O5. Kamu berharga

377 51 18
                                    

Aku mau bilang sesuatu dulu, kalau Satya itu dipanggil Ananta sama kakek, nenek, ibu dan ayahnya. Kalau Jaka sama orangtuanya manggilnya Satya.

...

Nampak siswa itu berdiri dengan tubuh yang bergetar. Matanya terpejam. Dia menatap seluruh siswa yang berbondong-bondong untuk melihatnya. Seperti tontonan yang menarik untuk disaksikan oleh mata.

Remaja itu terus menatap semua orang yang ada di sana. Remaja itu bernama Sapta. Dia rasa, manusia memang munafik seperti ceritanya. Jika Sapta bisa menciptakan sebuah karya, maka dia akan beri nama "Manusia tak seindah rupanya"

Andai bisa, Sapta akan mengambil segalanya yang seharusnya menjadi miliknya.

Perlahan Sapta menutup matanya. Rasa iri nya sudah meluap-luap bahkan dia tak sanggup melihat segala yang seharusnya dia dekap menjadi milik orang-orang.

Tubuh itu melangkah. Teriaknya semakin terdengar. Saat Sapta melangkahkan kakinya untuk yang kesekian kali, seseorang memanggilnya dengan suara yang terdengar sangat candu.

"Saptawarta." Panggilnya dengan nada yang begitu sopan untuk didengar.

Sapta menoleh. Hembusan angin menerpa wajahnya dan membuat rambutnya menyibak ke belakang. Wajah penuh lebamnya itu menatap Satya yang sudah berdiri dengan rasa khawatir yang menggebu-gebu dan keringat yang sudah mengalir seperti air basuhan untuk wajahnya.

"Sapta, jangan. Kamu terlalu berharga untuk pergi sekarang. Ayo kembali. Hidup mu masih panjang, masih banyak orang yang menunggumu untuk pulang." Ujar Satya dengan air matanya yang sudah menggenang. Baru pertama kali ini air mata Satya hampir jatuh ke pipinya. Walaupun tak jadi karena Satya semakin merasa bahwa dirinya gagal karena mendengar penolakan dengan wajah menyedihkan.

"Untuk apa? Memangnya siapa yang mengharapkan pembunuh kembali ke rumah? Si malapetaka ini akan pergi saja jika dunia memang ingin memberikan karma, lebih baik aku tiada dan merasakan karmanya langsung dari Tuhan agar tak merasakan sakitnya hidup sebagai kotoran. Aku itu menyedihkan." Jawab Sapta yang menatap ke arah bawah. Bayangan dirinya akan terjatuh dengan darah yang mengalir dengan deras sudah terasa mengerikan.

Sapta tersenyum miris dan melangkahkan kakinya agar dia terjatuh. Namun tak jadi.

Satya memegang tangan Sapta agar pemilik tangan itu tak terjatuh. Satya menahannya. "Jika semua orang mau kamu tiadaaka tolong hiduplah, untuk ku yang ingin kamu ada di dunia agar bisa bahagia." Ujar Satya yang memegang tangan Sapta.

"Kalau kamu berani menahan ku maka jangan salahkan aku jika kamu akan tiada bersama ku." Balas Sapta dengan senyuman menyedihkan.

Satya tak bereaksi apa-apa. Dia menatap ke bawah. Lalu menarik nafasnya dan melihat netra milik Sapta.

"Kalau aku tiada, kamu janji jangan pernah punya niat untuk pergi ya. Karena aku mau kamu tetap hidup untuk ku dan yang lainnya." Ucap Satya lalu menarik Sapta agar tubuhnya menjauh dari sana.

Tubuh Satya terjatuh dari sana menggantikan posisi Sapta. Semua orang semakin berteriak histeris. Sebuah tragedi yang seharusnya Sapta lakukan malah digantikan oleh seseorang. Darah mengalir dari kepala milik Satya. Anak itu kini sudah tak sadarkan diri. Sapta mundur beberapa langkah. Dia menutup mulutnya dengan air mata yang sudah mengalir dengan deras.

Dia tak menyangka bahwa memang ada orang seperti Satya. Dia tak pernah tau rasanya disayang oleh seseorang hingga mereka mau mengorbankan nyawanya demi Sapta.

Jaka menangis sejadi-jadinya dan berteriak tak terima. Ambulans datang dengan segera dan Satya di bawa ke rumah sakit bersama kakak sepupunya dan beberapa guru yang ikut di dalam ambulans itu.

Manusia Terluka [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang