangkan Naya terkadang tertawa apalagi saat melihat burung hantu pink itu terus tersiksa.

"Hihihi, dad lihatlah burung hantu nya sangat lucu" Ucap Naya yg kini nemeluk Denzel.

Denzel hanya berdeham, dia mengelus surai Naya dengan lembut

Tap

Tap

Tap

Suara derap langkah mengalihkan atensi mereka, minus Arfan yg sangat sibuk itu.

Mata Naya berbinar saat melihat siapa orang yg baru saja datang itu, berbeda dengan Elliot dan Denzel yg memasang wajah suramnya.

"Kenapa aunty datang kesini? " Tanya Elliot terdengar sinis, dia tidak suka wanita dihadapan nya. Yg sialnya berstatus sebagai kakak dari sang daddy.

"Oh apakah aku tidak boleh kesini? Aku hanya ingin menemui keponakan cantikku" Ucap wanita itu.

Naya berlari dan memelui wanita itu "aunty kapan sampai di Indonesia? Kenapa aunty tidak bilang kalau mau kesini? " Tanya Naya dengan manja nya.

Wanita itu tersenyum dia duduk di sofa single dan menarik Naya agar duduk di pangkuannya menghap ke arah TV.

"Kemarin, dan ini suprise untuk mu jalang " Tentu saja kata terakhir itu hanya sebuah bisikan saja.

Naya mematung mendengar bisikan itu, gadis itu menoleh ke arah sang aunty terlihat wanita yg di panggil aunty itu tengah tersenyum hangat?

"Laura Ressa Argyros jangan menatap Naya seperti itu" Dingin Denzel membuat wanita itu mendengus kesal.

"Sialan, aku ini kakakmu tidak sopan sekali! " Dengus Ressa tidak suka.

Arfan menoleh mendengar keributan itu, dia memandang bingung ke arah wanita yg sedang memangku Naya.

Tidak apalagi tatapan takut yg Naya keluar kan membuat nya sedikit heran.

"Dek, kemarilah" Panggil Elliot, dengan patuh arfan berjalan menghampiri Elliot.

Ressa menoleh dan menatap ke arah Arfan, senyum hangat Ressa layangkan untuk Arfan.

"Bagaimana kabarmu baby? " Tanya Ressa terdengar lembut.

"Baik"

Ressa tersenyum hangat ke arah Arfan "lihatlah jalang, satu persatu orang mulai menyayangi baby ku, jadi apa lagi rencanamu untuk sebuah warisan ini. Dan ingatlah posisimu" Bisik Ressa tepat di telinga Naya.

Bisikannya memeng terdengar pedas, berbeda dengan tatapan nya yg terasa lembut.

Tidak ada yg curiga dengan mereka berdua, apalagi sekarang Denzel sedang sibuk membuat Arfan tertidur.

Naya mematung, tubuh nya kini bergetar saat mendengar ucapan dari Ressa "warisan itu akan jatuh ke tanganku " Gumam gadis itu yg hanya terdengar oleh Ressa.

Ingin sekali Ressa tertawa dengan keras mendengar ucapan dari gadis kecil ini "bodoh"

.
.
.

Uhuk

Uhuk

Angkasa terus saja terbatuk, tapi dia masih fokus dengan ujiannya. Dia sesekali memegang Kepala nya yg mulai terasa sakit, apalagi saat merasakan mual

Seorang pengawas menghampiri nya dan menepuk bahu nya "angkasa kenapa? Apa kau sakit? Kau terlihat pucat? " Tanya pengawas itu khawatir.

"Tidak bu saya baik baik saja, mungkin kecapean aja karena belajar" Alibi nya dengan sedikit senyuman.

Pengawas itu mengangguk, lalu pergi kembali melihat lihat murid lainnya.

Seseorang sedari tadi terus menatap ke arah Angkasa, ada rasa khawatir di dalam hatinya Tapi rasa tidak suka lebih mendominasi hati nya.

"Lu tuh baik Sa, tapi kenapa lu mau lukai adik sendiri? " Gumamnya.
.
.
.
.




.
.
.
.
.
.

Arfan Sayang AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang