Teman yang Lee maksud adalah Naruto. Pria yang ditemuinya tanpa sengaja di London beberapa bulan lalu dan sampai sekarang sering menghubunginya. -Semua ini salah Sai! Dasar laki-laki sinting!-
Makanan yang habis dilahapnya seperti terdorong lagi naik ke atas. Bersiap untuk dimuntahkan hanya beberapa detik berselang setelah kedatangan Naruto yang menghebohkan.
Suaranya lantang. Benar-benar 11/12 dengan suara Lee. Lalu kedua laki-laki itu bertukar pelukan hangat dan saling memanggil dengan sebutan bro yang membuat mual.
Tidak seperti Sakura yang ingin muntah menyaksikan adegan di hadapannya, Hinata justru terlihat menikmatinya. Dia seolah terpesona dengan kedatangan Naruto dan dalam waktu singkat sudah mengulurkan tangan untuk berkenalan setelah pria itu menyapa Sakura dengan nada hangat nan merayu yang membuat Sakura merinding.
Dia jadi ingat puluhan pesan yang dikirim oleh Naruto ke nomornya dan selalu berakhir dia abaikan dan dia hapus. Kalau bukan karena menjaga sopan santun, Sakura tidak akan sudi membalas sapaan Naruto. Apalagi menerima uluran tangannya. Soalnya setelah itu Naruto malah genit mengedip-ngedipkan mata padanya. Akibatnya, perut Sakura seperti diaduk-aduk dengan kencang.
Hoek! Sakura sampai harus mencubit pahanya demi menahan diri untuk tidak muntah di sana. Dia jadi menyesali keputusannya untuk menemani Sai tadi. Harusnya dia pergi ke club saja atau malah lebih baik langsung pulang ke rumah dan tidur nyenyak.
"Kalian saling kenal?" Tanya Lee gembira sambil menunjuk Sakura dan Naruto bergantian.
"Iya. Kami bertemu di London. Dia perempuan yang luar biasa. Kau kenal dengan Sakura dari mana? Harusnya kau beritahu aku lebih awal kalau kau punya teman cantik sepertinya." Jawab Naruto.
Sakura hanya tersenyum seadanya. "Kami hanya bertemu dua kali di London waktu aku bertugas ke sana." Jelas Sakura cepat. Dia tidak mau Hinata dan Lee mendapat kesan kalau dia dan Naruto sangat akrab.
"Waktu ke London itu? Kau tidak cerita apapun soal Naruto, Sakura." Protes Hinata.
Gawat. Sepertinya sahabat Sakura ini benar-benar tertarik pada Naruto. Tapi mungkin seleranya memang tipe yang nyentrik. Kiba saja, tunangannya, juga kurang lebih sama dengan Naruto tingkahnya. Super heboh.
Sakura hanya tertawa untuk menanggapinya. Otaknya ikut kosong. Sepertinya tertular dengan Lee dan Naruto serta Hinata yang biasanya kalem jadi agak berbeda sekarang.
"Kau makin cantik saja, Sakura." Puji Naruto.
Sakura tahu itu basa-basi. Laki-laki ini tipe perayu. Salah satu tipe paling dia hindari. Mau dipuji dan dijanjikan apapun dia tidak akan mudah terbuai untuk masuk dalam jerat Naruto.
Sakura tersenyum malas. Ingin sekali dia pergi dari sini. Tapi sikap sopannya yang menyebalkan itu menahannya.
Yang menarik perhatian Sakura justru Naruto yang dari tadi beberapa kali sibuk dengan ponselnya. Entah perempuan mana lagi yang sedang berusaha dia rayu.
"Kalau tidak keberatan, temanku akan bergabung dengan kita. Sebentar lagi dia datang." Ucap Naruto.
Bukan urusanku. Batin Sakura. Dia sudah bingung untuk menjelaskan pertemuan seperti apa yang terjadi di antara mereka ini. Semuanya serba ketidaksengajaan. Tapi satu hal yang Sakura tahu, dia tidak suka jenis pertemuan seperti ini.
Serba mengejutkan. Biasanya, yang serba mengejutkan seperti ini tidak memberi hasil yang baik.
Plot twist. Sakura benci itu.
***
Sasuke memarkir mobilnya. Dia berjalan masuk ke dalam restoran yang disebutkan Naruto. Ada banyak orang di sana. Kepalanya memandang kesana-kemari. Mencari kepala dengan rambut kuning terang yang menyebalkan itu. Dia juga menajamkan telinga. Suara berisik Naruto kadang lebih mudah dikenali.
![](https://img.wattpad.com/cover/360686708-288-k421788.jpg)