"Hati-hati! Kau, lebih cepatlah sedikit!"
Riuh pagi ini menjadi tontonan hangat Jeno dari paviliun rumah sang mertua. Sekitar subuh tadi ayah dan kakak sulungnya pamit pulang, dan ayahnya akan mengutus beberapa pengawal membawakan barang-barang Jeno. Sebab, mulai sekarang Jeno sudah termasuk bagian dari desa Txder, ikut dengan alphanya.
Tenang saja, Jeno masih bisa pulang ke rumah ayahnya jika ingin.
"Luna."
Jeno terkesiap. Dirinya menoleh ribut, mendapati sosok laki-laki muda sudah duduk di sebelahnya sambil memamerkan senyum menawannya pada Jeno yang tengah menatap bingung siapakah pemuda itu.
Apalagi memanggilnya 'luna'. Oh, ayolah, Soobin belum diangkat sebagai pemimpin desa Txder selanjutnya, terlebih Ia dan Soobin juga belum melakukan mating atau bonding.
"Saya Yang Jungwon, sepupu Soobin dari desa Endelse. Aku baru saja tiba dan sedang berkeliling, sampai saya melihatmu seorang diri di sini."
Jeno cukup terkejut dipertemukan secara tidak langsung oleh pemuda bernama Yang Jungwon itu. Pasalnya dia adalah calon pemimpin desa Endelse yang sangat dielu-elukan dari berita yang Jeno baca melalui koran politik, sama seperti suaminya, Soobin.
"Saya mencari Soobin, mungkin Luna tahu?"
"A-Ah ... Alpha? Ah, ya! Dia pamit mengurus sesuatu ke perbatasan Txder dengan Archer. Sudah sejak tadi sebenarnya. Jika ada keperluan mendesak yang sangat penting, coba bicarakan pada Tuan Siwon saja agar nanti bisa langsung diberitahukan kepada Alpha."
Pemuda itu mengangguk paham. Namun, tak berniat beranjak, tetap singgah turut memerhatikan orang-orang di depan sana yang masih disibukkan.
Jeno meringis kecil sembari memainkan ujung pakaian rajutnya. Dia merasa sangat canggung. Dan gerak-geriknya tersebut tampaknya mengundang perhatian alpha muda di sebelahnya ini.
"Baiklah, saya pergi saja. Sampai berjumpa lagi nanti, Luna."
"U-Uhm, baik."
Jeno bernapas lega, tapi Ia juga merutuki dirinya sendiri karena mungkin telah membuat Jungwon tak nyaman. Pada dasarnya Jeno itu hanya remaja yang tidak terbiasa basa-basi pada orang asing. Terlebih orang itu calon pemimpin desa yang pastinya nanti sangat dihormati layaknya raja kerajaan.
"Sial!"
....
"Semoga betah di sini ya, Kakak Ipar~"
Ucapan Kai membuat Jeno merotasikan bola matanya kesal. Bukan kalimatnya yang menganggu, tapi nada serta raut muka yang ditampilkan pemuda itu sangat menyebalkan, seolah tengah mengejeknya.
"Ya."
"Huh? Ketus sekali."
Jeno tak ingin menggubris lagi. Ia masuk ke kamar langsung menutup pintunya dari dalam. Tak peduli semisal pemuda yang dua tahun lebih muda darinya itu menggerutu menjelek-jelekkannya.
Hendak berbalik berniat rebahan karena ingin merasakan kasur baru yang bisa pas untuk dua orang, pintu kamar diketuk. Jeno mendesah lelah. Ia yakin itu pasti perbuatan iseng putra bungsu ayah mertuanya, alias adik dari alphanya itu.
TOK TOK TOK!
Baik, Jeno kehilangan kesabaran.
"Bajingan, habis kamu!" Jeno mengambil penyapu lidi yang digunakan untuk membersihkan kasur. Melangkahkan tungkainya tergesa guna membukakan pintu. Tangannya yang memegang sapu lidi sudah terangkat, bahkan sudah melayang dan hampir dipukulkan ke pelaku pengetukan pintu. Namun, penyapu tersebut berhasil ditangkap cepat sebelum mengenai tubuh orang di hadapannya.
"Alpha?!"
Soobin, gerangan pengetukan pintu itu lekas mengambil alih benda di tangan sang istri. "Ada apa? Kenapa saya mau dipukul?"
Jeno memandang terkejut sang suami. Sorotnya berpendar gugup mencari keberadaan Kai, tapi nihil. Itu berarti bukan perbuatan jahil adik iparnya.
"M-Maaf, Alpha. Aku pikir tadi itu Kai."
Soobin tersenyum tipis, lantas tangan kirinya merengkuh pinggang ramping Jeno, membawanya masuk ke dalam kamar.
"Kamu sekarang cukup akrab dengan Kai," ujar alpha itu seraya mendudukkan sang omega di pinggir kasur.
Jeno mendelik tak suka. "Mana ada?! Tidak, kami tidak akrab. Aku tidak mau akrab dengan adikmu!" jawabnya kesal. Tak sadar kalau sekarang reaksinya tersebut telah membuat Soobin menahan senyuman.
"Kenapa tidak mau?"
"Dia suka memancing emosiku."
Soobin terkekeh renyah. Gemas, Ia merasa gemas pada sang istri. Bahkan tak tanggung-tanggung untuk mengacak-acak surai hitam Jeno sampai membuat empunya mengerang tak suka.
"Boleh minta tolong siapkan bajuku? Aku akan mandi terlebih dahulu."
"Uhm, baiklah. Maaf, aku tidak sempat menyiapkan air hangat. Tapi aku bisa menyiapkannya sekarang kalau Alpha mau menunggu."
"Lain kali saja, kamu istirahatlah."
Jeno mengangguk pelan. Kepalanya tertunduk lantaran merasa tak enak.
Soobin mendekat, mencium kening Jeno beberapa detik sambil membelai pipi yang terasa halus di telapak tangannya. "Jangan merasa bersalah, mengerti?"
Demi Moon Goddess, jantung Jeno berdebar kencang! Reflek mendorong bahu Soobin dengan muka merah padam yang mengundang kekehan tampan alpha itu.
....
"Jeno menikah?! Dengan Choi Soobin?!"
"Kenapa tidak ada yang memberitahu kami?!"
"Bagaimana ceritanya Jeno menikah?!"
Seruan serentak dari ketiga pemuda yang merupakan kakak-kakak Jeno tersebut mengisi ruang makan yang semula tenang. Usai diberitahu kabar si bungsu Lee telah menemukan matenya dan telah melangsungkan pernikahan, sukses mengejutkan ketiga pemuda yang baru saja pulang berkelana.
"Hanya kecelakaan kecil yang membuat Jeno harus menikah dengan putra sulung Choi Siwon dari desa Txder. Ayah tidak sempat mengirim surat untuk kalian, karena pernikahan langsung digelar pada malamnya."
"Tck, aku tidak terlalu suka dengan Choi Soobin. Dia sangat arogan! Bagaimana jika Jeno tidak bahagia di sana?" ujar pemuda bersurai pirang dengan cemas.
"Tenanglah, Mark, dia sudah bersumpah tidak akan membuat Jeno menangis. Ayah juga sudah mengirim tangan kanan Ayah untuk menemani Jeno. Kalau kita mendapat kabar buruk tentang Jeno, kita langsung ke sana dan sesuai kesepakatan, Ayah akan membunuh Soobin beserta orang-orang di sana."
"Aku rasa tidak perlu menargetkan warga Txder. Mereka tidak bersalah," celetuk pemuda bersurai silver menyahut.
"Jaemin benar, Ayah. Jika berkenaan dengan politik, warga tidak tahu menahu apapun tentang ini," ucap Jaehyun yang sedari tadi diam menyimak.
Lagi pula masalah apapun yang berkaitan dengan pemimpin desa, tak seharusnya masyarakat biasa ikut ditargetkan. Jaehyun hanya takut semisal sampai melibatkan mereka yang tidak bersalah, malah semakin merunyamkan keadaan dan yang pastinya akan berakhir perang besar.
Dari pernikahan Soobin dan Jeno sudah termasuk langkah awal menuju perdamaian. Meskipun sedikit tidak masuk akan dan terkesan sangat konyol, tapi desa Txder dan Archer perlahan-lahan berhubungan baik.
Pernikahan putra sulung Choi Siwon dan putra bungsu Lee Donghae memang belum diumumkan ke seluruh masyarakat dari desa masing-masing, para petinggi sepakat akan mengumumkannya dalam waktu dekat sekaligus menyampaikan ikrar perdamaian untuk dua desa yang sebelumnya bermusuhan. Sedangkan rapat antar pemimpin dari dua desa itu akan terjadi besok di desa Archer.
"Ya sudah, kalau begitu kembalilah ke kamar kalian. Temani Ayah besok menyambut Choi Siwon ke mari."
"Tentu, Ayah. Selamat malam."
"Hm."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pembatas
Viễn tưởng"Ada hal apa yang membuat omega semanis dirimu berada di wilayah kami?" "M-Maafkan aku, ak-aku tidak bermaksud m-melanggar ...." ⚠[b×b stories]⚠ →C.Soobin [dom] & L.Jeno [sub] ©Pin, edited by Lillavias