Carlo mengerti statusnya sebagai laki-laki yang sudah menikah tanpa perlu diingatkan. Ia punya istri yang cantik dan sexy, sama-sama berasal dari kalangan atas yang tinggal di Soul Hills. Sofia adalah anak dari salah satu petinggi kota, punya kehidupan mapan dengan pekerjaan yang stabil. Idaman bagi para laki-laki yang ingin mencari pendamping. Masalahnya adalah hatinya sedari dulu selalu menjadi milik Karenia, sialnya saingannya adalah adiknya sendiri.
"Bukan urusanmu aku cinta dengan siapa?" sergah Carlo panas. "Aku tanya, apa benar Karenia akan bekerja di sini?"
Carter menggeleng. "Tidak! Untuk apa aku mengganti sekretarisku yang kompeten hanya demi dia?"
Melirik ke arah Khaelia yang menunduk, Carlo melontarkan tatapan mencela. Tidak sempat berkata-kata saat pintu diketuk. Bosman dan seorang pelayan muncul, membawa dua buah gelas berisi moctail dingin.
"Silakan diminum, Tuan."
Menyambar gelas di atas meja, Carlo menatap Bosman lekat-lekat. "Pandai sekali kau ini laki-laki tua. Bisa membantu gadis itu agar tidak terkena amarah. Rupanya kamu dan adikku sama, terbius oleh gadis miskin itu!"
Celaan Carlo dijawab dengan anggukan sopan oleh Bosman. "Tuan terlalu menyanjung. Ini hanya minuman biasa. Saya undur diri."
Khaelia melontarkan tatapan penuh terima kasih sebelum Bosman menghilang ke balik pintu. Kalau bukan karena Bosman, sekarang ini ia yakin akan mendapat omelan dan semburan amarah dari Carlo. Tanpa tahu apa salahnya. Ia hanya tahu Carlo membencinya, tanpa alasan yang tidak dimengertinya. Ia menebak, bisa jadi Carlo membenci apa pun yang berhubungan dengan Carter karena persaingan pribadi antar saudara. Apakah itu juga tentang cinta? Perempuan yang sedang mereka perdebatkan pernah datang kemari dan ia tidak heran kalau itu menjadi sumber masalah. Karenia memang cantik luar biasa.
"Kalau begitu kenapa Karenia meneleponku dan memberi kabar akan bekerja denganmu?"
Carter mengangkat bahu. "Entahlah, kenapa kamu tidak tanya langsung padanya? Tapi, saranku jangan terlalu dekat, ingat ada Sofia."
"Jangan mengingatkan aku tentang hal yang bukan urusanmu. Karenia itu sepupu kita."
"Yeah, sepupu jauh. Kita tidak pernah melihatnya bertahun-tahun. Mendadak dia muncul dan kau jatuh cinta. Sampai sekarang? Yang benar saja!"
"Jangan mengguruiku, Carter. Kamu tidak pantas mengkritik kakakmu sendiri!"
Carter menggeleng, merasa lelah bicara dengan Carlo karena ujungnya selalu soal Karenia. Ia tidak pernah peduli dengan Karenia, tidak pernah menjalin hubungan yang lebih dekat dari sepupu. Soal Carlo jatuh cinta dengan Karenia, itu juga bukan urusannya. Masalahnya ternyata tidak sesederhana itu.
"Khaelia, apa kamu sudah selesai menyalin?"
"Sudah, Tuan!"
"Simpan dan kirim ke emailku, nanti aku periksa."
"Baik, Tuan."
"Kemari barang-barangmu, malam ini kamu pulang lebih awal."
Perintah Carter bukan hanya membuat Carlo tercengang tapi juga Khaelia. Tidak seperti biasanya Carter memintanya pulang lebih awal. Tadinya Khaelia berpikir setelah Carlo pulang, akan membahas tentang pekerjaan yang tertunda tapi ternyata salah.
"Pulang sekarang, Tuan?" tanya Khaelia bingung.
Carter mengangguk, melambai sambil lalu ke udara. "Iya, pulang sekarang. Tidur yang nyenyak."
Khaelia mengangguk, merasa kalau dirinya diusir sekarang. Pastinya Carter ingin membicarakan hal penting yang tidak boleh diketahuinya. Khaelia merasa harus tahu diri untuk tidak ikut campur. Lagipula, pulang kerja lebih cepat juga terhitung hal bagus. Dengan begitu ia bisa istirahat dan tidur lebih lama. Ia sedang membungkuk untuk memungut notes yang jatuh saat suara Carlo tertuju padanya.
YOU ARE READING
Midnight Secretary
RomanceKisah Khealia yang menjalani tugas sebagai sekretaris billionare bernama Carter. Bekerja saat malam, menjadikan keduanya terjebak dalam hubungan liar dan memabukkan.