Chapter 13 [Kepergok?]

153 18 0
                                    

Kini mereka tengah berada di rumah milik Derrick untuk mengambil barang-barang yang Derrick perlukan.

Sebenarnya, Derrick ingin datang sendirian ke sana, ia juga menyuruh Rayan untuk beristirahat di apartemen. Namun, Rayan tetap saja bersikukuh untuk ikut bersamanya, badung.

"Sekalian bawa aja semua barangnya, kelar kan". Dengan entengnya Rayan mengatakan hal tersebut, memangnya gampang apa memindahkan barang sebanyak itu dalam waktu yang singkat?.

"Ada beberapa yang ga aku perluin, sayang. Nanti malah makan tempat, mending ga usah dibawa". Kemudian, Derrick tiba-tiba saja memeluk dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Rayan. "Isi energy dulu".

Lantas Rayan membalas pelukannya itu sembari mengusap lembut punggung Derrick. "Istirahat dulu aja, jangan dipaksain".

Derrick menganggukkan kepalanya.

Dari dalam saku celana Derrick, terdengar suara notifikasi dan juga deringan yang menandakan bahwa ada seseorang yang menghubunginya. Sontak, Rayan yang peka akan hal itu, ia melepaskan pelukannya agar Derrick bisa dengan mudah mengambil handphone miliknya itu.

Derrick hanya menatapi layar handphone miliknya itu, terlihat jelas bahwa dirinya tak ada minat sedikitpun untuk membalas pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derrick hanya menatapi layar handphone miliknya itu, terlihat jelas bahwa dirinya tak ada minat sedikitpun untuk membalas pesan tersebut.

Karena bingung harus membalasnya apa, Derrick menyodorkan handphonenya pada Rayan, ia membiarkan kekasihnya itu untuk membalas pesan tersebut. Takutnya, jika Derrick yang membalasnya, pasti Rayan berfikir yang tidak-tidak, dan berakhir cemburu? Mungkin.

Rayan hanya menerimanya tanpa sepatah katapun, walaupun dirinya bingung sih, mengapa tiba-tiba saja Derrick memberikan handphone miliknya itu kepadanya?.

Baru saja Rayan melirik pesan tersebut, ia sudah mendengus kesal.

"Ga capek apa". Batinnya.

Rayan kini tengah mengetikkan sesuatu, tanda bahwa ia sedang membalas pesan dari Jessika.

Rayan kini tengah mengetikkan sesuatu, tanda bahwa ia sedang membalas pesan dari Jessika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waduh, salah besar Derrick memberikan handphonenya pada Rayan.

Kentara sekali bahwa Rayan sedang menggebu-gebu, terlihat seperti ingin memukul orang yang lewat didepannya.

"Ga usah diladenin ah, mending kita lanjut ngambil barang-barang aja, ya?". Kini Derrick sangat berhati-hati dalam bicara maupun nada bicaranya. Ia faham betul, dari ekspresi wajahnya pun terlihat bahwa pacarnya itu sedang menahan amarahnya. Salah sedikit, Rayan akan menonjoknya nanti...

"Halah, nih lacur bikin gue kesel aja". Umpatan Rayan itu berhasil membuat Derrick sedikit terkejut.

"Coba aku liat". Derrick merampas handphone miliknya yang sedang Rayan genggam itu.

Astaga, lewat chat saja mereka begini, apalagi jika bertemu langsung? Bisa gawat.

"Kamu telat, aku udah shareloc ke dia".

"Jangan ikut campur, kali ini bener-bener ga bisa aku biarin".

Mampus, ini benar-benar salahnya...

"Hey? Ini cuma buang-buang waktu buat kamu. Sekarang, coba telfon dia, ga usah dateng ke sini". Derrick mencoba untuk membujuk pacarnya itu sebelum melakukan hal yang tidak-tidak pada Jessika.

"Ngomong sekali lagi, aku tonjok mulut kamu, mau?". Ancamnya pada Derrick, dan itu berhasil membuat Derrick terbungkam.

---•••---

Rayan dan juga Derrick kini menunggu Jessika diruang tamu, yang berada tak jauh dari pintu masuk rumah tersebut.

Tak terasa, beberapa jam pun telah berlalu, Rayan masih setia menunggu Jessika yang tak kunjung datang. Padahal, dirinya sudah menyiapkan banyak rencana yang ingin ia lakukan pada cewek tak tahu malu itu.

"Mondar mandir terus, duduk sini". Derrick kembali memberanikan dirinya untuk berbicara. Ia mengatakannya sembari menepuk-nepuk pahanya, itu mengisyaratkan bahwa dirinya menyuruh Rayan untuk duduk di pangkuannya.

Rayan yang mendengar dan melihatnya pun sontak mendekatkan dirinya pada Derrick, lalu ia terduduk di pangkuan Derrick, namun dengan posisi membelakanginya.

Kesempatan itu Derrick ambil, dirinya memeluk dan melingkarkan tangannya pada perut Rayan, lalu menduselkan wajahnya ke ceruk leher Rayan. Sekali-kali Derrick mendaratkan sebuah kecupan pada leher pacarnya itu.

Tanpa mereka sadari, dengan sangat perlahan, pintu rumah Derrick tiba-tiba saja terbuka, itu menandakan bahwa ada seseorang yang datang untuk menemui mereka. Apakah itu Jessika? Akhirnya, datang juga dia.

"Apa-apaan kalian?".

Mampus.

Ternyata itu bukan Jessika, melainkan Razor, yaitu ayah Rayan.

Spontan mereka berdiri secara bersamaan.

Panik, was-was, bingung, semuanya terasa tercampur aduk. Bagaimana bisa Razor mengetahui keberadaan mereka? Dan juga, tak seperti biasanya Razor mendatangi rumah Derrick tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

"Om? Kenapa ga ngabarin saya dulu? Ga kaya biasanya". Situasi begini, sempat-sempatnya ia bertanya, apa ini efek kaget, ya?.

Bukannya menjawab, justru Razor mendekatkan dirinya pada Derrick, lalu menamparnya kuat-kuat.

Sedangkan Rayan? Ia membeku di tempat.

"Padahal kamu sudah saya anggap seperti anak saya sendiri. Untuk Rayan si anak kurang ajar yang tak tahu terimakasih, saya sudah tidak peduli lagi padanya, tapi kamu? Mengapa melakukan hal yang menjijikkan seperti ini?".

"Saya sudah wanti-wanti memperbaiki masa depanmu, pada akhirnya kamu hancurkan juga".

Derrick tak tahu harus berbuat apa, ia tak pernah menyangka bahwa Razor akan datang ke rumahnya.

Ternyata, apa yang ia tutup-tutupi, pada akhirnya ketahuan juga.

"Dan untuk kamu, saya harap ini terakhir kalinya kita bertemu. Saya tidak sudi menganggap kamu sebagai anak saya lagi". Razor menunjuk-nunjuk tepat dihadapan Rayan.

Rayan hanya terdiam, dirinya tahu kapan saatnya ia berbicara, dan kapan saatnya ia diam.

"Apa yang kalian lakukan sekarang ini sangat menjijikkan, tak punya adab, tak punya etika, tak punya norma". Setelah melontarkan semua kalimat itu, Razor meninggalkan mereka berdua. Tak lupa, dengan menutup pintunya dengan keras.

Sebenarnya, Rayan ingin membalas semua perkataan Razor tadi. Tapi, niat itu ia urungkan, hari serangan jantung kan tidak ada di kalender, pikirnya.

Toh, itu hal yang bagus, tidak dianggap anak lagi? Fasilitas akan diambil alih? Tak masalah, Rayan punya segalanya, dan itu pribadi, bukan milik Razor.

"Erik?". Aduh, dibandingkan takut dengan Razor, justru Rayan lebih takut jikalau Derrick pergi menemui Razor, lalu kembali menjadi bawahannya.

Pikiran negatif itu hancur seketika. Karena, dengan kesadaran penuh, kini Derrick memeluknya erat sembari membelai lembut kepala Rayan. "Kamu aman, kan?".

Apa-apaan? Bukannya memikirkan pipinya yang memerah karena tamparan Razor tadi, ia malah lebih memikirkan pacarnya, bodoh atau gimana, sih?.

Sial, Rayan bingung harus berkata apa lagi sekarang.

SanWoo [BL] - On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang