"Soalnya saya mulai naksir kamu"
"Jk"Uhukk
Milk menaikkan satu alisnya setelah menelan segelas minuman pesanannya.
"Apa kenapa?""Kenapa?" Love kembali bertanya.
Milk menggeleng "Ah engga..."
Drtttt
( Telepon Love bergetar )"Sebentar ya" Ucap Love. Ia beranjak dari kursi dan mengambil posisi yang agak sepi.
Telepon Love.
"Iya ma?"
Ternyata itu adalah mama nya."Kamu dimana? Kok belom pulang?" Ucap sang mama
"Di bar ma. Lagi sama temen, mama kok tumben ga di sini?"
"Aduh ada tamu di rumah yang nyari kamu, cepetan pulang deh"
Love terdiam. Bagaimana mungkin Ia pulang sementara Ia baru saja sampai di tempat ini dengan Milk.
"Penting banget ma? Gaenak loh akunya baru aja nyampe kesini""Paling lama 30 menit nyampe ya."
tinutt tinutt
Telepon itu di matikan oleh mama Love.
Love menghela nafas, Ia benar-benar kesal ketika mendapati mama nya yang selalu tiba-tiba mengabarinya hal seperti ini tanpa plan dari awal.Dengan terpaksa Love melangkah mendekati Milk "Em, sorry..but... I have to go... Bentar lagi sih.."
"It's okay... Mau saya antar?" Balas Milk dengan santai.
Love menoleh "Kok ga nanya kenapa gitu"
"Emang kenapa?" Tanya Milk lagi.
"Ya aneh aja....gaa sih..."
Milk berpikir sejenak "Yang pastinya itu lebih penting dari pada saya."
Spontan Love mengkerutkan dahinya "Gagitu. Mama suruh pulang katanya ada yang penting, tapi gatau deh kenapa..."
"Ya okey okey, yauda ayo saya anterin aja" Milk tampak tenang.
"Beneran gapapa?" Love tampak sedikit cemas.
Milk mengangguk "Aman..."
Love tak mau banyak bertanya yang malah hanya akan mempersulit hidupnya. Ia menerima tawaran Milk.
Tak selang waktu 15 menit akhirnya mereka sampai di perumahan Love.
"Thank you" Ucap Love begitu mobil itu berhenti.
Milk mengangguk.
"Sorry hari ini saya buang-buang waktu kamu" Sambung love.
Milk mengangguk "Its ok...."
"Berarti lain kali boleh buang-buang waktu kamu lagi?" Sambung Love lagi dan lagi dengan ultimate modusnya.
Milk tersenyum kecil "Ya up to you" Ia tak mau terlihat banyak berekspresi.
Love membuka pintu dan memberikan senyuman kecil lalu turun dari mobil Milk dan kembali menutup pintunya.
Milk memastikan bahwa Love masuk ke dalam gerbangnya dengan aman. Entah kenapa rasanya jiwa Milk ingin membanting setirnya karena perkataan Love tadi. Namun, Ia berpikir jika Ia mati sekarang maka besok Ia tak dapat menyisahkan waktunya untuk di buang-buang Love. He he he.
* * *
Love memasuki rumahnya berharap benar-benar ada sesuatu yang lebih penting dari pada Milk barusan dan...BOOM ternyata...
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice for Us [ Milk Love ]
Fiksi RemajaNot all separations are the end of two people's stories. what if fate says otherwise? Can anyone resist fate? Every meeting must have a farewell. But who says parting is the end of meeting? Sometimes we don't know what fate will happen before...