BAB 12 : RED SHAWL

26 3 0
                                    

Seohyeon tak tahu jika itu akan menyakitkannya. Melihat orang tercinta ada di depan mata namun bukan pelukan yang didapatinya. Ia justru harus mendapati pertanyaan yang menusuk perasaannya.

“Siapa kau sebenarnya?!”

Kalimat penegasan itu terus menghantam isi kepalanya, Taehyungnya tak mengenali dirinya, suaminya sama sekali tak mengingatnya.

Paduan euforia dan rasa gemuruh di dadanya bahkan masih terasa meski sudah beberapa jam berlalu. Ia tak tahan hingga terus-menerus mengatur napas agar setidaknya terasa lebih baik, meski pada nyatanya tak banyak berpengaruh pada gejolak jiwanya yang semakin memberat.

Wanita mana yang sanggup dengan kenyataan seperti ini? Hamil, orang yang dicintai tak mengingat siapa dirinya, dan ironisnya ada wanita lain yang berada disana. Tidak. Tidak ada yang menginginkannya.

“Oppa, apa lagi yang harus kulakukan?” Seohyeon meraung seorang diri sembari memeluk kemeja yang sering dikenakan Taehyung dulu. Ia sangat merindukannya. Ia rindu memeluk tubuh itu, rindu akan aroma dan hangat tubuh yang selalu menemaninya. Pikirannya kacau hingga rasa pusing kembali mencengkeram sisi kepalanya dan berakibat perutnya sekarang sedikit mengencang karena terlalu tegang.

“Maafkan eomma sayang. Eomma menyakitimu—ngg?”

Seohyeon menahan tubuhnya yang terhuyung ke dinding. Memundurkan tubuhnya untuk menyentuh tempat duduk kecil di depan meja riasnya guna meraih obat dalam laci, mencari obat dari dokter yang telah disiapkan jika sewaktu-waktu ia mengalami hal ini. Dan saat ini ia benar membutuhkannya.

Baru saja obat itu masuk ke dalam tubuhnya, sebuah panggilan masuk terdengar dari ponselnya yang ia telungkupkan di atas bantal. Maka dengan sisa tenaga, wanita itu menguatkan diri meraihnya. Melihat nama yang terpampang jelas di layar.

“Seohyeon-ssi?! Dia ingin bicara denganmu.” Suara Minho di seberang sana terdengar seperti sangat terburu. Suaranya menjadi bergemerisik karena ponsel itu segera diberikan Minho pada seseorang yang lain disana.

Dia??

Sejenak menjadi hening. Namun perungu Seohyeon mendengar dengan jelas suara deru napas yang sengaja diatur berada di seberang sana. Tentu orang itu sedang memegangi ponsel yang diberikan Minho barusan.

Mungkinkah ini kau Oppa?

“Bicaralah! Katanya kau ingin bicara dengan wanita itu. Cepat sebelum Jenni mengetahuinya!” suara Minho terdengar ribut sendiri. Gelagatnya sangat ketara dari nada suaranya, meski bukan sedang bicara padanya. “Jack?!”

Oppaa?!

“Ngg—kau.. Kau si—?”

“Sedang apa kalian?!” suara Jenni mendadak muncul dan jelas sekali terdengar penasaran dengan suaranya yang lantang. “Kau menelpon siapa, Jack?” semua hanya diam “Siapa di seberang sana?! Kenapa kalian diam saja? Mana aku mau lihat?!”

Ponsel itu terdengar bergerak ke tangan yang lain. Seohyeon merasakannya, karena suaranya menjadi gaduh di seberang sana. Seperti ponsel yang direbut secara paksa.

“Seohyeon?? Tidak!”

“Heyy.. Jen—”

Seohyeon baru saja ingin bicara, tapi sambungan itu diputus dengan cepat dan sepihak. Dari suara Jenni terakhir tadi dapat disimpulkan bahwa memang wanita itu yang mengakhiri panggilannya.

Seohyeon melempar ponselnya asal. Semua rasa kacau menghajarnya begitu saja. Dan tak ada yang bisa menghalanginya untuk menangis kesekian kali saat ini. Semua rasa membludak. Dadanya terasa sesak dan penuh. Rasa tertekan, gelisah, marah, dan sakit menyatu menjadi satu dan tak bisa diungkapkan meski berteriak paling kencang sekalipun. Taehyung baru saja menghubunginya, tapi apa? Wanita yang berada disana mendominasi miliknya. Mendominasi atas kepemilikan yang palsu. Dan dua nyawa yang berada di ruang ini hanya mampu terus menangisi miliknya yang hilang.

Feel MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang