BAB 16 : JACK!

22 3 0
                                    

Paman Drake berhasil mengikuti langkah Jack. Tangannya menarik mantel tebal pria itu untuk menghentikan langkahnya. “Berhentilah, Jack!” pria paruh baya itu menghadang Jack tepat di depannya. Napasnya terdengar berantakan. “Tolong dengarkan aku kali ini. Kau tak bisa meninggalkan Minho-ssi dalam keadaan seperti ini, Jack. Keadaan rumah sedang tidak baik-baik saja  dan Jenni akan membuat pria muda itu sekarat karena kelakuannya.”

Jack perlu waktu untuk mencerna kalimat itu. Jadi, ia hanya mendengarkan tanpa berkomentar.

“Sudah berulang kali sejak awal Jenni  tinggal disana, dia membuat kekacauan yang terus berakhir dengan Minho yang frustasi dan membuat pria itu menghabiskan beberapa botol wine di pondok anggur.” Drake menatap sinar lemah di mata Jack. Ia tahu, Jack telah bersusah payah untuk pergi dan saat ia yakin untuk pergi justru ini yang terjadi. “Tolong bantu Minho menenangkan Jenni lebih dulu. Buat wanita itu memahami bahwa kau memiliki hak untuk kembali mengingat masa lalumu. Tak peduli seberapa kesal kau pada Jenni, tapi Minho adalah yang terpenting untuk saat ini. Dia pria yang sangat baik. jadi, kumohon kembalilah sementara. Dan aku akan membantumu kembali pada kehidupanmu yang sesungguhnya. Aku berjanji.”

“Aku bahkan tidak tahu apa yang terbaik bagi siapa. Tapi jika ini menyangkut Minho, aku akan kembali kesana. Aku tetap membutuhkan Minho-ssi untuk  membantuku. Aku bahkan telah banyak merepotkannya.”
Pria itu mengangguk. “Terima kasih, Jack. Mari kita kembali.”

Tak seorang pun paham pada kekacauan ini. Saat kedua orang itu tiba, Minho hanya berdiam diri dan menatap ke langit luas yang cerah. Rambutnya berantakan dan Jenni terlihat menyedihkan sambil menangis di lantai teras. Sweater putihnya terlihat kotor dan kusut, ia bagai wanita yang tengah baru kembali dari hutan. Entah pertikaian seperti apa yang mereka alami, tapi yang Jack tahu ini karena dirinya.

“Bangunlah. Aku antar kau ke kamar. ” Jack membantu wanita muda itu bangun di antara sesak tangisnya yang masih terdengar.

Minho mengabaikannya. Ia hanya terlihat menahan seluruh emosinya saat ini dan kemudian bergerak menjauh dari rumahnya. Langkahnya terlihat sempoyongan dan sesekali meregangkan tubuhnya. Nampak seperti orang tua yang tengah melakukan pendinginan setelah berolahraga berat.

Jack perlahan mendudukkan Jenni di tepi kasurnya. Membantu wanita itu mengusap air matanya dan mendongakkan wajah pucat yang menyedihkan di hadapannya. “Jangan menangis lagi. Aku ada disini.”

Mata itu bergetar. Isakannya masih muncul dan dadanya terasa panas kala pria yang ia cintai ada bersamanya. “Jangan pergi dariku, Jack,” ucapnya dengan lirih dan suara yang ikut bergetar.

“Tenangkan dirimu. Cuci mukamu dan istirahatlah. Aku tak akan kemana-mana. Kau bisa mempercayaiku kali ini.” Wanita yang merasa diperhatikan sekilas mengangguk kecil dan menyodorkan jari kelingkingnya. Ia ingin memastikan bahwa Jack berjanji padanya dan tetap ada untuknya. Tidak peduli alasan apa Jack pergi, dia tetap kukuh pada pendiriannya. “Berjanjilah bahwa kau milikku, Jack,” sergahnya sebelum pria itu melepas jari kelingkingnya yang ditautkan secara paksa.

“Kau butuh istirahat, Jen.”

“Temani aku. Dan jangan pernah pergi.” Gadis itu merengek seperti bayi yang hendak ditinggal ibunya pergi. Tangannya meraih jari Jack dan menggenggamnya erat-erat. Dalam kepalanya ia hanya ingin pria itu memperhatikannya. Ia tak ingin Jack diam-diam pergi dan meninggalkannya saat semua rasa luar biasa itu telah berhasil menguasai dirinya.

Pria itu tersenyum. Wajah tampannya yang lusuh karena sisa pergulatannya dengan Hyungsik tadi membuat bekas yang perlahan disadari Jenni. “Apa yang terjadi padamu, Jack?”

Jack yang menyadari luka lebam di wajahnya mencoba menghindar saat tangan gadis itu hendak menyentuh wajahnya. “Aku baik-baik saja. Tadi pagi aku terbentur balok kayu saat berjalan-jalan ke taman bermain. Kau tak perlu khawatir, besok luka ini akan hilang. Hanya perlu dikompres dan dibalur dengan salep.” Usaha menenangkan itu berjalan baik. Jenni mempercayainya. Tak ada yang perlu diragukan dari sosok Jack yang tak pernah berbohong. Jenni mengenal baik pria itu. Tapi sayangnya Jenni tak mengetahui sepintar apa pria tampan itu memiliki keahlian untuk mengumpatkan semua perasaannya. Jack sangat mahir.

Feel MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang