"Satya! Pagi sudah datang, ayo menyapa matahari bersama ku. Sekolah akan dimulai sebentar lagi, ayo bangun. Aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu!" Ujar Jaka sedikit keras membuat Satya membuka matanya perlahan dan tersenyum kepada kakak sepupunya.
Pagi menyapa. Indahnya matahari dan teriakan Jaka membuat Satya sedikit terganggu karenanya. Namun entah kenapa Satya menyukainya. Jaka yang kini benar-benar berbeda. Lebih hangat kepadanya dan sering sekali tersenyum untuk mengungkapkan kasih sayangnya.
"Hai, adik ku. Ayo bangun. Aku memiliki hadiah pagi ini." Ucap Jaka dengan senyuman indahnya. Satya berusaha duduk dengan nyawanya yang masih terkumpul setengah.
"Apa? Hadiah apa?" Tanya Satya dan Jaka menunjukkan sebuah kandang yang dia tenteng.
"Ta-da! Lihat! Ini namanya kucing. Aku membelinya karena dia sangat cantik. Bulunya seputih salju jadi aku teringat dirimu yang seputih susu. Aku pikir kalian akan cocok."
Jaka duduk di atas ranjang Satya dengan seragam lengkapnya. Dia membuka kandang tersebut dan kucing itu keluar dengan ketakutan.
"Sebentar lagi kita akan lulus. Aku akan dinyatakan sebagai pewaris utama dan mengerjakan segalanya tentang bisnis Rahardja. Pastinya kita akan jarang bertemu dan sulit berinteraksi seperti sekarang. Makanya aku membeli si cantik ini agar dia bisa menemanimu saat aku tidak ada nanti. Karena mulai besok aku akan belajar tentang bisnis dengan guru Wagindra."
"Saat aku tak ada, bermainlah dengan si cantik ini. Tunggu aku kembali. Mungkin kelasnya akan selesai sekitar pukul tujuh malam. Aku akan menghampiri si cantik ini untuk tidur bersama ku."
Satya tertegun saat kucing itu mendekatinya.
"Ayo beri dia nama." Suruh Jaka dan Satya menggendong kucing itu lalu menatapnya lamat.
"Snowy? Ya. Nama si cantik ini adalah, Snowy." Ujar Satya dan Jaka mengangguk setuju.
"Baiklah Snowy, kamu masuk ke kandang dulu ya. Aku dan Satya akan pergi ke sekolah yang membosankan. Nanti tuan mu yang tampan ini akan mengajakmu bermain sampai aku pulang. Madam yang akan mengurus mu saat kami tidak ada."
"Snowy, cantik." Gumam Satya dan Jaka tertawa kecil.
"Satya dan Snowy. Benar-benar serasi sebagai hewan peliharaan dan majikan. Nama kalian hampir mirip." Celetuk Jaka membuat Satya tertawa kecil.
"Aku tak sengaja. Aku hanya mengingat nama salju karena bulunya sangat putih. Daripada Snow lebih baik Snowy kan?"
"Benar. Sudahlah ayo bersiap. Sopir sudah menunggu kita sejak pagi tadi. Kamu segera mandi sana. Aku akan membantumu menyiapkan buku dan mengambilkan mu seragam sesuai jadwal."
"Tapi kak---"
"Diam. Aku melakukannya karena ini keinginan ku. Jangan membantah, aku tidak suka adik yang nakal." Sela Jaka yang sudah membuka lemari milik Satya.
Satya sendiri tersenyum dan mengangguk. Setelahnya dia pergi dan masuk ke dalam kamar mandi dengan tenang.
"Kak Jaka itu menyedihkan ya." Gumam Satya lalu dia menatap ke arah cermin yang berada di depannya. Setelah mencuci mukanya Satya terdiam sejenak.
"Menyedihkan. Remaja sebaik kak Jaka harus menjadi boneka. Padahal kak Jaka itu sangat mirip dengan bibi Dafina. Sayang sekali orang sebaik kak Jaka harus memiliki ayah seperti paman." Gumam Satya lagi. Dafina sendiri adalah istri Abimanyu --- ibu Jaka.
"Andai aku bisa menolong kak Jaka."
"Andai."
Sedangkan disisi lain Jaka kini termenung menatap figura yang ada di atas meja belajar milik Satya. Terdapat foto Diajeng dan Dirgantara dengan Satya di gendongan ibunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/372728688-288-k328066.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia Terluka [REVISI]
Fanfiction[angst, brothership, friendship] [Masih di repici, jadi kalau ceritanya masih acak-acakan di maklumin aja yaa] Aku hanya ingin tahu caranya bahagia, dan akhirnya setelah banyaknya tangisan dan teriakan, aku menemukan jawabannya. Aku bahagia. ©horang...