Bosan.
Belum genap satu hari Kyuhyun pergi ke London, tapi Hyona sudah bosan berada di rumah sebesar ini sendiri. Biasanya Hyona selalu menghabiskan waktu bersama Kyuhyun. Sejak pulang sore tadi hingga malam, gadis itu sudah menyibukkan diri dengan mengerjakan tugas kuliah di ruang tengah. Tapi tetap saja. Hyona merasa sepi dan bosan.
Jam berapa ini? Hyona melirik jam dalam ponselnya. Masih jam delapan malam. Gadis itu pun menoleh pada Clara yang duduk di sofa menemaninya. “Clara, jam berapa Daepyeonim tiba di London?”
“Karena Daepyeonim baru berangkat tadi jam 11 siang, dia akan tiba di London besok sekitar pukul setengah 6.”
“Jadi maksudmu aku tidak bisa menghubungi Daepyeonim sampai besok?”
“Kita tidak diperbolehkan memakai jaringan ponsel selama penerbangan. Jadi, ya, kau tidak bisa menghubungi Daepyeonim sampai besok.”
Hyona menghela napas lesu. “Padahal aku sudah merindukannya.”
“Aku juga merindukan Cho Kyuhyun Daepyeonim.”
Hyona langsung mendelik. “Hanya aku yang boleh merindukan Cho Kyuhyun,” kesalnya. “Lagi pula tahu apa kau soal rasa rindu?”
“Rindu digambarkan sebagai perasaan kosong yang muncul ketika kita sangat menginginkan kehadiran seseorang yang dicintai. Ini adalah kombinasi dari perasaan sedih dan harapan untuk mengulang kenangan indah yang pernah dialami.”
Hyona merengut sedih. Kenapa ucapan Clara benar sekali? “Kenapa kau menjawab seperti itu?”
“Karena kau bertanya.”
Hyona mencibir. Tiba-tiba sebuah ide terlintas begitu saja. Gadis itu menatap Clara dan bertanya, “Apa aku boleh masuk ke ruang kerja Daepyeonim?”
“Tapi Daepyeonim sedang tidak ada di sini.”
“Maka dari itu. Mumpung tidak ada.” Hyona menaik-turunkan alisnya. “Aku ingin pura-pura jadi orang kaya. Hahaha.”
“Peraturan nomor 71. Dilarang masuk ke ruang kerja Daepyeonim tanpa izin.”
“Tapi kau bilang segala yang kulakukan di sini diizinkan.”
“Ya.”
“Berarti aku boleh masuk? Aku hanya akan duduk di kursinya saja tanpa merusak apa-apa.”
“Daepyeonim tidak suka jika ada yang masuk ke ruang kerjanya tanpa izin. Tapi jika itu Shin Hyona, tidak apa-apa.”
“Assa!” Hyona berseru senang. Gadis itu langsung melenggang menuju ruang kerja Kyuhyun. Sambil terkikik, ia duduk di kursi besar pria itu. Kursi yang begitu nyaman dan langsung membuatnya merasa seperti orang penting.
“Woah!” Hyona mengelus lengan kursi dengan kagum, lalu memutarnya. “Kursinya pasti mahal sekali.”
Puas dengan kursi, Hyona meletakkan tangannya di meja. Gadis itu sok-sokan membaca dokumen kosong yang ada di meja, kemudian terkikik geli sendiri. “Baru duduk di sini sebentar saja sudah membuatku merasa keren. Pantas Daepyeonim bisa keren begitu,” gumamnya. Lalu memilih untuk memutar-mutar kursi saja daripada pura-pura membaca. Kegiatan yang sepertinya lebih pas dilakukan oleh gadis seusianya.
“Seandainya duduk di kursi ini membuatku bisa punya otak jenius seperti Daepyeonim.”
Hyona melihat-lihat meja lagi. Mencari sesuatu yang menarik untuk dimainkan, meski sejauh mata memandang memang tidak ada yang menarik. Hyona juga membuka laci-laci yang isinya kebanyakan hanya dokumen pekerjaan. Namun ketika membuka laci paling bawah, gadis itu menemukan sesuatu yang familier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im Not Artificial Intelligence
Fanfiction(21+) Sebagai CEO yang sukses, Cho Kyuhyun tidak butuh apa pun lagi di dunia ini. Karena ia memiliki Clara, robot yang berwujud persis seperti manusia. Robot yang ia ciptakan untuk membantu hidupnya, robot yang wajah cantiknya ia ciptakan sesuai den...