Wajah Sasuke yang terlihat tak nyaman adalah hal pertama yang mencuri perhatiannya begitu dia keluar dari gedung kantor. Dia yakin pasti telah terjadi sesuatu karena pagi tadi Sasuke terlihat baik-baik saja.
Kedua sudut bibir pria itu baru terangkat saat dia menyadari kehadiran Sakura yang berjalan semakin dekat ke arahnya. "Hai," sapa Sasuke lembut yang lalu mendapat pandangan penuh tanya dari Sakura.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Sakura sama sekali tidak berbasa-basi.
Sasuke menggelengkan kepala. "Aku baik dan tidak baik."
Jawaban ambigunya membuat alis Sakura terangkat. Dia sedang tidak ingin bermain tebak-tebakan. "Kau bicara tidak jelas."
"Hanya kesal karena bertemu Naruto tadi." Sasuke menjawab jujur lalu mengangkat bahu. "Dia membuatku kesal."
"Kenapa?"
"Karena dia ingin merusak hubungan kita."
Sakura menghela nafas. Tidak perlu susah-payah mengenal Naruto lebih jauh, Sakura tahu karakter pria itu akan sulit untuk disuruh berhenti. Sebuah penolakan mungkin malah dianggapnya sebagai penyemangat.
"Jangan pikirkan dia." Ujar Sakura memberi saran. "Jangan pedulikan. Kau teman baiknya kan? Kau pasti lebih tahu cara untuk mengatasi sikap menyebalkannya itu."
"Mungkin?" Sasuke tidak benar-benar yakin dengan jawabannya. Dia dan Naruto memang sudah berteman sangat lama. Namun apa dia benar-benar mengenal Naruto adalah satu hal yang berbeda.
Dia tahu Naruto kerasa kepala. Sama sepertinya. Dia tahu Naruto pantang menyerah. Lagi-lagi sama sepertinya. Mereka setidak punya dua sifat yang mirip. Mungkin Naruto hanya lebih bersahabat saja dengan banyak orang karena bisa dengan mudah membuka diri.
Sakura membuka pintu penumpang depan tanpa menunggu Sasuke. Pria itu masih sibuk dengan kekalutan di kepalanya.
"Mau ke rumah ayahku?" Tanya Sakura tiba-tiba saat Sasuke sudah duduk di bangku pengemudia dab siap untuk menyalakan mesin.
Wajah Sasuke kali ini menunjukkan ekspresi terkejut. "Kau yakin?"
"Besok aku akan menemui ayahmu. Awalnya aku ragu untuk mengajakmu. Tapi aku sangat merindukan ayahku dan kau sedang terlihat gusar untuk hal-hal yang cukup dianggap angin lalu. Jadi kenapa kita tidak ke rumah ayahku saja? Kita bisa makan malam di sana." Jelas Sakura panjang lebar.
Ada dua hal yang Sasuke rasakan saat itu. Bahagia dan gugup. Apa yang sekiranya akan dia katakan saat bertemu dengan mantan mertuanya yang dalam waktu dekat akan kembali menjadi mertuanya ini? Meski ada catatan besar yang harus dia perhatikan, yaitu bila hubungannya dengan Sakura berhasil diperbaiki dalam waktu yang singkat. Walaupun tanda-tanda itu sudah terlihat jelas, tidak cepat menjadi terlalu percaya diri adalah kewajiban.
"Kita singgah ke suatu tempat sebentar. Aku tidak mungkin datang dengan tangan kosong." Ucap Sasuke. Bagaimanapun juga dia tetap harus memberi kesan baik pada Kizashi Haruno.
"Hmm... kau tidak sedang mencoba menyuap ayahku kan?" Ejek Sakura. "Kau tidak perlu membawa apapun, Sasuke. Tenang saja."
"Aku tetap harus membawa sesuatu." Jawabnya penuh keyakinan.
***
Begitu pintu dibuka dengan kunci elektrik milik Sakura, seekor anjing berbulu putih dengan ukuran kecil sudah menyambut mereka di ruang tamu yang dipenuhi hiasan dinding berupa lukisan abstrak dan pajangan berupa figurin tempat-tempat ikonik dari berbagai negara yang diletakkan di atas sebuah meja panjang serta lemari kayu dengan kaca transparan.