十八 • Blue

48 25 3
                                    

Milk memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Love dengan situasi yang berbeda. Ia tak menyangka bahwa akhirnya dirinya mampu mengambil langkah seberani ini.

"Masuk dulu gih.." ujar Love.

Milk mengangguk "boleh deh.."

Entah kenapa sejak mereka memiliki hubungan baru, gerak-gerik mereka semakin kaku, mungkin karena masih baru, wajar saja mereka masih malu.

Milk membuka pintu dan turun dari mobil diikuti oleh Love. Setelah memastikan mobil itu terkunci dengan benar, Milk melangkah mendekati Love dan langsung menggenggam tangannya.

Love yang merasa aneh dengan gerak gerik Milk itu hanya bisa tersenyum pasrah, dasar Milk, pikirnya.

Mereka melangkah masuk ke dalam rumah Love.

"Sepi banget" ucap Milk.

"Lagi pada di bar jam segini mah..."

Milk mengangguk "berarti gada orang?" Milk menoleh dengan tatapan mencurigakan.

Spontan Love mencubit pinggang Milk "apa coba..."

Love membuka pintu rumah, mengajak Milk masuk ke dalam dan menutup pintu itu lagi.

Milk tersenyum tipis sambil melirik ke arah Love yang kini berdiri canggung di sebelahnya. "Eh, kenapa mukanya jadi merah gitu?" tanya Milk dengan nada menggoda.

"Enggak kok, biasa aja," jawab Love buru-buru sambil memalingkan wajah, berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya.

Milk tertawa kecil, lalu mendekatkan wajahnya sedikit. "Masaaa? Kok kayaknya ada yang malu-malu gimanaa yaaa."

Love tampak agak terkejut ketika menyadari bahwa pacarnya tiba-tiba lebih maju selangkah dari padanya. Padahal biasanya ia mampu menghadapi Milk yang lebih lemah.

"Milk!" Love mendengus, mencoba menjauh, tapi Milk malah semakin mendekat dan memegang kedua bahunya.

"Kamu lucu deh hari ini," bisik Milk, suaranya rendah tapi cukup untuk membuat Love semakin salah tingkah.

"Milk??" Love mencoba berkata sesuatu, tapi suaranya tertahan saat Milk menatapnya.

Perlahan, Milk mendekatkan wajahnya, membuat Love tak bisa mengalihkan pandangan. Namun, sebelum bibir mereka bertemu, terdengar suara gaduh dari dapur.

Brak!

Mereka berdua terlonjak kaget. Love langsung melangkah mundur sambil memegang dadanya. "Hantu?"

Milk, yang tadi penuh percaya diri, kini tampak bingung. "Gamungkin dong..." Milk untuk mencairkan suasana, tapi Love hanya melotot.

"yakan bisa jadi.." Love bergegas menuju dapur, meninggalkan Milk yang masih setengah tersenyum.

Ketika mereka sampai di dapur, Love tak menyadari ada yang aneh bahkan tak tau di mana asal dari suara itu. Begitu juga dengan Milk yang sudah menciba bermanfaat mencari asal suara. Namun, isi pikiran Milk hanyalah kejadian barusan yang ia lakukan dengan Love terhenti gara-gara suara tak jelas itu.

"Hantu kali..." goda Milk lagi.

Love menatap Milk datar "galucu"
Love melipat tangannya di dada, mencoba terlihat tegas. "Lain kali, jangan maju banget ya kamu."

Milk tersenyum nakal, lalu mendekati Love. "Maju gimana coba? Kamu suka, kan?" tanyanya, sambil mengedipkan sebelah mata ala abang-abang angkot.

Love hanya bisa menghela napas panjang sambil berbalik, kembali ke ruang tamu. "Gatau males."

Milk menggeleng, baru kali ini ia lebih berani dari pada Love. Biasanya nyalinya menciut ketika Love berada di dekatnya, mungkin karena sekarang hubungan mereka lebih jelas dari pada biasanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Second Choice for Us [ Milk Love ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang