08. KEHILANGAN PERAN

135 19 4
                                    

huff.. saya kembali guysss

dah ahh gamau banyak kata kata

langsung aja..

HAPPY READING
__________________


Sudah seminggu sejak dimana Alvira yang saat itu menginap dirumah Alvian. Terlihat saat ini keluarga Alvian yang sedang berkumpul dimeja makan untuk makan malam, ayah nya juga ada. Tumben sekali, pikir Alvian.

"Ayah, nanti setelah makan kita main ya Ayah" ajak Alina, putri bungsunya.

"Ayah capek sayang, main sama abang aja yah" tolak Alan, papa Alvian.

Alvian yang mendengar itu menatap wajah sang adik yang terlihat murung.

"Iya betul kata Ayah, Alin nanti main sama abang aja okey. Ayah capek jadi harus istirahat" ucapnya begitu lembut menenangkan sang adik, ia berharap adiknya itu bisa kembali tersenyum karena ajakannya.

Menoleh kearah sang abang, Alina tersenyum sembari mengangguk menanggapi.

"Ayo makan" ajak Maya setelah ia selesai memindahkan berbagai macam lauk ke meja makan.

"Sini sayang, Alin mau pake lauk apa?" tanyanya lembut.

"Emmm, ayam aja Bunda" seru Alina semangat.

Maya mengangguk, setelahnya ia berikan piringnya pada Alina. Anak bungsu nya itu memang selalu makan sendiri, padahal usianya baru 4 tahun.

"Abang mau ayam juga?" tawar sang bunda.

"Boleh Bun" jawabnya sambil menyodorkan piring miliknya, yang langsung diterima oleh sang bunda.

"Ini Yah" ujar Maya seraya memberikan piring kepada suaminya yang telah ia isi dengan nasi dan lauk yang tentunya ia tahu apa yang suaminya inginkan.

"Makasih Bun"

Mereka makan tanpa ada pembicaraan apa pun, karena memang Alan yang melarang jika sedang makan jangan sambil berbicara atau mengobrol.

Beberapa menit sudah berjalan hingga makanan mereka yang hampir habis.

"Bunda, makan Alin gak habis" ujar Alina seraya menyodorkan piringnya yang masih terdapat setengah dari nasi dan lauknya.

"Kok gak habis sayang, kebanyakan ya Bunda ngambilnya" jawab Maya terdengar begitu lembut.

Alina mengangguk "Alin udah kenyang, Alin ke kamar ya bunda mau main" ucapnya seraya turun dari kursi.

"Dadah Abang, dadah Ayah" pamitnya, yang hanya dibalas dengan senyuman dan anggukan kepala oleh ayah dan abangnya.

Alvian menatap punggung sang adik yang semakin menghilang, perasaan sedih itu muncul. Alvian tahu apa yang adiknya rasakan saat ini.

"Ayah" panggilnya saat sang ayah hendak bangun dari duduknya. Mendengar itu Alan kembali duduk.

"Kenapa?" tanya Alan.

Alvian tak langsung menjawab, ia tampak berfikir.

"Ayah gak bisa ya dirumah aja?" tanya Alvian ragu.

"Maksud kamu?" Alan balik bertanya.

"Kamu mau ayah dirumah aja? Nggak usah kerja? Terus kamu, Alina, Bunda mau Ayah kasih makan apa?" cecar Alan, nadanya masih terdengar santai.

"Bukan gitu Yah" jawab Alvian sambil menunduk, ia takut ayahnya akan marah.

Alan tampak menaikan satu alisnya menunggu sang anak melanjutkan ucapannya.

AL (Alvian & Alvira) | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang