What If

230 38 31
                                    

Cho Kyuhyun dan Shin Hyona baru saja keluar dari sebuah firma hukum, selesai berkonsultasi terkait Shin Junyoung. Bedanya kali ini Kyuhyun benar-benar ingin mengurangi hukuman pria itu, menjadi sebagaimana mestinya tanpa diperberat dengan manipulasi apa pun.

Keduanya masuk ke dalam mobil. Namun ketika Kyuhyun hendak menyalakan mesin, pria itu mengurungkan niatnya sambil menghela napas.

“Kenapa?” tanya Hyona.

“Aku merasa ini tidak benar. Aku tidak rela mengurangi hukumannya.”

Hyona cemberut. “Daepyeonim.”

“Hm?”

“Kau mau menjadi orang jahat dengan memanipulasi perkara?”

“Aku tidak peduli selama aku bisa bersamamu.”

“Daepyeonim, kau pikir aku mau hidup bersama orang jahat?”

“Tapi aku benar-benar khawatir. Setelah ini, mungkin hukuman ayahmu hanya akan menjadi satu atau dua tahun saja. Bagaimana jika nanti kau berubah pikiran dan meninggalkanku?”

“Tidak. Aku janji.”

“Aku tidak percaya. Kau sering mengambek dan  berubah-ubah pikiran.”

Hyona terkekeh. “Tidak. Kali ini aku benar-benar tidak akan berubah pikiran,” jawabnya. “Lagi pula kau benar. Jika aku terus tinggal bersama Appa, mungkin hidupku yang akan berantakan.”

Kyuhyun menggenggam tangan Hyona. “Jadi tetaplah di sampingku dan selesaikan kuliahmu, oke? Setelah itu kita langsung menikah saja.”

“Menikah?”

“Ah, apa kita menikah sekarang saja?”

Hyona tertawa. “Ide konyol macam apa itu?” ejeknya. “Lagi pula, lamaran macam apa ini? Daepyeonim benar-benar tidak romantis.”

“Jadi kau benar-benar ingin kulamar?”

Tadinya Hyona hanya bercanda. Tapi melihat reaksi serius Kyuhyun, wajah Hyona justru memerah sendiri.

“Ah, kau benar-benar ingin kulamar rupanya.”

Hyona langsung memukul bahu Kyuhyun. “Jangan menggodaku!”

“Lamaran seperti apa yang kau inginkan? Di taman yang penuh bunga? Atau di kapal pesiar dengan kembang api? Atau di helikopter dengan tulisan di laut? Ah, atau mau kubuatkan baliho besar saja di kampusmu?”

Hyona tertawa. “Daepyeonim, aku benar-benar akan memukulmu jika kau melakukan yang terakhir.”

“Ah, rupanya itu ide yang kau sukai.”

“Daepyeonim!”

***

Mobil yang Kyuhyun kendarai berhenti di lampu merah. Pria itu melihat minimarket yang berada tak jauh di depan, lalu bertanya pada Hyona, “Kau mau es krim?”

“Mau!” jawab Hyona antusias.

Kyuhyun pun menghentikan mobilnya di tepi jalan. “Tunggu di sini. Oke?”

“Oke.”

Hyona melihat punggung Kyuhyun yang menjauh menuju minimarket. Tak sampai sepuluh menit, Kyuhyun sudah keluar lagi membawa dua bungkus es krim. Pria itu mengangkat es krimnya dari kejauhan yang dibalas Hyona dengan senyum lebar.

Betapa beruntungnya Hyona bisa memiliki pria sesempurna itu dalam hidupnya. Pria yang mencintainya dengan begitu besar. Pria yang lebih dari sekadar pantas untuk menerima cinta Hyona, cinta yang baru pertama kali Hyona rasakan.

Im Not Artificial Intelligence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang