12:04
Milk duduk di depan meja komputernya. Sudah hampir selama 3 jam ia mematung di ruangannya.
tokk
tokk
tokk
Pintu ruangan itu terbuka tanpa jawaban dari Milk. Siapa lagi orang yang berani seperti itu kalau bukan View.
View masuk ke dalam kantor dan menutup pintu. Ia melihat ke arah Milk yang tampaknya tak menggubris kehadirannya.
"Keluar makan ga?" View melangkah mendekati meja Milk.
Milk menggeleng-geleng lemas.
"Kenapa lo, kusut bet." View menarik kursi tamu dan meletakkannya di sebelah Milk.
Milk sama sekali tak menanggapi View.
"Marah lo sama gue?" Tanya View lagi.
Milk menggeleng.
"Terus?"
Milk menghela nafasnya dan menoleh ke arah View "kemana aja beberapa hari ini, lo gatau gue sekarat."
"Hah??" View Melongo.
"Tadi gue di pojokin Love..."
View mengkerutkan dahinya dan mendekatkan wajahnya ke depan wajah Love "pojokin?"
"Dia flirtatious ke gua mulu ah..." Milk menghela nafas.
View mengangkat satu alisnya "bagus dong, biar lebih jelas."
"Jelas apaan, gue gabisa digituin.."
Seketika View bangkit dari kursinya dan duduk di atas meja komputer Milk "lo mau apasih, naksir iya, di majuin malah mundur, malesin banget."
"Ya gue pengen gue yang majuin."
"Yauda gerak Pansaa, bukan diem ngeluh gini."
tokk
tokk
tokk
( suara ketukan pintu ruangan Milk )
"Masuk..." Ucap View.
Orang itu masuk dari luar.
"Kak..." itu Love.
Spontan Milk meneggakkan duduknya.
"Iya? Kenapa?" Tanya View.
Love menyerahkan sebuah dokumen "ini laporan ide minggu ini."
"Oh iyaaa, makasih loh uda nganterin..." View tersenyum.
"Yauda saya permisi ya..." Love berbalik badan sembari mencuri pandang pada Milk yang tampak diam tanpa gerakan.
Akhirnya Love keluar dari ruangan itu.
TAKK
View menjitak kepala Milk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice for Us [ Milk Love ]
Teen FictionNot all separations are the end of two people's stories. what if fate says otherwise? Can anyone resist fate? Every meeting must have a farewell. But who says parting is the end of meeting? Sometimes we don't know what fate will happen before...