Chapter 15 [Salah Faham]

131 17 0
                                    

Sudah hampir 2 jam Derrick menyusuri seluruh tempat yang sering Rayan kunjungi. Namum nihil, tak ada tanda-tanda Rayan disana.

Sudah berkali-kali Derrick menghubunginya. Call di reject, pesan tak dibalas, jangankan dibalas, dibaca saja belum.

"Harus nyari di mana lagi, coba". Derrick frustasi, sudah dicari kemana-mana, tapi tak ketemu juga.

Ohhh...

"Dipikir-pikir, kemarin kan gua sempet pasang GPS tracker di dashboard mobil Rayan diem-diem".

"Tolol amat, tau gini ga perlu gua dateng ke banyak tempat satu persatu".

Sialan, menapa dirinya baru ingat sekarang.

Lantas, Derrick membuka ponselnya dan melacak lokasi yang sedang Rayan datangi sekarang ini.

---

Akhirnya Derrick sampai ke tempat yang dirinya tuju. Tapi tunggu, inikan hotel? Ngapain pacarnya datang ke hotel? Aneh.

"Permisi, maaf sebelumnya, apa disini ada orang yang check-in atas nama Rayan?". Derrick bertanya pada resepsionis hotel tersebut.

"Maaf sebelumnya ya mas. Tapi, saya tidak bisa memberitahukannya karena ini termasuk privacy policy keamanan tamu".

"Mbak, ini bener bener urusan mendadak, ada hal yang harus saya pastiin". Derrick ngotot, padahal apa yang resepsionisnya itu katakan adalah hal yang benar.

Nama tamu dan juga kamar tamu harus benar-benar tertutup, tidak boleh sampai ada yang tahu ataupun bocor. Jika ada yang bertanya? Sudah pasti, tak akan mendapatkan izin, sekalipun itu adalah orang yang dikenal.

"Maaf mas, tapi tetap tidak bisa, silahkan keluar jika tidak ada kepentingan lagi". Resepsionis tersebut tersenyum tipis.

Prinsip? Harus tetap tersenyum, walaupun dalam hati sedang mencaci maki.

"Mbak, sekali lagi bilang ga bisa ga bisa, saya beli hotel ini". Derrick kini sedang menahan amarahnya, lepas sedikit? Hotel akan ia beli sekarang juga.

"Begini ya mas, kalaupun saya kasih tau, memangnya pintu kamar yang teman masnya pesan itu akan terbuka sendirinya? Mau dibuka pakai apa? Card nya saja cuma ada 2, itupun terpakai semua". Sabar...

"Lah? Dua? Berarti Rayan sama temennya, ya". Batin Derrick, ia harus tetap ber positif thinking.

"Pinjem kunci kartu master ke staf housekeeping". Nice Derrick, ide yang bagus.

Resepsionis itu hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya.

"Bisa ngga nih? Jangan buang-buang waktu saya lah mbak, saya lagi buru-buru nih? Kalo perlu, panggil sekalian pemilik hotelnya sini". Wah sial, Derrick sudah naik pitam sekarang.

Resepsionis itu menghembuskan nafasnya pasrah. "Mari, saya antar lewat lift". Habis sudah karirnya itu, bagaimana jika dirinya dipecat atas komplain yang akan diberikan tamu padanya?.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka sampai ke kamar 69, yaitu kamar yang sedang Rayan tempati.

Seperti apa yang Derrick katakan tadi, resepsionis itu meminjam kunci master pada staff housekeeping, untungnya ketemu, jika saja tidak, mungkin Derrick akan pulang kembali lalu terus-menerus memikirkan pacarnya?.

Kartu itu Derrick tempelkan pada kotak sensor kamar tersebut. Dan, berhasil terbuka.

Melihat hal itu, resepsionis tersebut meninggalkan Derrick sendirian.

SanWoo [BL] - On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang