#16
Mbok Yem
Setelah beberapa bulan tak pulang, Aji akhirnya ke kampung halamannya di salah satu daerah di Jawa Timur.
Aji merasa waktunya untuk pulang. Ia butuh waktu istirahat setelah di Surabaya banyak memikirkan pekerjaan. Ditambah liku-liku kehidupannya.
Jika jenuhnya sudah tidak tertahan, Aji memang memilih pulang beberapa hari, lalu kembali lagi ke Surabaya.
"Kalau pulang, pasti kamu lagi capek ya le? tanya ibu Aji. Ibunya menghampiri Aji yang sedang rebahan di kamar.
"Iya bu, pasti ibu sudah paham kan," jawab Aji.
"Capek kerja terus, emangnya buat siapa, istri gak punya. Cepat cari istri sana. Usia juga sudah 30 tahun lebih. Mumpung ibu belum terlalu tua, masih bisa main sama anakmu nanti. Kalau ibu sudah tua banget, nanti gak sempet main sama anakmu," ibu Aji bicara panjang.
"Mesti aku kalau pulang, ibu ceramain aku. Kalau ada calonnya pasti nikah aku. Tambah capek aku dengernya," kata Aji.
"Ya udah, mau ibu panggilin tukang pijat?" ibu Aji memberi penawaran.
"Boleh, siapa yang bisa memijat di sini?" tanya Aji.
"Ada Mbok Yem, tahu kan? Masih saudara sih dari mbah kamu," ucap ibu Aji.
"Boleh, tolong ibu panggilin aja," Aji mau-mau aja.
"Suaminya udah meninggal, anak-anaknya jarang kasih ke sini. Kasihan. Jadi dia keliling mijat. Padahal sudah tua," kata ibu Aji.
"Udah bu, panggil aja. Malah ceramah lagi," kata Aji.
***
Tak berselang lama, Mbok Yem datang. Ia kemudian dipersilahkan masuk ke kamar Aji oleh ibu Aji. Mbok Yem langsung siap-siap memijat Aji.
"Dibuka bajunya, pakai sarung aja, atau celana pendek aja. Biar enak mijitnya mas," kata Mbok Yem.
"Atau pakai sempak aja gak apa-apa mas," ucap Mbok Yem.
Aji kebingungan, masak iya pakai CD aja dipijit Mbok Yem.
"Udah gak usah malu sama mbok," ujar Mbok Yem.
"Ditutup pintunya, biar gak malu," kata Mbok Yem.
"Ya ditutup aja pintunya mbok. Emang biasanya kalau laki-laki pijet ke mbok, gak apa-apa pakai sempak aja?" tanya Aji.
Mbok Yem kemudian menutup pintu kamar Aji.
"Memang aku yang minta, bisa pakai sarung, celana pendek, atau sempak aja. Biar aku mudah mijitnya," kata Mbok Yem.
"Ya udah, aku pakai sempak aja mbok. Gak punya sarung di sini. Ada punya bapak tapi," ucap Aji sambil melepas baju dan celananya. Tinggal CD melekat di tubuhnya.
Aji pun kemudian tengkurap untuk menikmati pijitan Mbok Yem.
Mbok Yem mulai memijit tubuh Aji, dimulai dari punggungnya. Sambil memijit Mbok Yem terus mengajak ngobrol Aji.
"Mulai kapan pulang?" tanya Mbok Yem.
"Baru tadi datang, mbok," jawab Aji.
"Terlalu capek kerja kamu ini Ji, badanmu keras semua ini," ucap Mbok Yem.
"Sudah lama mijit mbok, kayaknya dulu gak pernah mijit," tanya Aji basa-basi.
"Iya, sudah gak ada yang nyariin duit, jadi harus cari duit sendiri," jawab Mbok Yem.
"Kalau kamu enak ya Ji, udah sukses. Tapi ya kok belum punya istri," kata Mbok Yem.
"Syukurlah mbok, soal istri nanti datang sendiri. Hehe," Aji malas menanggapi kalau bahas soal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Penjelajah Tubuh Wanita
RomantizmSebuah kisah perjalanan asmara Aji mencari jodoh.