8. Di Gugurkan

643 52 6
                                    

Meski harus menunggu besok, Moon tetap datang ke rumah orangtuanya untuk melihat Aram, sayangnya Aram tidak bisa dijenguk karena tubuhnya sangat sensitif terhadap bau, dia omega tanpa alpha dan akan terus muntah-muntah jika mencium feromon siapapun kecuali Alphanya.

Tapi sayangnya San mengusir Knox, alphanya Aram.

****

"Aram," panggil Moon. Moon hanya mengetuk pintu kamar Aram sayangnya tidak ada jawaban hanya ada suata tangisan, Moon berpikir hidup Aram lebih sulit darinya.

Ia pun menunduk sedih di depan pintu kamar adiknya.

"Yang mulia." Dua pengawalnya yang ikut langsung mengipasi wajah Moon dengan kipas dan segera menarik bangku ke arah Moon.

"Kalian tidak perlu berlebihan padaku, aku tidak apa-apa," ucap Moon merasa pengawalnya ini sangat hiberbola.

"Boleh kakak masuk?" Moon mengalihkan perhatiannya ke pintu lagi sambil mengetuk-ngetuknya tapi dua pengawal itu malah panik untuk menghapus air mata yang belum turun dimata Moon.

"Aku tidak kuat kakak ... aku ingin mati, aku ... tidak layak hidup di dunia," lirih Aram dari dalam kamar. Dia menangis.

Moon pun menjawab, "Itu ... berlebihan."

"Hidup kakak enak, kakak seorang Raja, kakak punya uang dan tidak perlu memikirkan ini itu bahkan kekasihku yang sudah kakak ambil tampaknya setia selama tiga bulan ini," ungkap Aram. Moon bingung harus menjawab apa.

Tapi dua pengawalnya sudah rusuh menutup telinga Moon agar tidak mendengar ucapan Aram, Moon hanya menghela napas melihat tingkah dua pengawal yang mendapatkan perintah dari Kami untuk melindungi dirinya itu.

"Yang Mulia," ucap pengawal satu lagi sambil mengecek denyut nadi Moon.

Moon rasa ini berlebihan. "Sudah kubilang aku tidak apa-apa," ucap Moon mulai kesal.

"Oh astaga."

Dua pengawal itu menjauhkan Moon dari arah pintu kamar saat melihat pintu kamar terbuka.

"Bilang pada Kai aku tidak apa-apa," ucap Moon berusaha tidak terlihat emosi.

Moon pun melihat Aram sudah membuka pintu dan langsung membawanya ke dalam kamar.

"Aram, aku akan berusaha membantumu," ungkap Moon saat tangannya ditarik.

"Ar—" Aram dengan cepat mengambil sebuah kotak kayu dan menyerahnya pada Moon.

"Aku ... sudah membunuhnya ...," lirih Aram.

Dengan tangan bergetar Moon melihat isi kotak kayu itu dan isinya adalah janin yang belum terbentuk. Moon langsung menjatuhkan kotak itu dan menutup mulutnya, janin itu sudah kering.

"Anakku, sudah kubunuh, mereka mati dua bulan lalu," ungkap Aram. Tatapan matanya kosong.

"Belum belum jadi apa-apa, mereka hanya janin," ungkap Aram kemudian memohon.

"Jangan beritahu ayah ..."

"Huek." Moon berusaha menutup mulutnya tapi sayangnya ia mual.

Dua pengawalnya dengan cepat langsung masuk ke dalam kamar. "Yang Mulia!"

"Harusnya aku juga tidak memberitahumu," ucap Aram. Matanya berubah terlihat seperti marah.

Moon hanya menahan mulutnya agar tidak muntah, ia tidak menjawab apa-apa.

"Aku gila, aku tahu aku gila." Aram mundur perlahan dan Moon juga dibawa keluar oleh pengawalnya.

Pertemuan mereka hanya sebentar.

"Jangan beritahu apa-apa soal ini ... jangan beritahu ... aku tidak sudi melahirkan anak dari orang yang aku sendiri saja tidak terlalu kenal padanya," ungkap Aram.

Telinga Moon mendengung, dia tidak mendengar apa-apa selain merasakan kakinya melayang, tubuhnya ringan dan jatuh ditubuh pengawalnya yang sudah siap menahan tubuh itu, setelahnya Moon tidak ingat apa-apa lagi.

****

Aram tersiksa, ia merasa hampa, rasa marah pada Moon semakin besar, ia merasa Moon sangat beruntung bisa mendapatkan hati Kai sedangkan dirinya malah jadi korban pelecehan alpha.

Setelah kepergian Moon yang dijemput oleh Kai, Kai bahkan tak mengucapkan kata maaf sekalipun meski karena telah menyakiti hati Aram.

"Kenapa dunia ini tidak adil, aku harus bagaimana kakak? Aku harus bagaimana ..., kalau aku tahu Kai menyukai kakak aku mungkin tidak akan mendekatinya dan mencari alpha lain daripada jadi korban pelecehan seperti ini." Aram hanya bisa menangisi keterpurukannya.

Aram keluar kamarnya, ia melangkah ke dalam dapur dan mengambil sebuah pisau, ia mengarahkan pisau itu ke lehernya. Ayah dan ibunya tidak ada di rumah inilah kesempatannya untuk mati.

Aram pun tanpa ragu akan bunuh diri, namun tiba-tiba seekor serigala masuk dari jendela dapur mendorong Aram dan menjatuhkan pisau itu, serigala tersebut menjilati leher Aram yang sedikit terluka, sebelum akhirnya ia berubah menjadi seseorang, seorang pria yang membuat Aram terburuk.

"Jangan ... jangan ...," lirih pria tersebut Knox. "Maafkan aku, maaf ... mempermainkanmu, maaf."

"Huwaa!" Aram berteriak dan menangis sambil memukuli pria tersebut. Ia meronta, laki-laki ini benar-benar tidak melepasnya meski Aram sudah membunuh anaknya sekalipun, obsesif.

****

"Hei?" Kai menepuk pelan pipi Moon, ia membawa Moon ke kamarnya. Ia terpaksa pulang dengan cepat karena mendapatkan kabar bahwa Moon pingsan.

"Hei?" tanya Kai penasaran, Moon berkeringat dingin. Kai mengusap kening omeganya itu dengan sapu tangan kemudian sebelah tangannya ia gunakan untuk melonggarkan pakaian Moon.

Kau menyuruh pelayan untuk mengangkat sedikit kaki Moon, ia juga memeriksa denyut nadi leher pasangannya itu.

"Kau melihat apa? Moon?" Kai melihat Moon mulai membuka matanya.

"Kenapa?" tanya Kai.

Moon tiba-tiba menangis, meneteskan air matanya, dia saat ini seperti bayi. Kai pun memeluk pria tersebut.

"Ssttth." Kai mengusap rambut Moon.

"Aram membunuh calon bayinya," lirih Moon masih mengalami shock.

"Anak itu tidak diinginkan apa yang kau harapkan kalau anak itu bertahan? Anak itu akan tersiksa jika hidup nanti," ucap Kai tanpa peduli perasaan Moon tapi itulah kenyataannya.

"Apa itu artinya aku juga boleh membunuh anak ini?" tanya Moon penasaran sembari mengelus perutnya.

Dengan cepat Kai berkata, "Maaf aku salah bicara."

"Kau berkeringat." Kai buru-buru mengalihkan topiknya, ia mengelap keringat diwajah Moon, jemarinya perlahan menggenggam tangan kasar Moon.

Moon agak jijik, ini cukup menjijikkan mengingat dirinya adalah alpha, kulit Moon kasar, dia hitam, tangannya juga berurat rasanya aneh diperlakukan seperti omega.

"Tidak bekerja?" tanya Moon melepas paksa tangannya.

"Kerja, tapi kau sekarang adalah prioritasku," ucap Kai datar, tapi entah kenapa ... mungkin ini karena selera Moon, Moon merasa nyaman dengan nada bicaranya.

Moon ingin Kai terus seperti ini memperlakukannya seperti seorang teman.

"Ini memalukan tapi ... apa boleh seperti ini?" tanya Moon.

Kemudian ia menambah perkataannya lagi. "Aku ingin kau memperlakukanku seperti seorang teman, jangan terlalu intim atau jangan terlalu pura-pura baik, keluarkan saja sifat aslimu, aku lebih nyaman dengan itu."

Kai tertawa, ia tidak menduga perkataan Moon. Kai pun mengangguk, namun itu adalah penyesalan Moon.

Perkataan itu harusnya tidak dikatakan karena setelah itu ... Kai melumat bibirnya, tangannya pun kumat, jarinya bergerak kebagian belakang Moon.

"Mengeluarkan sifat asliku, sesuai permintaanmu."

Bersambung

Surat untuk Moon:
Sekarang lo nyeselkan, nyeselkan



[Bl] Omega FatalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang