Bab 4

1.6K 223 7
                                    

Khelia sedang melintasi lobi yang hari ini cukup ramai saat ponselnya bergetar. Ada notifikasi yang tidak dikenalnya dan ternyata pemberitahuan uang masuk. Ia terbelalak karena tidak menyangka gajinya akan sebesar ini. Hampir lima kali lipat dari gaji di perusahaan terdahulu. Ia sudah tahu gajinya besar, kisaran belasan juta tapi ternyata lebih dari itu. Tanpa sadar ia tersenyum, mengepalkan tangan dan melontarkannya ke udara.

"Yes!"

Beberapa pegawai yang berpapasan dengannya menatap curiga, Khaelia hanya mengangguk kecil pada mereka. Sedikit heran karena lobi lebih ramai dari biasa. Apakah karena hari gajian semua orang memutuskan untuk pulang lebih lambat. Bersama beberapa perempuan muda, ia mengantri lift. Mendengar mereka bercakap tentang lembur dan turun hanya untuk membeli makan malam.

"Departemen pemasaran memang paling sibuk di awal bulan." Gadis bertubuh kurus bicara sambil mencebik.

"Kita dituntut untuk selalu memenuhi target." Temannya yang berkacamata menimpali.

"Malam Minggu besok aku nggak mau lembur. Udah gajian, mau jalan-jalan dan bar!" Kali ini yang bicara adalah gadis berwajah tirus dengan kulit paling putih serta rambut pirang. Rencananya membuat teman-temannya menoleh iri.

Khaelia merogoh tas, nam tagnya terjatuh dari genggaman. Ketiga perempuan itu menatapnya seketika dengan pandangan bertanya-tanya.

"Name tagmu beda dengan kami. Kamu kerja di lantai berapa?" Si gadis berambut pirang bertanya pada Khaelia.

"Lantai sepuluh," jawab Khaelia. Menyadari kalau name tagnya berbingkai merah sedangkan para pegawai lain biru.

"Hah, lantai para eksekutif? Kamu kerja dengan Pak Bosman?" cecar gadis itu.

Khaelia mengangguk, dan menjawab ramah. "Iya, cleaning service di lantai sepuluh."

Dengkusan keras dengan tatapan mencibir tertuju pada Khaelia. Salah seorang dari mereka, gadis berambut pirang bahkan terang-terangan melayangkan tatapan menghina.

"Aku pikir kamu istimewa, ternyata hanya cleaning service."

Mereka terkikik bersamaan, sebelum masuk ke lift. "Tadinya aku iri tapi sekarang nggak jadi."

"Iyalah, staf marketing dibandingin cleaning servive. Yang benar aja?"

Saat Khaelia ingin menyusul mereka masuk ke lift, langkahnya tertahan.

Si Pirang berteriak. "Jangan ikut ke atas sama kita. Lift sebelah aja! Ada tuh khusus cleaning service, tangga darurat!"

Mereka tertawa terbahak-bahak saat pintu lift menutup, membuat Khaelia terdiam kehabisan kata. Tidak menyangka di jaman modern seperti sekarang masih ada orang yang membedakan status sosial berdasarkan jenis pekerjaan. Apakah semua pegawai di sini sama atau hanya mereka bertiga saja? Khaelia naik ke lift sebelah dengan murung, merasa sangat terhina dan tidak dihargai. Namun saat teringat akan gaji yang diterimanya, senyum merekah di bibir. Terserah apa kata mereka yang terpenting ia punya gaji besar.

Tiba di ruangan Carter belum terlihat. Khaelia menyalakan komputer, mesin espresso, serta merapikan dokumen. Banyak email yang harus dibalas, Khaelia mengecek pekerjaannya satu per satu dan membuat jadwal tele conference dengan cabang di India. Pintu membuka, Carter muncul dengan tas hitam di tangan.

"Selamat malam, Tuan."

Carter mengangguk. "Coffe please!"

Dengan cekatan Khaelia membuat satu cangkir kopi panas, meletakkan ke atas meja Carter. Bosman datang dan mereka membicarakan tentang situasi kantor serta urusan yang terjadi siang ini. Membahas juga tentang departemen marketing serta target yang belum tercapai. Setelah membacakan laporan selama satu jam, Bosman keluar sambil melambai ke arah Khaelia.

Midnight SecretaryWhere stories live. Discover now