Chapter 05

419 60 6
                                    

Acara pernikahan berakhir tepat ketika bulan sabit di langit berada tepat di atas kepala-alias tengah malam. Kini para anggota keluarga Txder tengah berkumpul di dalam rumah Siwon, tentunya dengan Donghae dan putra sulung besannya tersebut yang baru datang setelah ikrar pernikahan terucap.

Suasana tak terlalu begitu bising mengingat hari sudah tengah malam. Hanya percakapan ringan antara Siwon, Heuningkai, dan Soobin yang sesekali menimpali. Sementara Donghae, Jaehyun dan Jeno hanya menyimak.

"Nak, bawalah istrimu ke kamar. Dan kalian berdua juga, Tuan Donghae dan putra sulungnya. Kai akan mengantar kalian ke kamar tamu."

Tanpa sepatah kata keduanya bangkit. Kai berjalan mendahului, memandu Donghae dan Jaehyun ke tempat bermalam.

Sedangkan Soobin, pemuda itu menggendong Jeno bak pengantin (meskipun mereka sendiri adalah pengantin) saat omega manis itu mengeluhkan kakinya pegal. Jeno lekas mengalungkan tangannya ke leher Soobin begitu digendong secara tiba-tiba oleh alpha itu.

Siwon terkekeh menyaksikan adegan romansa manis yang tidak sengaja dilihatnya. "Tidak perlu terburu-buru, nikmati saja malam pertama kalian dengan beristirahat. Selamat malam."

"Selamat malam, Ayah."

"S-Selamat malam juga, A-Ayah."

....

"Bersih-bersih tipis saja. Udaranya dingin." Soobin berbicara lembut selepas menurunkan Jeno di pinggiran pondasi bath up yang mungkin muat tiga orang itu.

"Tapi aku merasa tidak nyaman. Aku ingin mandi saja."

Soobin menghela napas. Tak ingin berdebat dengan omega di depannya ini, pada akhirnya dia memilih untuk mengalah. Ia melangkah keluar dari kamar mandi guna memberikan ruang privasi kepada Jeno.

Selagi menunggu istrinya mandi, Soobin mengeluarkan sepasang piyama satin berwarna biru gelap, bermaksud mengambilkan untuk Jeno sebagai baju ganti. Itupun miliknya yang sudah tidak muat lagi.

Setelah itu Soobin menunggu di kursi panjang tak jauh dari tempat tidur. Memikirkan takdir tak terduga yang mempertemukannya dengan sosok anak dari musuh ayahnya yang ternyata adalah matenya sendiri. Sungguh konyol.

Hampir bermenit-menit Jeno menghabiskan waktu di dalam. Soobin mendengar seruan minta tolong dari sang omega yang memintanya untuk mengantarkan baju, pun lekas mendekat ke sumber asal suara.

Soobin bisa melihat lengan kurus yang masih sedikit basah itu terulur mengambil piyama di tangannya. Sial, Soobin jadi membayangkan hal tak senonoh. Karena pasti dibalik pintu yang setengah tertutup ini, Jeno kemungkinan tengah bertelanjang.

Alpha itu lekas menggelengkan kepalanya. Menepis jauh-jauh pikiran bejat yang tiba-tiba melintas.

"Kamu tidak mandi?" tanya Jeno menginterupsi begitu selesai berganti pakaian. Tampak sangat menggemaskan lantaran piyama itu masih terlihat kebesaran saat dikenakan sang istri.

"Iya, ini mau mandi." Soobin buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Tak sadar malah membanting pintu kayu itu sampai membuat Jeno tersentak kaget.

"Ada apa dengannya?"

....

Cklek

Jeno menoleh, mendapati Soobin keluar sudah mengenakan jubah tidur berwarna hitam. Melihat penampilan berbeda dari sosok Soobin, membuat Jeno terkesima dibuatnya.

"Mengapa belum tidur?"

"Ah! T-Tidur ... uhm ...?"

Soobin mengernyit oleh kelakuan sang omega. Ia tak bodoh untuk tidak menyadari kegugupan Jeno yang pastinya merasa kurang nyaman satu ruangan bersama orang asing, apalagi mereka juga baru bertemu siang tadi dan tiba-tiba langsung menggelar pernikahan pada malamnya.

Maka dari itu, Soobin berjalan ke kursi panjang, berniat tidur di sana. Membiarkan Jeno menempati tempat tidurnya yang pada dasarnya hanya cukup untuk satu orang. Pemuda itu berbaring telentang sambil bersedekap dada.

Jeno yang duduk di pinggiran tempat tidur sedikit meringis kecil. Di sini dirinyalah tamu, tapi Soobin mengalah dan lebih memilih tidur di kursi. Sejujurnya Jeno merasa tidak enak, ingin menegur tapi tak berani. Mau bagaimana lagi, Jeno akhirnya ikut membaringkan tubuhnya sembari memejamkan kata berharap cepat terlelap.

"Aku tidak bisa tidur," ucapnya dalam hati. Kembali membuka mata, memandang langit-langit kamar yang terbuat dari papan kayu.

Ia melirik ke kursi, di mana Soobin berada. Pemuda itu tak bergerak, mungkinkah sudah tidur? Secepat itu disaat dirinya tidak bisa tidur karena adanya orang lain? Sungguh luar biasa.

Jeno bangun guna duduk. Sorotnya menatap ke jendela kamar yang dibiarkan terbuka. Memperlihatkan suasana langit yang dipenuhi kerlap-kerlip bintang yang bersinar. Jeno pun bangkit berdiri, berjalan sepelan mungkin ke pinggir jendela untuk melihat dengan jelas pemandangan cantik dari kamar Soobin.

Jeno baru sadar kalau di samping kamar suaminya itu jurang. Sehingga kesannya seperti Jeno sedang berada di rumah tingkat tepatnya berada paling atas sendiri. Dan dari posisi strategis ini membuat Jeno berulang kali mendecak kagum dibuatnya.

"Cantik, bukan?"

Omega manis itu terkesiap. Buru-buru menoleh saking terkejutnya. Soobin sudah berdiri di sebelah, ikut menatap langit.

"Kenapa kamu bangun?"

Soobin menjatuhkan pandangannya kepada Jeno yang buru-buru menatap ke depan. Dia sedikit terkekeh oleh tingkah malu-malu sang omega.

"Karena lihat kamu berdiri di sini, takutnya malah loncat ke bawah karena tidak terima pernikahan kita."

"Sembarangan!" pekiknya kesal. Tanpa sadar memukul lengan Soobin. "Ah! Maaf, tidak sengaja!" tuturnya bersalah sembari mengelus-elus lengan sang alpha yang sempat dipukulnya tadi.

"Maaf," ujar Soobin tiba-tiba Soobin sembari memegang jemari lembut sang omega.

"Huh?"

"Maaf untuk perlakuan kasarku padamu sebelumnya."

Jeno mengerjapkan matanya dua kali sebelum akhirnya tergelak pelan. "Aku bahkan sudah melupakannya. Kamu telah berbuat sewenang-wenang terhadap omega, asal kamu tahu!"

Soobin terkekeh geli. Dicubitlah pipi gembil Jeno, tak peduli jika empunya mengerang tak nyaman, berakhir memukuli lengan Soobin dengan brutal.

"Aku tahu kamu pasti kaget dengan situasi ini, dan aku tidak akan mengekang kebebasanmu, asal itu masih terbilang tidak berlebihan. Aku bukan alpha yang mengerti romansa, tolong jangan bosan sewaktu-waktu aku kurang memperlakukanmu dengan romantis. Aku akan berusaha menjadi suami yang baik."

"Uhm! Aku juga akan belajar menjadi istri yang baik! Aku sadar kok kadang-kadang terlalu kekanakan, tapi tolong jangan pernah bosan memberitahu semua kesalahanku. Aku akan berusaha memperbaikinya dengan lebih rasional."

Soobin tersenyum kecil. Tangannya terangkat mengacak-acak surai hitam si manis. "Ayo, kita kembali tidur."

"Ehm, baiklah."

PembatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang