Chapter 19 [🔞]

390 20 3
                                    

Derrick merebahkan tubuh Rayan lalu menindihnya, disusul dengan menutupi seluruh tubuh dan juga punggung Derrick dengan selimut sehingga hanya menyisakan kepala mereka saja.

Derrick mulai memiringkan kepalanya, ia melumat pelan bibir Rayan.

Keduanya kini memejamkan kedua matanya secara bersamaan.

Ciuman bergairah itu berhenti sejenak, Derrick membuka baju miliknya itu lalu membuangnya ke sembarang arah.

Kini ia menyusuri setiap sisi ceruk leher Rayan.
Menciumi sekilas, menjilat lihai dengan lidahnya, kemudian menggigit dan mengisapnya secara perlahan, sehingga meninggalkan banyak bekas merah kebiruan disana.

Rayan mendongakkan kepalanya ke langit-langit atap, ia memejamkan dan membuka kedua bola matanya masing-masing berdurasi beberapa detik, merem melek tak karuan.

Ia meremas pundak dan juga punggung Derrick sembari mendesah karena rasa nikmat yang sedang dirinya rasakan saat ini. "Emhhh ... Ahhh".

Derrick memasukkan tangannya ke dalam baju Rayan.

Dari dalam sana, dirinya mengelus dan meraba perut serta punggung Rayan dengan tangan beruratnya itu secara lihai.

Semakin lama, tangannya semakin turun dan hinggap pada bokong Rayan sekarang, lalu ia meremasnya. Rayan tersentak sejenak akan hal itu.

Karena nafsu yang tak tertahankan, dengan mudahnya Derrick merobek kaos yang Rayan kenakan. "Buka semuanya, boleh ya?". Ia menggenggam tangan kanan Rayan lalu mengecupnya.

Melihat Derrick yang menatapnya dengan tatapan sayu, ia hanya menganggukkan kepalanya.

Tanpa aba-aba apapun, Derrick mendorong punggung Rayan untuk mendekat padanya, agar jarak mereka tak ada celah sedikitpun. Ia menciumi dada Rayan, sesekali ia menjilat lalu menggigit pelan nipple milik Rayan. "Ngshh ... Jangan di ... Gigit!". Ucapnya gelagapan, Rayan mencoba mendorong kepala Derrick yang kini masih hinggap di dada miliknya itu.

"Sayanggg". Rengeknya disusul dengan menduselkan kepalanya. "Kamu sayang aku, kan?". Derrick mendongakkan wajahnya untuk menatapi wajah kekasihnya itu, seolah-olah dirinya tak mau Rayan menolak apapun yang ia lakukan sekarang.

Rayan menghela nafasnya pasrah. "Oke, i won't stop you". Lalu mencium pucuk kepala Derrick sekilas.

Mendengarnya pun, lantas Derrick membuka celana milik Rayan dari dalam sana. Tangannya kembali meraba penis Rayan dengan perlahan. Rayan benar-benar tak karuan sekarang, mengapa yang ia rasakan sekarang ini malah rasa nikmat? Benar-benar bergairah.

"Sayang". Kemudian Derrick mengarahkan pandangannya ke 'miliknya' itu selama beberapa detik, lalu kembali menatap Rayan. "Blow job, bae".

Rayan mendorong tubuh Derrick lalu membalikkan posisi mereka, Rayan masuk sepenuhnya ke dalam selimut yang kini tengah menutupi mereka.

Dari dalam sana, Rayan membuka celana serta celana dalam yang menutupi 'milik' Derrick.
Ia mengelusnya hingga Derrick menegang, kemudian menjilatinya.

Merasa sudah sedikit basah akan saliva miliknya itu, Rayan mulai mengocok penis Derrick dengan tempo yang sangat lambat.

Derrick mulai bereaksi, ia mengelus kepala Rayan dari dalam sana. "Make it fast, sayang". Dirinya mendongakkan kepalanya ke langit-langit atap sembari menggigit bibir bawahnya.

Hasratnya begitu sangat memuncak, Derrick tak akan membiarkannya berhenti ditengah-tengah.

Kemudian Rayan memasukkan ujung kepala penis Derrick ke dalam rongga mulut dan mulai mengulumnya. Tidak sepenuhnya masuk, karena itu tak muat.

Kini ia memainkan lidahnya dengan sangat lihai, sesekali menggigitnya pelan. "Ahhhhshh". Benar-benar sangat nikmat, Derrick menikmatinya.

Derrick mendorong kepala Rayan agar mulutnya benar-benar masuk sepenuhnya ke dalam penisnya. Rayan tersedak akan hal itu.

Derrick mulai merasakan kedutan pada penisnya itu, sepertinya hampir mencapai klimaks.

Bukannya dilanjutkan, justru Rayan menyudahi aktivitasnya itu dan tiba-tiba saja muncul dari balik selimut tanpa busana, alias telanjang.

Derrick menatapinya, tetap dengan tatapan penuh nafsu. "Sayang, aku hampir keluar". Dibarengi dengan rengekan kecil

Rayan kini duduk ke pangkuan Derrick, keduanya berhadapan satu sama lain sekarang.

Rayan menatap 'miliknya' dan juga 'milik Derrick'. Ia mengangkang dan memposisikan milik keduanya.

Rayan memasukkan penis Derrick ke dalam lubang miliknya itu. "Angnghhh ... Ahhh ...". Sial, ternyata sesakit ini... Rayan mendongakkan kepalanya, matanya terpejam, sesekali dirinya merem melek.

Derrick memiringkan kepalanya lalu sedikit terkekeh akan hal itu. Lalu dirinya memegangi leher bagian belakang Rayan yang sedang mendongak lalu mendekatkannya ke samping wajahnya. "Lobang kamu belum aku basahin, kenapa nekat dimasukin?". Setelah mengatakannya, ia menggigit leher Rayan.

Kini tiba-tiba saja ia memegangi pinggul lalu mendudukkan bokong Rayan dengan kedua tangannya secara paksa. Desahan lolos begitu saja dari mulut Rayan. "Ssakkitt...". Rintihnya.

Derrick memejamkan matanya sebentar sembari menggigit kembali bibir bawahnya itu. "Ahhh". Gila, mengapa sempit sekali, sih?.

"Sayang ... jangan disempitin".

Rayan justru ambruk begitu saja ke tubuh Derrick. Tubuhnya terasa lemas seketika.

"Sialan, shhh". Derrick merasakan kedutan pada penisnya itu, benar-benar hampir mencapai klimaksnya. "Goyangin pinggang kamu, aku mau keluar". Bisiknya tepat ditelinga Rayan.

Rayan mencoba untuk menegakkan tubuhnya, ia meletakkan masing-masing kedua tangannya pada pundak Derrick.
Rayan mulai mengangkang dan bergerak ke atas dan bawah secara perlahan.

Keduanya mendesah akan hal itu. "Fast sayang". Tangan Derrick kembali mengambil alih gerakan tersebut, ia memegangi bokong Rayan dengan kedua tangannya di setiap sisi sembari memaju-mundurkannya.

"Erikhh ahhh". Rayan mendongakkan kepalanya dengan mulut terbuka sembari mendesah kesakitan. Sial, ia ingin menangis sekarang juga.

"Angshhh sial enak banget". Sedangkan Derrick, ia merasakan sensasi yang luar biasa nikmat.

Rayan yang tadinya juga merasakan sakit yang luar biasa, kini semakin lama malah semakin terasa enak baginya.

Rayan mulai menggoyangkan pinggulnya secara memutar, ia mempercepat gerakan tersebut. "Ahhh ahhh erik shhngh".

Penis miliknya itu kembali berkedut...
"Sayangh...jangan disempithhin...". Derrick kembali mendesah sekarang..

Derrick mengeluarkannya dari dalam sana, Rayan merasakan sesuatu yang hangat di dalam badannya.

Setelahnya, ia ambruk ke tubuh Derrick. Akan hal itu, Derrick memeluknya erat sembari membelai lembut kepala Rayan.

"Aku bilang ... Jangan disempitin". Derrick kini mulai stabil, akan tetapi nada bicaranya masih sedikit tak beraturan.

Rayan benar-benar tak ada energi sedikitpun untuk berbicara, ia hanya diam tanpa sepatah katapun.

SanWoo [BL] - On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang