12.

272 54 11
                                    

Sasuke terlalu penuh kejutan hingga Sakura tidak yakin bisa menyamainya. Setelah aksi berani yang dilakukan pria itu di restoran dan mendapat tepuk tangan dari orang-orang di sana, Sakura pikir dia tidak bisa untuk menelan makanannya lagi.

Mereka adalah pusat dari semua hal di sana. Seluruh mata tertuju pada mereka.

Perasaannya terlalu campur aduk. Orang-orang yang berharap adegan lanjutan dari aksi berani Sasuke -pasti ada juga yang mengharapkan kisah yang mengejutkan semisal satu dua tamparan dari sang ayah untuk kekasih anak gadisnya- dan juga ayahnya yang memandang Sasuke dari atas hingga bawah lalu menelusuri lamat-lamat ekspresi mantan menantunya yang mungkin akan kembali menjadi menantunya bila jalan terbuka.

Sakura pikir ayahnya akan melakukan sesuatu yang dramatis setelah pandangan menilai itu. Namun ternyata justru sebaliknya. Dengan ketenangan yang sama, dia menyelesaikan makanan dan minumannya.

"Duduklah, Sasuke." Ucapnya tenang. Terlalu tenang hingga Sakura takut akan ada sesuatu yang meledak dan mengguncang mereka di sana.

Seperti seorang murid yang patuh, Sasuke menurut. Dia menunggu apa yang selanjutnya akan dikatakan Kizashi. Detik-detik yang berlalu terasa begitu panjang sampai-sampai Sakura tidak yakin dia bisa terus diam saja tanpa melakukan apapun untuk memecah kesunyian di antara mereka di saat puluhan pasang mata masih curi-curi pandang ke arah ketiganya.

"Kau berlebihan. Aku mengerti mau kalian. Aku sudah bilang lakukan dengan benar. Selanjutnya, tidak akan ada putar arah yang bisa kalian ambil lagi." Ucap Kizashi lagi. Tapi kali ini ada seulas senyum di akhir kalimatnya.

Saat itu juga perasaan Sakura seolah menjadi lebih ringan. Di bawah meja, Sasuke meremas tangannya erat.

Setidaknya mereka tidak menyuguhkan momen penolakan seorang ayah kepada calon menantunya pada para pengunjung yang pasti di antara mereka mengharapkan alur cerita yang berbeda.

***

Sepertinya Pizza sudah sangat menyukai Sasuke karena begitu melihat kedatangan mereka, dia menggogong nyaring dengan ekor bergoyang ketika melihat Sasuke datang dan membuka kandangnya.

"Hai, Pizza." Sapa Sasuke saat dia mengangkat anjing kecil itu ke dalam pelukan dan mendapat satu jilatan sayang di wajah hingga membuatnya terpaksa memundurkan wajah untuk menghindari jilatan yang kedua.

Setelah mendengar suara Kizashi barulah Pizza mau turun dan berlari menuju tuannya yang asli. Anjing itu langsung melingkari kaki Kizashi dengan ekor yang tetap bergoyang menggemaskan.

"Ayah, kami pulang dulu." Pamit Sakura sambil berjongkok untuk membelai kepala Pizza.

"Kami pulang dulu, ayah." Ujar Sasuke hormat. Raut ketegangan masih menghiasi wajah tampannya bahkan setelah mereka pulang dari restoran.

"Ya, hati-hati." Ucap Kizashi yang kini sudah menggendong Pizza hingga membuat anjing kecil itu diam. Dia mengantar keduanya sampai depan pintu rumah dan baru menutup pintu saat memastikan mereka sudah masuk ke dalam mobil.

Begitu hanya berdua, Sakura tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Sasuke. Seperti ada kembang api yang meledak-ledak di dadanya dan ada ribuan kupu-kupu terbang di perutnya. Dalam pelukannya, dia menggumamkan kata-kata terima kasih dan ucapan kasih sayang pada Sasuke yang juga membalas pelukannya.

Pelukan mereka tidak terlepas, kedua tangan mereka masih saling melingkar pada tubuh satu sama lain, namun kini dahi mereka saling menempel. Mereka berbagi senyum bahagia seperti anak kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang