12. Disuruh Belajar Parenting

454 46 3
                                    

Moon tidak peduli pada anaknya, keesokan harinya Moon membiarkan anaknya menangis dua-duanya. Moon tidak menyentuh anaknya kali ini.

Dia tidak baby blues hanya bingung saja apa yang harus dia lakukan.

Hal ini membuat Kai tidak tenang seharian, dia harus terus di dekat Moon, memberikan arahan. Karena pelayan hanya membantu Moon ketika pagi dan siang saja, kalau sore, malam Moon yang harus mengurus anaknya.

Bahkan saat Moon ditakuti malam-malam.

"Moon, anakmu hilang!" teriak Kai.

Sambil tidur Moon menjawab, "Tidak apa-apa, ini satu lagi sekalian."

Kai terdiam, Moon benar-benar tidak memiliki nalurinya sebagai omega setelah melahirkan.

Setiap dua jam sekali dia membangunkan Moon untuk menyusui anaknya. Moon memang bangun tapi dia tidak menyusui anaknya.

Hal itu membuat Kai selalu menghela napas. Ketika anaknya menangis pun Moon tidak peduli.

****

Pagi-pagi Moon masih istirahat di kasurnya sambil melihat anaknya dimandikan oleh ayahnya.

Tiba-tiba Kai yang selesai memandikan bayinya mendatangi Moon, anak itu tertawa tanpa suara melihat Moon tapi sayangnya Moon terlihat jijik melihat bayi yang pusarnya belum sempurna.

"Sentuh sebentar, seperti ini cara memandikannya, aku belum bisa mempercayai pengasuh," ucap Kai. Ia menarik sebelah tangan Moon.

Dengan bergetar Moon menyentuh bayi menyeramkan itu, dimatanya.

"Halo sayang," ucap Moon lembut kemudian mengelus jidatnya.

"..." Moon kemudian diam.

"Satu lagi ke mana?" tanya Moon baru ingat kalau anaknya yang selalu bersamanya hanya ada satu.

"Digendong ayah angkamu tadi," jawab Kai. "Oh iya kita belum memberinya nama, kau ingin namanya siapa?"

"Nama ..." Moon bergumam memikirkan nama anaknya. Ia pun menunjuk hidung anak itu, kuku Moon panjang dia memiliki cakar.

"Ini serigala satu dan yang bersama ayah namanya serigala dua," ucap Moon tidak mau ambil pusing.

Kai segera menarik pelan tangan Moon yang tajam itu dari hidung buah hatinya.

"Cari yang indah seperti namamu," balas Kai, merasa kalau Moon tidak serius memberi nama anaknya.

"Kenapa harus memberinya nama? Mereka kan akan dipanggil Pangeran, atau Cecilian," ungkap Moon lantang.

Kai menutup mulut Moon sambil berkata, "Knight dan Wildblood." Nama anaknya.

Mata Moon langsung memicing kesal, terlihat seperti akan menerkam Kai sekarang juga.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Bukankah lebih baik daripada aku beri nama bumbu dapur," jawab Kai.

Entah Kenapa rasanya Moon ingin marah. "Kau menyuruhku memikirkan nama, tapi malah kau sendiri yang memberi nama." Siapa yang tidak kesal.

Kai tidak menjawab apa-apa kemudian mengelus kepala Moon.

"Cih." Moon berdecih, tidak luluh hari ini.

****

Hari kebahagiaan Moon bukanlah hari kebahagiaan Aram, Aram menahan diri agar tidak kesal pada kakaknya, namun ayahnya mengetuk pintu kamar.

Seperti neraka dan surga itu pertandingan Aram dan Moon saat ini.

"Aram, kau tidak ingin melihat bayi?" tanya Garam sang ayah, hanya Aram yang belum melihat anaknya Moon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Bl] Omega FatalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang