"Di mana anakku?!" Donghae masuk ke halaman rumah tetua Txder dengan rusuh.
Membuat semua orang yang ada di sana seketika menatap kedatangannya. Tak terkecuali dua mempelai pengantin yang telah berdiri di altar, salah satunya adalah anaknya sendiri, Jeno.
Donghae menggeram marah menyaksikan bungsu tersayangnya justru bersanding dengan anak dari musuhnya. Dia tak mungkin membiarkan anaknya menikah dengan seseorang dari pihak musuh. Pria paruh baya itu lantas menghampiri kursi yang diduduki tetua Txder. Tanpa aba-aba langsung menarik kerah pakaian pria itu dengan tatapan menajam sarat akan kemarahan.
"Batalkan pernikahan ini, aku tidak sudi berbesanan denganmu!"
Tetua Txder, Choi Siwon, tak merasa takut oleh gertakan Donghae. Dia balik menatap Donghae. Seolah tak merasa terancam oleh feromon Donghae yang telah menyebar kuat memenuhi area yang digunakan untuk gelarnya resepsi pernikahan. Tak sedikit membuat para omega buru-buru menutup hidung lantaran merasa kesakitan oleh feromon Donghae, termasuk Jeno sekalipun.
Soobin lekas menarik pinggang Jeno begitu peka kalau omega yang sebentar lagi menjadi istrinya itu merasa tidak nyaman. Dia merengkuhnya ke dalam pelukan guna memberikan ketenangan bagi sang omega melalui feromon yang dikeluarkannya.
"Mengapa aku harus melakukannya?" tanya Siwon menantang.
Donghae semakin dibuat kesal. Ia hendak memukul Siwon, tapi dengan cepat dapat dicegah oleh pria itu. "Anak bungsumu itu melakukan kesalahan, dan dia harus mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya."
"Tapi tidak dengan menikahkah anakmu dan anakku! Kamu terlalu gegabah, sialan!"
"Mengapa tidak bisa?" tanyanya tenang. Berhasil membuat Donghae memberontak merasakan cengkeraman Siwon di pergelangan tangannya menguat. "Aku hanya ingin mengajak dua wilayah kita berdamai, apa kamu tidak lelah terus bermusuhan denganku?"
Donghae berhenti memberontak. Berdamai? Pria itu bilang ingin berdamai? Donghae menggunakan kakinya guna menendang tulang kering Siwon.
"Hoi, orang tua sialan!" umpat Kai tak terima. Hendak menghampiri Donghae, tapi Siwon mengisyaratkan anak bungsunya itu tidak perlu mendekat.
Donghae tersenyum culas. Dia beralih ke altar. "Ayo, kita pulang." Donghae mencengkeram tangan Jeno dan akan membawanya meninggalkan tempat ini. Namun, langkahnya tertahan karena merasakan Jeno tidak bergerak.
Pria tua itu menoleh, mendapati Soobin menahan tangan Jeno yang satunya, seolah tak membiarkan Donghae untuk membawa Jeno pergi.
"Saya tidak mengizinkan Anda membawanya."
Donghae menilik sinis sosok alpha muda itu. "Lepaskan tanganmu dari putraku!" perintahnya mengintimidasi. Namun, tampaknya sama sekali tidak menggoyahkan pendirian Soobin.
"Seharusnya Anda yang melepaskan calon istriku. Dia akan menjadi tanggungjawabku mulai sekarang."
Perkataan penuh keberanian Soobin cukup membuat Donghae terpukau. Donghae akui alpha muda itu memang pantas menjadi penerus. Tapi situasinya sekarang berbeda. Donghae mentertawakan seruan Soobin karena menurutnya cukup menggelitik humornya.
"Tahu apa kamu soal tanggungjawab, huh? Kamu dan ayahmu itu tidak jauh berbeda. Aku tidak akan membiarkan anakku menikah denganmu. Aku mengizinkan Jeno menikah, tapi bukan orang-orang dari wilayah Txder!"
"Kita mate."
Hening. Dua kata mutlak dari Soobin berhasil membungkamkan kesombongan Donghae. Pria paruh baya itu melirik Jeno yang sedari tadi terus terdiam, tak berani menengahi perseteruan antara ayah dan calon suaminya. Tatapan Donghae seolah minta kebenaran atas pernyataan Soobin barusan.
Dan hasil akhirnya adalah putra bungsu kesayangannya itu mengangguk lemah.
Bagai ditampar realita yang begitu pahit, dia tanpa sadar melepas genggamannya dari tangan sang anak. Sorotnya menampilkan reaksi keterkejutan penuh ketidakrelaan akan kenyataan yang dibenarkan Jeno sendiri.
Anak musuhnya dan si bungsu ... mereka ... benar-benar sepasang mate?
"Ayah ...." Jeno memeluk tubuh kurus Donghae. Air matanya keluar, merasakan perasaan bersalah yang membuat hatinya sakit melihat pria sebagai ayahnya itu menitikkan air mata.
Seluruh pasang mata menyaksikan adegan dramatis itu dengan reaksi berbeda-beda. Dikarenakan malam semakin larut, membuat Donghae lekas melepas pelukan si bungsu. Dia menatap Jeno sambil tersenyum. Lantas menghapus jejak-jejak air mata yang berluruhan itu.
"Ayah bisa apa kalau sudah berhubungan dengan takdirmu, Nak?"
"A-Ayah ...."
Suasana mendadak berubah kondusif. Aura menegangkan yang sempat tercipta tadi berangsur-angsur lenyap. Dan itu karena sosok ayah yang berusaha merelakan anak tersayangnya kini harus menikah.
"Kamu, bersumpahlah sebagai seorang alpha bertanggungjawab untuk menjaga anakku dan tidak membuatnya menangis. Jika sampai aku mengetahuinya, aku tidak akan segan-segan membunuh seluruh penghuni wilayah Txder, termasuk kamu di dalamnya!"
Soobin tanpa ragu sedikitpun kemudian menjawab, "Aku berjanji."
Sesi pernikahan yang sempat tertunda akhirnya kembali dilanjutkan. Kali ini Donghae benar-benar berusaha merelakan satu-satunya omega di keluarganya justru mendahului kakak-kakaknya.
"Kamu telah melakukan sesuatu yang sangat bagus. Kuharap setelah ini hubungan wilayah kita membaik. Maafkan aku kalau pernikahan anak-anak kita kesannya memaksa, tapi siapa yang menyangka jika mereka malah menjadi sepasang mate?"
Donghae melirik sekilas Siwon yang berdiri di sampingnya. Sama sekali tidak berniat untuk membalas penuturan pria itu. Sorotnya hanya tertuju ke altar, di mana Soobin dan Jeno sedang melakukan sesi menyematkan cincin.
Donghae menghela napasnya panjang. Ia hanya masih tidak menyangka kalau putra kecilnya akan menikah secepat itu diusianya yang masih terlalu muda untuk menjadi pendamping alpha penerus. Tapi Donghae hanya berharap yang terbaik untuk si bungsu.
Dapat melihat senyum manis tanpa beban di wajah Jeno, sudah membuat Donghae bahagia. Mungkin kali ini dirinyalah yang harus mengalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pembatas
Fantasy"Ada hal apa yang membuat omega semanis dirimu berada di wilayah kami?" "M-Maafkan aku, ak-aku tidak bermaksud m-melanggar ...." ⚠[b×b stories]⚠ →C.Soobin [dom] & L.Jeno [sub] ©Pin, edited by Lillavias