EPILOG

183 7 4
                                    

•••••

"Ta. Lo jahat Ta"

Proses pemakaman telah selesai dilakukan, kini tersisa Alvira dan Alvian serta sahabat mereka yang berada disana.

"Lo jahat karena udah sakitin hati gue, lo jahat karena udah khianatin gue dan lakuin hal buruk ke gue"

"Tapi lo lebih jahat karena udah ninggalin gue Ta. Lo gak tau kan Ta gimana rasanya ditinggal sahabat yang lo sayang? Sakit Ta! Sakit banget. Gue udah pernah ngerasain itu, dan gue sangat berharap gak akan pernah ngerasain lagi. Tapi kenapa? Kenapa lo malah bikin gue ngerasain itu lagi? Lo jahat udah bikin gue hancur karena ditinggal sahabat untuk kedua kalinya"

"Lo emang udah sakitin hati gue, tapi gue sayang sama lo Ta, lo sahabat gue. Sesakit apapun hati gue karena sikap dan ucapan lo, tapi rasa sayang gue ke lo gak bisa hilang Ta"

Alvira menjeda ucapannya, ia menunduk karena tangis nya yang tak mampu ia tahan. Meremas kuat tanah yang masih basah itu seraya menggigit bibirnya untuk menahan isakan nya.

Alvira mendongak, menghalau air mata nya agar tak kembali jatuh. Menghembuskan nafas pelan sebelum kembali bicara.

"Gue tau lo gak sepenuhnya benci gue Ta. Lo cuma iri karena lo mau ngerasain apa yang gue rasain. Tapi cara lo salah"

"Maafin gue karena gue gak bisa jadi sahabat yang baik buat lo. Bahkan lo meninggal pun gara-gara gue, gara-gara selamatin gue. Tapi kenapa Ta? Kenapa lo selamatin gue?! Harusnya lo biarin aja gue ketabrak mobil itu Ta! Harusnya gue yang ada diposisi lo saat ini. Kenapa lo malah selamatin orang yang lo benci? Lo bilang lo benci gue, terus kenapa lo selamatin gue?!"

Tangis Alvira pecah usai mengatakan itu, Alvian yang berada tepat disampingnya segera memeluk Alvira untuk menenangkan gadisnya itu.

Alvian memejamkan mata untuk menahan air matanya agar tak ikut menangis. Mengelus punggung Alvira yang bergetar hebat, seraya pandangan nya turun kearah nisan bertuliskan nama 'Anita Rahma Ayudia'

"Makasih Ta, makasih karena lo udah selamatin Alvira" ucap Alvian, sebelum akhirnya kembali hanyut pada pelukan gadisnya.

"Anita! Gue benci! Gue benci karena lo udah bikin gue nangis! Lo berengsek Ta! Lo jahat udah ninggalin kita!" seru Silvi.

"Maaf Ta. Maaf karena gue hampir hilang respect sama lo. Tapi kenapa lo malah pergi secepat ini? Kenapa lo gak biarin dulu biar gue benar-benar benci karena perbuatan bejat lo? Kenapa lo malah bolak-balikin perasaan gue Ta? Gue benci nangis kayak gini, gue benci yang namanya ditinggalin. Gue benci ditinggal orang yang gue sayang. Gue sayang lo Anita!" ujar Silvi dengan nada nya yang naik turun bahkan ia hampir berteriak karena perasaan nya yang benar-benar butuh pelampiasan.

Tanpa Silvi sadari, Ervan memeluk nya untuk menenangkan. Ia tak menolak juga tak membalas pelukan itu, ia hanya diam seraya menangis terisak.

Tak ada yang tak menangis disana, bahkan Ervan juga Gilang ikut menangis menyaksikan para gadis yang kini wajahnya telah banjir air mata.

Rissa memegang tanah basah itu seraya mengelus lembut sebelum ia berucap, "Anita! Gue percaya people come and go itu nyata. Tapi gue gak pernah sangka kalo perpisahan kita kayak gini"

"Dari sekian banyak nya cara untuk berpisah, kenapa harus kayak gini?"

"Takdir Tuhan gak ada yang tau. Mau sekuat apapun kita pertahanin suatu hubungan, tapi kalo takdir berkata lain kita bisa apa?" sambung Nara.

"Maafin kita karena kita gak bisa jadi sahabat yang baik buat lo. Bahagia disana ya Ta. Kita Sayang Lo. Lo selalu ada dihati kita. Lo akan selalu diingat, sebagai sahabat kita. Terimakasih untuk segalanya, Anita"

•••••

AL (Alvian & Alvira) | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang