11. Melahirkan

636 65 6
                                    

Kandungan Moon semakin tua, usianya 8 bulan meski begitu kondisinya cukup baik di bandingkan dibulan-bulan awal. Aroma tubuhnya juga sering ditutupi oleh aroma tubuh Kai yang berarti mereka selalu bersama.

Leher Moon yang selalu merah, menandakan keakraban sepasang suami itu. Walau sibuk, setiap makan malam Kai selalu melayaninya secara eksklusif, dia memberi Moon makan langsung buatannya, menyuapinya sudah tidak asing apalagi menemani suaminya itu makan.

Walau keakraban itu tidak akan jauh dari rasa iri orang-orang yang melihat mereka, ketika Moon dan Kai makan malam berdua, pelayan baru yang melayani mereka tiba-tiba terdengar menyeletuk, meski dia sudah keluar tapi suaranya masih lah terdengar.

"Apa kau melihatnya? Adiknya kan sudah kembali, apa seserakah itu dia mengambil Tuan muda Cecilian dan tidak mengembalikan alpha itu ke adiknya," bisik pelayan baru tersebut.

Moon menjatuhkan sendoknya dengan sengaja ke lantai. Kai mengelus tangannya menyuruh dirinya untuk bersabar tapi Moon yang akhir-akhir ini selalu emosi tidak bisa menahannya.

"Sttthh jangan banyak bicara, ayo kerja-kerja." Pelayan lama langsung menyentaknya, ia melihat reaksi Moon.

"Tidak masuk akal," pelayan baru wanita itu langsung cemberut.

"Kau," ucap Moon membuka mulutnya, ia memanggil pelayan baru itu.

Pelayan tersebut menggelengkan kepalanya.

"Kemari."

"Kemari!"

Tubuh pelayan tersebut bergetar mendengar Moon menyentaknya.

"Ke sini sebentar," ucap Kai pelan agar pelayan itu tidak ketakutan.

"Bereskan bajumu dan pulanglah," titah Moon. Dia tidak mau makan mendengar itu.

"Langsung dipecat?" tanya pelayan tersebut.

"Tapi Yang Mulia." Apapun pembelaannya Moon tidak peduli.

"Pulang atau potong lidah, kau pikir aku seperti pemeran utama yang akan pura-pura tidak mendengar kau berbicara apa? Kau pikir aku akan diam saja? Atau putus asa lalu menangis?" sentak Moon marah-marah.

"Maaf saya lancang." Pelayan itu tidak bisa melawan. Kai meyakinkan dirinya untuk keluar dan tidak keberatan dipecat.

"Siapapun yang melunjak di sini, angkat kaki, jika ingin membicarakanku bicaralah diluar!" Moon membanting piring tempat makannya.

Sontak semuanya terkejut. Tapi Kai sadar kalau Moon sedang stres karena sebentar lagi akan melahirkan.

"Moon." Kai menghentikan tingkah omeganya itu, tapi Moon menarik tangannya dan menyentak.

"Apa?!"

Semuanya jadi diam, bukan karena takut tapi karena tidak ingin Moon jadi memburuk.

****

9 bulan

Moon masih selalu marah-marah, hal itu membuatnya cepat stres, ia harus mengalami kontraksi. Meski begitu tetap saja Moon masih marah-marah.

Moon tidak bisa bohong kalau ia marah-marah karena dia takut. Dia akan melahirkan, jadi dia marah-marah untuk menghilangkan rasa cemas.

Jam 3 pagi, Moon menelan ludahnya, ia benar-benar sudah sulit bergerak, kakinya juga merah. Rasanya takut, tapi bagaimana ini ... harusnya sepuluh hari lagi ia melahirkan tapi malah sekarang.

Pria itu terbaring diatas kasurnya yang hanya beralas kain. Moon takut, berkali-kali ia melihat kiri dan kanan.

Jantungnya berdebar, di ruangannya bukan hanya ada Kai dan tabib tapi banyak sekali. Karena ini pertama kalinya Moon seorang alpha menjadi omega melahirkan seperti ini. Beberapa orang di kumpulkan menjadi saksi lahirnya anak itu. Ini memalukan.

Law ayah angkatnya, ada San Alpha ibunya lalu ibunya Kai, dua tabibnya, satu saksi dan saksi lainnya. Mereka benar-benar memperhatikan Moon dengan teliti, namun Moon takut.

Moon gelisah. Meski sudah tidak akan merasakan sakit tapi Moon takut saat benda tajam menggores kulitnya.

"Pejamkan matamu," pinta Kai. Ia di samping Moon sambil memegang tangannya, membantu Moon memejamkan matanya jika takut tapi jangan tidur.

"Pisau itu terlalu tajam, tolong letakan usus dan jantungku ditempat sebelumnya," pinta Moon lagi, tangannya bergetar.

"Moon, mereka tidak akan jauh seperti itu, jarak antara bayi dan organ tubuh itu berbeda, mereka punya kantungnya sendiri," jelas Kai.

"Kenapa aku masih harus tetap telanjang?" Moon banyak mengoceh. Kai hanya meladeninya, iya dan iya karena dia harus terus menjawab ocehan Moon.

"Kenapa selalu memakai saksi! Aku malu."

"Apa rasanya akan sakit?"

"Tidak akan, tidak kan?"

"Mereka sudah mulai? Dari tadi?"

Kai mengangguk pelan. Moon terus mengoceh, ia menceritakan apa saja, bahkan sampai menceritakan tentang hal-hal pribadi.

"Ceritakan sesuatu ayo!" pinta Moon dengan paksa.

Kai menghela napasnya. Ia mendekatkan mulutnya ke arah telinga Moon sambil berkata, "Pada suatu hari, ada alpha kecil yang depresi, ia bunuh diri menenggelamkan diri ke sungai dalam kondisi mabuk, untungnya alpha itu di tolong oleh seseorang dan dibawa ke rumah ibunya."

Moon merubah ekspresinya jadi heran karena cerita itu seperti masa lalunya.

"Ternyata alasan si Alpha itu bunuh diri karena mencintai adiknya sendiri," ucap Kai langsung dapat pelototan tajam dari Law dan San.

"Seperti kisahku." Moon menguap.

"Hei, buka matamu tatap aku saja, jangan tidur, aku takut kau tidak bangun lagi, nanti saja tidurnya," ucap Kai panik. Siapapun pasti panik, Kai takut walau mustahil Moon mati karena diakan pemeran utamanya, dihidupnya.

Satu jam kemudian. Ada suara bayi, Kai mendengarnya, ia memberitahu Moon. Sedangkan Moon hanya menjawab lirih.

"Kau mendengarnya?" tanya Kai sambil mengecupi pipi Moon.

"Dengar ..." jawab Moon menolak kecupan dari Kai dan berusaha menghindar. Kai langsung pergi dari hadapan Moon dan melihat bayinya yang sedang di gendong oleh ibunya.

Ada dua anak setengah serigala dia kecil memiliki tangan dan kaki yang lengkap dan telinga serigala yang masih ke bawah, tanpa rambut. Orang bilang bayi itu mirip Kai ketika masih bayi yaitu botak karena rambutnya yang putih.

Kai tersenyum saat ibunya memberikan bayi itu pada Kai, Kai segera berjalan ke arah Moon.

"Buka tanganmu," ucap Kai ingin meletakkan bayinya di dada Moon.

Tapi Moon malah menatapnya dengan sinis.

"Apa ini ususku?" tanya Moon sinis, ia sedikit mengantuk.

"Bayimu." Kai meletakan anaknya di dada Moon.

"Jelek sekali," lirih Moon tersenyum. Mulut dan hatinya selalu bertabrakan.

"Kenapa dia mirip denganmu ...?" tanya Moon heran. Dia hanya mewarisi telinga dan buntutnya saja.

"Jadi maksudmu aku jelek?" Kai bertanya seperti itu dengan nada bercanda.

Satu anak lagi pun diletakkan ke dada Moon oleh sang ibu mertua. Moon terkejut. "Dia kembar?"

Kai mengangguk.

"Ambil saja untukmu, dua-duanya." Jawaban Moon membuat Kai tertawa, dia berbicara seperti itu dengan ekspresi sedihnya sangat lucu.

"Sampai kapan kau akan terus malu-malu serigala seperti itu? Jujur saja dengan hatimu, kau senangkan?" tanya Kai tertawa.

Moon tidak bisa menahan air matanya. Dia mengangguk pelan sambil mengelus pelan kening bayinya dengan jari telunjuk.

"Ini ... aku benar-benar tidak menduganya, dia sudah menjadi omega." Law mengurut keningnya, dia bingung sekarang, pemimpin di negara ini jadi omega.

[Bl] Omega FatalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang