Rasa malu mendadak menguasai tubuh Khaelia karena kehadiran perempuan itu. Terlihat begitu cantik, anggun, dan elegan sang berbeda dengan diri yang sederhana. Perempuan itu duduk di samping Carter, tersenyum manis dengan jari yang lentik mengusap perlahan wajah tampan yang sedang tertidur. Khaelia banyak bertemu perempuan cantik saat masih menjadi sekretaris dan kasir minimarket, tapi tidak ada yang secantik dan semenawan perempuan yang baru datang. Rambut kecoklatan mengembang indah, gaun perak ketat membalut tubuh sexy, dengan kaki jenjang yang putih. Tanpa sadar Khaelia menghela napas panjang, berjuang untuk menyingkirkan rasa tidak percaya dirinya. Sang tuan mempunya kekasih yang begitu luar biasa, kenapa masih menginginkannya?
Ia teringat saat datang ke rumah Carter dan punya pemikiran yang sama soal Celila. Menganggap sang adik adalah kekasih atau istri Carter, tapi ternyata salah. Kalau begitu, apakah yang ini juga tidak benar? Mereka tidak ada hubungan apa-apa? Khealia menyingkirkan semua pikiran buruk, merngingatkan diri sendiri akan tugasnya sebagai sekretaris.
"Nona, ada yang bisa saya bantu? Mau minum sesuatu?"
Karenia mendongak, menatap Khaelia yang berdiri canggung tak jauh darinya. Mengibaskan tangan sambil berdecak, seolah mengusir anjing liar.
"Pergilah! Jangan ganggu kami. Kamu bisa kerja atau pergi kemana, terserah kamu!"
Kata-kata Karenia membuat Khaelia tercengang. Tidak menyangka kalau perempuan cantik yang terlihat sangat terhormat ternyata suka meremehkan, persis seperti sikap papanya Carter. Khaelia bersikap cukup tahu diri dengan menunduk dan mundur perlahan, kembali ke mejanya. Perempuan itu tidak ingin diganggu dan ia tidak akan berkata apa-apa lagi. Berusaha fokus pada dokumen yang terbuka di komputernya, meski begitu berusaha menajamkan pendengaran pada ucapan Karenia.
"Carter, kamu saat tidur tampan sekali. Rasanya sudah bertahun-tahun tidak pernah melihatmu tidur, terlebih saat malam seperti ini. Apakah kamu sudah menemukan obat tidur yang manjur, Sayang? Aku akan senang sekali kalau kamu bisa tidur, dengan begitu kesehatanmu akan terjaga dan mendapatkan kehidupan normal seperti dulu lagi, Sayang."
Khaelia mencuri-curi pandang, mendengar bagaimana kehidupan Carter dulu sebelum mengenalnya, ternyata menarik untuk didengar. Ia berharap perempuan bergaun perak meneruskan bicaranya.
"Carter, kenapa kamu menjadi sangat dingin akhir-akhir ini? Padahal aku berharap kita seperti dulu lagi. Apakah semua karena Carlo? Kamu menghindari demi dia? Padahal kamu jelas tahu bagaimana perasaanku pada Carlo tapi kenapa kamu tidal mengerti juga? Aku harus bagaimana lagi, Carter?"
Apa ini? Hubungan cinta segitiga antara Carlor, Carter, dan perempuan itu? Ternyata informasi yang didengarnya jauh lebih seru dari perkiraannya. Paha Khaelia mengejang saat vibrator bergerak agak cepat. Ia menutup paha rapat-rapat, berusaha mengendalikan diri. Tidak boleh berpikiran soal sex sekarang, saat ada orang tidak dikenalnya. Demi membuatnya tetap fokus, ia memukul dahi dengan sedikit keras lalu meneguk air minum dalam jumlah banyak. Saat meletakkan gelas di meja, tatapannya bertemu dengan Karenia.
"Siapa namamu?"
"Khaelia."
"Nama yang unik. Sepertinya kamu belum lama kerja di sini?"
Khaelia mengangguk perlahan. "Iya, Nona."
Karenia bangkit dari sofa, menghampiri meja Khealia dan bersandar di pinggirnya. Seketika, aroma parfum mahal yang wangi, campuran vanila dan floral mengura di udara membuat hidung Khaelia seakan tergelitik. Pandangan mereka bertemu, Karenia menekan permukaan meja dengan telapak tangan. Matanya mengawasi sosok Khaelia yang terlihat sederhana dan pemalu.
"Muda sekali kamu,."
Khaelia hanya tersenyum, tidak mengerti bagaimana harus menanggapi pernyatan itu.
YOU ARE READING
Midnight Secretary
RomanceKisah Khealia yang menjalani tugas sebagai sekretaris billionare bernama Carter. Bekerja saat malam, menjadikan keduanya terjebak dalam hubungan liar dan memabukkan.