Hari ini adalah hari pertama bagi Love bekerja di perusahaan elektronik, Alternaty Company yang 70% sahamnya atas nama Milk dan sisahnya nama ayah Milk.
"Pagi, maaf... ada kak Milk gak?" Tanya Love pada salah seorang pegawai yang lewat di depan pintu masuk.
"Karyawan baru?? Oh tadi dia bilang suruh kamu ke ruangan dia langsung aja..." Ucap pegawai itu.
Love menunduk "terima kasih" Ia melangkah menuju lift kantor dan menekan tombol ke lantai 5.
Jam menunjukkan pukul 7:50 namun keadaan kantor pusat masih sepi. Aneh, namun Love tak terlalu memperdulikan hal ini.
tokk tokk tokk
"Permisi" Sapa Love. Ia langsung membuka pintu ketika seseorang dari salam mengizinkan dia masuk.
"Love? Pagi banget kan masuknya sejam lagi.." Sambut Milk.
Love menatapnya heran "Bukannya jam 8 ya?? Pantes masih sepi.."
Milk tersadar Ia agak keceplosan barusan. Ia sengaja menyuruh karyawan baru itu datang lebih awal untuk sekedar trainee.
"Engga, jam 8 masuk buat kamu." Sambung Milk.
Love terdiam heran Ia hanya tersenyum kecil.
"Kamu bikinin saya kopi." Begitulah trainee dari seorang Milk.
Love mengangguk Ia berbalik badan berniat untuk membuat kopi.
"Tunggu.." Panggil Milk.
Love menoleh.
"Kamu tau buat kopi dimana?" Tanya Milk.
Love tersadar. Ini akibat Ia terlalu fokus hingga lupa bertanya. "Engga kak"
Milk menunjuk ke arah kanan ruangannya dimana terdapat mesin kopi lengkap dengan kebutuhan lainnya.
Love agak malu. Ia langsung melangkah menuju mesin kopi tersebut dan membuatkan kopi. Anehnya banyak sekali jenis bubuk kopi dengan aroma yang berbeda. Sekali lagi Love menarik nafasnya, Ia sama sekali tak memiliki pengalaman dalam bidang perkopian. Apa-apaan? Ini saya kerja jadi admin promosi, bukan tukang kopi, begitu pikir Love.
Akhirnya Love menyerah, dari pada Ia salah, lebih baik bertanya. Malu bertanya, sesat dipecat.
"Maaf kak, ini kopi nya yang mana?" Tanya Love.
Milk yang sedang duduk didepan meja komputer menjawab tanpa meliriknya sama sekali "Mocca coffee"
Love kembali menghela nafas, pasalnya setelah Ia perhatikan bubuk kopi itu hanya berada di dalam sebuah kantong dengab aroma yang berbeda bukan dengan tulisan berbeda. Apalagi semua aroma itu tercampur karena banyaknya jenis kopi yang berdempetan.
"Gini kak, sebelumnya saya gak terlalu ngerti tentang perkopian" Ucap Love lagi, kini jantungnya berdebar.
Milk menoleh kearahnya "Loh, di bar gak pernah buat kopi?" Tanya Milk.
Love semakin terpojok, bagaimana mungkin Ia membuat kopi. Seandainya Milk tau bahwa sebenarnya Love bukan pekerja di bar itu. Ia hanya membantu bisnis sampingan orangtuanya.
"Engga kak" Balas Love, wajahnya agak berkeringat dan pasrah.
Milk menggeser kursinya agar dapat beranjak dan melangkah dari tempatnya menuju Love. Ia mengambil sebungkus kantong tas berisikan kopi mocca "Yang ini" Ia juga menunjukkan yang lain satu persatu. "Ini capuccino, latte, expresso, americano, caramel"
Love hanya mengangguk.
"Pertama, masukin kertas filter, kopi, sama air kesini. Lalu tinggal tek aja" Ucap Milk sambil membuat kopi mocca itu dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice for Us [ Milk Love ]
Teen FictionNot all separations are the end of two people's stories. what if fate says otherwise? Can anyone resist fate? Every meeting must have a farewell. But who says parting is the end of meeting? Sometimes we don't know what fate will happen before...