FM 4 : Someone

19 1 0
                                    

“Aaah aku lelah Oppa.” Gadis itu berjalan gontai memasuki kamar inap yang sudah beberapa hari terakhir rajin disambanginya setelah dari membeli sesuatu.

“Kau istirahatlah, jangan memaksakan dirimu. Biar Oppa yang menjaganya kali ini. Kau bisa pulang dan beristirahat di rumah.” Minho sedikit menggeser tubuhnya agar adik kesayangannya dapat mengisi sisi sofa yang didudukinya.

Gadis itu merengut, menatap sang Oppa dan memberi wajah masamnya. “Dan kau menyuruhku untuk menghabiskan hari seorang diri di rumahmu yang memabukkan itu? Eishh, lebih baik aku disini saja bersamamu Oppa.” 

Gadis itu beranjak dan segera mengambil minuman dingin yang baru dibelinya sebelum kembali memasuki area rumah sakit tadi.

“Kau mau, Oppa? Aku beli dua tadi.” Jenny yang menawarkan minuman beperisa lemon itu dan hanya direspon gelengan ringan oleh Minho.

“Apa kau hanya membawa dua botol minuman asam itu??”

Anggukan kecil Jenny pun hanya dibalas dengan dengusan pasrah dari pria yang kemudian mendirikan tubuhnya itu.

“Oppa, kira-kira kapan dia akan sadar? Bahkan ia sudah menggerakkan jarinya sejak tiga hari yang lalu, tapi kenapa sampai sekarang dia masih saja pulas?” Gadis itu masih memperhatikan pria asing di hadapannya. Menatapnya lekat dengan wajah  yang semakin dicondongkan dan jari lentiknya mulai menyentuh beberapa bagian wajah tampan di depannya.

“Jika kau tak ingin istirahat, setidakknya jangan ganggu dia Jenn. Beri dia waktu untuk memulihkan dirinya,” ujar Minho menginterupsi tindakan Jenny pada lelaki yang masih terbaring lemah itu.

“Oppa! Bagaimana dia memiliki wajah seperti ini ya?” tanya gadis itu dengan tatapan yang masih terpaku pada pria asing itu.

“Sudahlah Jenn, apa kau tak lelah selalu memandangi wajahnya dari kemarin, huh?!” suara pria yang memasuki usia matang itu melemah. Mulai jengah pada sikap adik sepupunya yang selalu memperhatikan tiap detile wajah pria asing yang beberapa hari lalu ditolongnya.

“Dia bahkan tak bangun saat dokter membuka perbannya kemarin. Menyebalkan! Aku sungguh ingin melihat matanya menatapku Oppa. Kupikir, dia pasti akan semakin tampan,” ujar gadis itu dengan kikikan gelinya. Membayangkan bagaimana ia akan sering berpandangan dan bertatap muka dengan pria yang berhasil menarik perhatiannya.

“Aku rasa kau memang harus istirahat Baek Jenny. Ucapanmu semakin melantur. Sejak kapan kau mulai menyukai laki-laki, heumm?!” Minho mencubit pipi adiknya yang menggembul gemas. Menarik kedua sisinya hingga membuat adik kecilnya meringis.

“Ya, Oppa! Aku masih menyukai pria asal kau tahu. Bicaramu saja yang semakin melantur.” Gerutuan itu masih terdengar jelas sambil ia terus mengusap kedua pipinya yang nampak memerah. Mengabaikan Minho yang mulai berjalan menjauhi ranjang rumah sakit.

“Ya Oppa, kau mau kemana?”

“Aku ingin mencari minuman hangat di kafetaria rumah sakit. Kau jagalah dia sebentar,” sahut Minho sebelum pintu ruang inap itu kembali tertutup rapat.

“Ya, ya. Pergilah sesukamu Oppa. akan aku jaga manusia tampan ini dengan senang hati,” ungkap Jenny sambil kembali menatap wajah rupawan di depannya. Bahkan senyum itu tak luntur kala gadis itu semakin mengagumi wajah dengan rahang tegas itu.

“Aish, sepertinya aku terlalu banyak minum minuman dingin,” gumam Jenny sesaat menahan sakit pada perutnya. “Tuan tampan, aku akan ke kamar mandi sebentar okay. I’ll be back.”

::

Brakkkkk....!!!!!

“Ada apa ini?? Mengapa aku selalu mengalami benturan ini?” Tubuh lelaki itu bergerak tak karuan mengikuti guncangan hebat di sekelilingnya.

Feel MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang