Tiga Puluh Lima

107 11 0
                                        

Farrel selesai membeli makanan yang jaraknya tak jauh dari penginapan tersebut. Lalu Farrel masuk menemui Rasya disana. Rasya terlihat tampan, sama seperti saat pertama kali ia bertemu.

"Katanya cuma keluar sebentar, kok beli makanan, El?" tanya Rasya.

"Iya, sekalian. Soalnya gue gak mau lo kelaperan"

"Tapi Aca belum laper"

"Udah ya, kita makan bareng. Soal makan, lo pasti gak bisa boong dari gue! Inget gak pas pertama kali lo gue anter pulang, perut lo bunyi di lampu merah?" tanya Farrel.

Rasya tertawa kecil mengingatnya, "Ael jangan bikin Aca malu deh"

"Makanya ayo dimakan"

"Iyah. Ael juga makan"

"Iya, ayo"

Rasya tersenyum melihat Farrel yang begitu antusias menikmati makanannya tersebut. Ia begitu terlihat mengasihani Farrel. Farrel yang begitu banyak berjuang untuknya.

"Kenapa?" tanya Farrel begitu dia melihat Rasya tengah memerhatikannya.

Rasya menggeleng, "Aca sayang banget sama Ael"

Farrel kemudian tersenyum dan menjawab, "Iya, ayo dimakan, Ca. Nanti keburu dingin, gak enak"

"Iyah"

Selepas makan bersama, Farrel merokok sebentar di dekat jendela penginapan. Lalu dia menoleh ke arah Rasya yang sedang terlelap di atas kasurnya. Ia begitu merasakan sayang yang begitu besar untuk Rasya. Kasihan Rasya, hidupnya selalu dilanda derita. Kini bagi Farrel untuk membahagiakannya.

Kemudian Farrel membuang puntung rokoknya dan berdiri dari duduknya. Farrel lalu melepas baju dan celananya. Hingga dia hanya mengenakan celana boxer hitam ketatnya. Sesaat kemudian, Farrel berjalan menuju kasur tersebut. Lalu dia tidur dengan posisi di belakang Rasya. Sejurus Farrel memeluk tubuh Rasya dari belakang, menghangatkannya, memberikan tanda bahwa ia amat menyayanginya.

Farrel berbisik, "I love you, Aca"

Entah didengar atau tidak, Farrel tak peduli. Itulah kenyataan yang sebenarnya.

Esok harinya, Rasya terbangun dengan tangan kanannya yang sudah masuk ke dalam celana Farrel. Dia terengah dan terkesiap ketika sadar bahwa dia telah menggenggam penis Farrel yang sudah berdiri tegak tersebut.

Farrel lalu terbangun dan tersenyum melihat Rasya yang salah tingkah. "Morning..."

"Ael iseng ya?"

"Hah?"

"Iseng kan, masukin tangan Aca ke situ!"

"Lah, orang Aca yang megang-megang sendiri tadi malem, ya Ael biarin lah. Ael juga doyan" ujar Farrel.

"Iiihhh jorok!!!" Rasya memukul Farrel dengan guling.

Farrel meringis kesakitan, hingga kemudian Farrel menarik tangan Rasya sampai ia terjatuh dalam pelukannya.

Saat itu terjadi, mereka berdua adu tatap dengan lamat. Lama sekali. Ada banyak yang tak dapat tersampaikan oleh rangkaian kata. Intinya, mereka saling merindukan dengan erat.

"Ael..." Farrel memulai percakapan.

"Ya? Ael kenapa?" tanya Rasya, hampir tidak ada suara.

"Ael kangen banget sama Aca" ujar Farrel.

Rasya tersenyum dan membelai rambut Farrel. "Percaya atau enggak. Dibilang atau enggak, Aca juga kangen banget sama Ael"

"Beneran?"

Rasya mengangguk.

"Ael... cinta sama Aca"

Rasya bergeming sebentar, air matanya pias. "Gak tau kenapa denger Ael ngomong gitu, Aca jadi ngerasa aman banget. Beda saat..."

"Saat Amir yang bilang gitu ke Aca?"

Rasya mengangguk.

"Apa... Aca sayang ke Amir?"

"Aca sayang, tapi gak tau kenapa rasa sayang yang Aca punya ke Amir tuh beda. Pas sama Ael... hidup Aca kerasa lengkap banget. Makanya Aca ngerasa beda" jelas Rasya.

"Dari awal kita ketemu, gak bisa Ael tutupin. Ael sayang sama Aca. Cinta sama Aca. Aca baik banget sama Ael. Aca orang pertama yang peduli dan perhatian sama Ael. Nolongin Ael saat Ael diserbu banyak orang" ungkap Farrel. "Dan perlu Ael akuin, Ael gak bisa dapetin hal itu dari orang lain. Selain Aca. Aca yang bikin hidup Ael jadi lengkap"

Rasya menitihkan air matanya. "Makasih Ael udah sayang sama Aca"

"Sama-sama Aca"

Lalu mereka saling melamatkan tatapan mata mereka, hingga akhirnya keduanya saling mencumbu bibir satu sama lain.

Rasya memejamkan mata di tengah air matanya yang berbahagia. Menikmati bibir Farrel yabg bergerak, seolah memandunya dengan rasa aman dan percaya.

Begitupun Farrel yang merasa seolah waktu berhenti bergerak karena pertama kali dan akhirnya dia dapat merasakan betapa manisnya kecupan di bibir Rasya. Meski sudah pernah merasakannya, entah mengapa kali ini lebih membahagiakan.

Rasya lalu memegang kedua pipi Farrel, membiarkan Farrel mengecup pipi dan tengkuknya. Rasya mencoba menghela napas ditengah napas Farrel yang memburu.

Saat itu terjadi, Farrel seolah memiliki keberanian untuk melepas baju Rasya. Begitu itu terjadi, anehnya Rasya tak marah ataupun menolak, ia malah kembali meraih pipi Farrel dan merengkuhnya pada saat itu.

Tak tanggung-tanggung ditengah kenikmatan bibir Rasya, Farrel turut melepas bajunya disana. Lalu meraih lembut kepala Rasya dan mencondongkan ke arah putingnya yang tebal. Rasya seketika merasakan keraguan yang mulai datang.

Saat itu juga Farrel beralih ke leher Rasya lagi dan melumati, sambil menggigit kecil kulit leher si lelaki imut tersebut. Dalam rasa geli dan nikmatnya atas perlakuan Farrel, Rasya tetap tak bisa fokus. Pikirannya kacau saat ini.

Farrel seketika turun ke area puting sampai ke bagian perut Rasya. Farrel kembali menatap Rasya, matanya seolah bertanya apakah Rasya bersedia untuk melakukannya semakin jauh.

Rasya paham maksud tatapan itu. Dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia tahu apa yang diminta Farrel saat ini. Namun saat Farrel hendak melepas celana Rasya, Rasya menatap lirih dalam gamangnya ke arah Farrel.

"Aca kenapa???" tanya Farrel, yang merasa heran dengan tatapan Rasya.

Rasya perlahan menitihkan air matanya.

Farrel lalu memperhatikan tubuh Rasya dengan seksama. Dia kemudian menyentuh bagian paha dan bokong Rasya. Farrel kembali menatap Rasya lagi, "Ini bukan kali pertama Aca???"

Rasya kemudian menangis tanpa suara. Napasnya seolah sesak.

"Aca... Aca udah pernah begini sebelumnya???"

Rasya lalu semakin menitihkan air matanya. Dia menangis disana sambil memeluk Farrel. Farrel yang berposisi di atas Rasya turut tertegun bingung dalam dekapan Rasya disana.

"Aca kalau gak bisa, Ael gapapa" Farrel berusaha menenangkan.

"Maafin Aca..." kata Rasya.

"Aca sama Amir... udah...?" Farrel bertanya dengan hati-hati.

Rasya lalu menggeleng dalam dekapan Farrel.

"T-terus...? Siapa, Ca?"

Rasya masih dalam dekapan Farrel turut bersuara ketakutan, "Aca sering di perkosa sama Bapak, Ael..."

Tangis Rasya memuncak disana. Bahkan Farrel dalam mata yang tanpa berkedip sampai tak habis pikir dengan apa yang diungkapkan Rasya barusan. Setega itu Herman memerlakukan Rasya. Meski tak bertanya lebih jauh lagi pada Rasya, Farrel sangat yakin bahwa hal itu sudah sering Herman lakukan pada Rasya.

Farrel hanya dapat mendekap Rasya lebih dalam, merasakan kepedihan yang dialami Rasya sedalam mungkin. Farrel masih sangat shock mendengar pengakuan Rasya barusan.

TO BE CONTINUED

AFTER ON YOU (END 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang