Plan

230 47 22
                                    

“Terima kasih, Cho Kyuhyun Daepyeonim,” kata Hyona. Gadis itu membungkuk sopan pada Kyuhyun saat pria itu mengantarnya sampai ke depan rumah.

Sejujurnya Kyuhyun tidak bisa tenang membiarkan Hyona pulang ke rumah di mana ayah gadis itu berada. Tapi mau bagaimana lagi? Kyuhyun sudah menawarinya untuk ikut ke Seoul saja, tapi yang ada Hyona malah tertawa dan berkata, “Tenang saja, Daepyeonim. Aku sudah dewasa dan aku bisa melindungi diriku sendiri.”

Meski sebenarnya Kyuhyun akan merasa lebih tenang jika Hyona ada dalam jangkauan matanya, tapi ia memilih untuk menghormati keputusan gadis itu.

“Hubungi aku kapan pun kau membutuhkan bantuan. Oke?”

Hyona mengangguk. “Sekali lagi terima kasih, Daepyeonim.”

Dengan berat hati akhirnya Kyuhyun kembali ke mobil. Di mobil, pria itu langsung menghubungi sang sekretaris.

“Choi Bisseo, apa kau bisa mencarikan orang yang bisa dipercaya untuk mengawasi Shin Hyona?”

“Bisa. Tapi memang ada apa?”

“Ayahnya jauh lebih buruk dari perkiraan kita. Aku benar-benar tidak bisa tenang meninggalkan gadis itu sendirian.”

“Baik, Daepyeonim. Akan kupastikan mulai besok Shin Hyona diawasi dengan baik.”

“Terima kasih.”

***

 Shin Hyona melambaikan tangannya pada punggung Kyuhyun yang menjauh. Senyum tipis masih tersemat di bibir tipis gadis itu. Hyona kira, Tuhan sudah mengabaikannya. Hyona kira, tidak ada lagi manusia yang bisa membantunya. Tapi secara ajaib Cho Kyuhyun datang. Bagai pahlawan super, pria itu menyelamatkan Hyona dari preman yang hendak membawanya. Hyona tak sanggup membayangkan akan seperti apa jadinya jika Kyuhyun tidak datang.

Ia benar-benar harus membalas kebaikan Kyuhyun suatu saat nanti.

Hyona melihat kartu nama Cho Kyuhyun yang dibawanya. Gadis itu sering melihat Kyuhyun. Baik di televisi, berita, media sosial, bahkan di jalan raya depan sana ada baliho besar yang memajang wajah tampan Kyuhyun sebagai ikon manusia jenius masa kini. Sudah lama Hyona tertarik dengan Cho Corporation, maka dari itu ia antusias hadir di seminar Kyuhyun tadi pagi. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Tuhan memberinya kejutan yang luar biasa malam ini.

“Ternyata kau benar-benar orang baik. Aku jadi mengidolakanmu,” gumam Hyona. Gadis itu tersenyum. Namun senyumnya luntur ketika kartu nama yang ada di tangannya tiba-tiba direbut paksa.

“Appa!” Hyona berusaha merebutnya kembali, tapi Shin Junyoung menjauhkannya.

“CEO Cho Corporation?” Pria itu tertawa. “Aku tidak tahu ternyata kau punya kenalan seorang bos. Diam-diam ternyata kau berguna juga.”

“Appa, tolong kembalikan kartu namanya.”

“Apa dia memberimu uang?”

“Tidak.”

“Jangan berbohong.” Tiba-tiba Junyoung menggeledah saku-saku Hyona. Dan mengetahui bahwa putrinya benar-benar tidak diberi uang, pria itu baru berhenti. “Payah,” katanya.

“Appa, kartu namanya.”

“Biar aku yang menyimpannya.”

“Appa!”

“Tidak usah protes!” bentak Junyoung. “Kalau kau mau kartu namanya kembali, minta kan saja uang padanya dan berikan uangnya padaku. Baru nanti akan kukembalikan.”

Hyona merengut sedih. Bola matanya berkaca-kaca. Ya Tuhan...

***

Kyuhyun masih bergelung di ranjang yang nyaman ketika ponselnya menyala menandakan sebuah pesan. Pria itu membukanya. Pesan dari bodyguard yang Siwon sewa untuk mengawasi Hyona.

Im Not Artificial Intelligence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang