Pada sarapan di pagi hari itu, Sasuke mencoba untuk menebus kesalahannya kemarin malam. Keduanya masih dipenuhi dengan euforia sisa semalam dan sesekali bersenda gurau. Atau lebih tepatnya Sakura yang terus saja mengganggu Sasuke yang sedang berkonsentrasi penuh memasak.
Tapi Sakura tidak sepenuhnya hanya mengganggu Sasuke. Dia juga mengarahkan Sasuke tiap kali pria itu hampir membuat kesalahan saat memasak yang berarti itu sangat sering terjadi.
Sasuke salah memotong sayur. Dia terlalu lama memasak mienya. Dia memecahkan telur sembarangan hingga kesulitan memeras jeruk.
Setidaknya, hal itu jadi hiburan untuk Sakura. Sampai pada saat Sasuke tidak sengaja menjatuhkan sisa telur ke lantai dan membuatnya dapur jadi jauh lebih berantakan akhirnya Sakura terpaksa turun tangan dan mengambil alih dapur.
"Oke, Sasuke. Kau bersihkan lantainya dan aku akan lanjutkan masakanmu ini." Perintah Sakura yang sudah bangkit dari kursinya, mendorong Sasuke menjauh, dan meraih spatula yang Sasuke tinggalkan begitu saja di wajan.
Masakan Sasuke lebih parah dari yang bisa dia bayangkan. Entah mengapa dia bersyukur laki-laki itu membuat makanan mereka hangus. Tapi Sakura jadi bertanya-tanya, bagaimana selama ini Sasuke memasak makanannya waktu mereka masih menikah?
"Waktu kita menikah dulu, apa kau juga memasak?" Tanya Sakura. Sasuke berjongkok di lantai membersihkan kekacauan yang dibuatnya.
"Hmm.. kadang-kadang. Kau pasti pernah melihat makanan yang aku buat. Aku pikir aku juga pernah menawarkanmu. Memang tidak sebaik yang aku katakan padamu kemarin. Itu hanya trik untuk membuatmu terkesan. Aku juga biasa membeli makanan di luar. Kita dulu selalu merawat diri kita masing-masing." Jawab Sasuke panjang lebar.
Sakura menghela nafas. Mereka adalah orang asing di bawah atap yang sama. Dulu.
"Aku selalu khawatir kau tidak makan dengan benar. Kau selalu makan malam dengan salad. Kau perlu lebih dari itu. Kau terlalu kurus." Kata Sasuke lagi.
Sakura mematikan kompor. Dia meletakkan telur omeletnya pada piring. Ada perasaan senang ketika dia tahu bahwa Sasuke diam-diam memperhatikannya dan peduli padanya.
"Janji padaku untuk tidak melakukan diet terlalu ekstrem lagi. Menurutku, tubuhmu sudah ideal." Sasuke berdiri. Sampah sudah dia masukkan ke dalam tempat sampah di samping konter dapur. Kini dia menyodorkan jari kelingkingnya pada Sakura. "Ayo, janji padaku!"
Sakura meringis. Sasuke seperti anak kecil. Jauh berbeda dari sifatnya yang dikenal dewasa dan tenang. Namun lagi-lagi Sakura mengikuti permainan Sasuke. Dia menjulurkan jari kelingkingnya dan berkata, "Iya, Sasuke. Aku berjanji."
Sarapan pagi itu mereka isi dengan obrolan. Sasuke mengatakan kalau hari ini dia akan bertemu dengan Karin untuk sesi konsultasi terakhir sebelum wanita itu melahirkan.
Untuk yang satu ini, Sakura tidak bisa menutupi kekhawatirannya. Belum apa-apa dia sudah membayangkan banyak hal buruk tentang kesehatan mental Sasuke.
Dan juga merasa bersalah. Seolah hal buruk yang terjadi pada sang mantan suami disebabkan olehnya. Setidaknya dia adalah salah satu alasan yang mendorong Sasuke sampai harus mencari pertolongan.
"Kau juga harus berjanji untuk tidak berpikir buruk tentang dirimu, Sasuke." Sakura mengulurkan jari kelingkingnya. Seperti yang tadi Sasuke lakukan.
Sambil tertawa kecil Sasuke menyambut jari kelingking Sakura dan menautkannya dengan jari miliknya. Mereka membuat janji kedua di pagi hari itu.
***
"Aku takut kau bisa melahirkan saat ini juga." Canda Sasuke saat melihat Karin berjalan mendekatinya.