12

392 25 0
                                    

Angkasa dan Arfan sampai di parkiran sekolah, terlihat anak anak BD sedang berkumpul dengan raut wajah yg tidak bisa di artikan.

"Bang Nevan" Panggil Arfan, anak itu berlari kecil dan langsung memeluk Nevan, membuat Angkasa mendengus kesal "Nevan aja di panggil abang, kenapa gue enggak! " Batin Angkasa kesal.

"Adek... Adek kemana aja? Abang nyariin, adek gk papa kan ada yg luka? " Pertanyaan beruntun keluar dari mulut Nevan.

Nevan memutar mutar tubuh Arfan, lalu memeluknya. Sungguh dia khawatir saat arfan tidak ada di sekolah.

Dia dan teman-temannya sudah mencari Arfan, tapi anak itu tidak ada.

Arka terus memandang ke arah Angkasa, dia memandang wajah kusut Angkasa yg berubah ubah itu.

Sadar dia terus di tatap, Angkasa melirik tajam ke arah Arka. Tapi Arka sama sekali tidak takut dengan lirikan itu.

"Bagaimana Arfan bisa bersamamu? " Tanya Arka penuh selidik, mengalihkan atensi Kalingga dan arshen.

"Bolos, nemu di taman" Jawab Angkasa dengan malas, jujur dia ingin cepat pulang sekarang.

"Cih, apa kau berniat melukai adikmu lagi? Kau abang menjijikkan! Abang mana yg mempunyai niat untuk membunuh adik nya sendiri! "

Deg

Ucapan pedas Arshen membuat Angkasa terdiam, bagaimana? Bagaimana mereka tau bahwa arfan adik kandung nya.

Bukannya selama ini arfan menyembunyikan identitas nya? Dan jangan lupakan dia yg sedikit hilang ingatan.

"Lu pasti bertanya tanya kenapa kita bisa tau semuanya kan? Tuan Denzel yg memberitahu kita. Dan dia menyuruh kita untuk menjauhkan mu dengan Arfan, gue gk percaya selain mengkhianati geng lu juga mau membunuh adik sendiri" Ucap Arka dengan tatapan dinginnya.

Angkasa menunduk sebelum kembali menatap mereka, "syukurlah kalau kalian sudah tau" Setelah mengatakan itu Angkasa berlalu pergi begitu saja.

Arfan menatap punggung abang nya, "dek biarin aja, orang kaya gitu emang pantas di gituin" Ucap Nevan.

Arfan mendongak untuk menatap ke arah Nevan "jangan menyesal" Ucap Arfan dengan suara kecil.

Terdengar seperti kiriman di telinga mereka, mereka terdiam dan menatap Arfan yg kini menenggelamkan wajahnya di dada bidang Nevan.

Berat, yg Nevan rasakan di tangannya yg sedari tadi memeluk Arfan, dan tak lama terdengar dengkuran halus yg membuat mereka menghela nafasnya.

"Apa yg di maksud dengan Arfan? " Gumam Kalingga.

.
.
.

Malam demi malam terlewati begitu saja, Angkasa baru saja pulang dari pekerjaan sampingannya.

Motor sport nya melewati jalanan yg kini sepi karena jam menunjukan pukul 11 malam.

Sampai terdengar, suara orang yg sedang bertarung. Angkasa berhenti untuk melihat adegan baku hantam itu.

5 orang vs 10 orang, dan Angkasa kenal dengan mereka semua.

"Dasar gila, geng motor kalian hanyalah orang perusuh" Sarkas Arka menatap nyalang ke arah 5 pemuda dari geng lawan.

"Biarin, salah siapa mereka menganggu kita lebih dulu, ah apa perlu kita bubarin geng BD juga, bukannya salah satu inti kalian berkhianat bukan? " Remeh seorang pemuda yg bernama dimas.

Arkan yg kesal dan marah langsung memeluk wajah dimas "sialan lu" Umpat dimas yg terkena Bogeman dari Arka.

Ya, 10 orang itu dari geng BD, tentu saja yg di ketuai oleh nevan. Tujuan mereka markas tapi di perjalanan mereka menemukan geng yg selama ini mereka cari.

Geng yg membuat beberapa geng lain bubar tanpa tau sebab dan Akibatnya "tenangkan dirimu Ar" Ucap Arshen menenangkan temannya.

"Tenang tenang, mereka tuh yg gk bisa di biarin" Emosi Arka.

Arshen menghela nafasnya pasrah, "lo sih dim main panas panasin orang yg gampang panas" Celetuk bayu, salah satu teman dimas.

"Diam lu sialan" Maki Dimas kesal.

"Woy lu berdua! Jangan banyak bacot cepat urusi mereka" Teriak angga yg terlihat kewalahan menghadapi 3 orang dari geng BD.

Kalingga sedang fokus melawan Ares yg berpangkat wakil di geng nya, sedangkan sang ketua tentu saja melawan ketua lagi.

Tidak ada pembicaraan dari Ares maupun Kalingga mereka fokus dengan pertarungan mereka.

"Aldeazar geng pecundang" Ucap Nevan di sela sela bertarung nya dengan ketua Aldeazar.

"Pecundang gini, mereka yg menganggu kami akan menghilang"

Bugh

Bugh

Bugh

Suara motor menghentikan aktifitas mereka, tangan ketua Aldeazar melayang begitu saja saat dia ingin memmukul wajah Nevan.

Sebuah motor sport mengelilingi ke dua ketua itu, ketua Aldeazar langsung terdiam dan menundukkan kepalanya.

"Sial" Umpat anak anak Aldeazar secara bersamaan membuat, anak anak geng lawat heran.

Apalagi orang yg membuat mereka semua terdiam ini.

Orang itu berhenti tepat di samping ketua Aldeazar, walau memakai helm tatapan tajam dan menusuk itu masih terasa.

"Devan, Ares, Dimas, Bayu, Angga'" Entah angin dari mana ke 5 orng itu langsung menghampiri pemuda tadi dan berbaris rapih.

"Apa yg sedang kalian lakukan? " Tanya nya, dengan helm yg masih belum di buka.

"Baku hantam lah ngapain lagi" Seru Dimas yg langsung dapat geplakan sayang dari Bayu.

Dimas terdiam dan kembali menunduk "atas dasar apa? "

"Bosan.... " Lirih devan.

Anak anak BD yg mendengar itu melongo tidak percaya, apa katanya tadi? Bosan? Gila memang!

"Sekarang juga bubar, dan obati luka kalian. Itu juga berlaku untuk kalian" Ucapnya dan tidak lupa memandang ke arah anak anak BD.

"Apa boleh lu obatin luka gue? " Tanya Nevan, entah kenapa Nevan bertanya itu pada pemuda ber helm.

Devan dkk yg mendengar itu membola tidak Terima "gak! Gak! Urusan kita sudah selesai gue gk bakal ganggu geng kalin lagi" Ucap devan, anak itu berdiri dan menatap nyalang Nevan.

Seolah ucapan devan hanya angi lalu, Nevan memegang lebam di pipinya dan sesekali meringis?

Pemuda tadi langsung menghampiri Nevan, saat tubuh Nevan akan terjatuh "eh, ayo gue obatin luka lu, anggap aja ini Rasa maaf gue atas kelakuan anak anak itu" Ucapnya sambil menunjuk ke arah devan dkk.

Nevan mengangguk, pemuda itu menaiki motor sport nya diikuti oleh Nevan yg menjadi penumpang.

Semua orang terdiam "sialan! NEVAN AWAS AJA LU!!! "

.
.
.
.
.

Arfan Sayang AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang