Prolog

4.5K 187 3
                                    

Tumpukan daun kering berterbangan kala tiga pasang kaki memijak dengan tergesa. Napas terengah tak beraturan, bulir keringat menetes seriring dengan jejak langkah yang semakin memberat.

Pasokan udara terasa menipis, tak berani menoleh ke belakang-- para anak remaja laki-laki itu berusaha membawa diri sejauh mungkin.

Sesekali akar pohon menjadi alasan mereka tersandung, di atas sana kawanan gagak hitam berterbangan memutari pohon pohon tinggi besar.

Semakin berlari menjauh, maka semakin rapat pula pepohonan dan semak belukar, membuat rasa bingung kian menguasai.

Ketakutan tak lagi dapat terjabarkan, yang mereka inginkan hanyalah menjauh sejauh mungkin-- menghindari monster pemakan manusia yang dari giginya masih menetes darah segar.


|Malapetaka 1980|


Tahun 1980.

Langit menguning kala senja menyapa. Asap dari bekas warga membakar daun kering masih tipis terlihat. Suasana mulai menggelap-- jalan desa belum mempunyai fasilitas lampu jalan karena listrik belum menyebar sempurna ke area perkampungan mereka.

Rumah-rumah kayu renggang jaraknya. Setitik cahaya redup sedikit menguar dari sela kayu kala lentera dihidupkan.

Di-era lampau inilah, tiga sekawan akan memulai kisah mereka. Sebuah pertanggung jawaban dari ketidaksengajaan yang telah mereka lakukan.

Leluhur mengatakan, "Hutan berkabut itu bukan ranah kita!"

Ada begitu banyak hal yang tak kita ketahui di dunia yang luas ini. Alam semesta masih menyimpan begitu banyak misteri.

Orang-orang terdahulu pastinya sedikit lebih dulu tau tentang alam manusia dan alam lain, karena itu beberapa nasehat berisi larangan diucapkan secara turun temurun.

Ketika kalimat sakral terucap, pastilah sebuah alasan mengikuti. Ada beberapa hal yang memang tak seharusnya kita jamah dan ada beberapa tempat yang seharusnya tak kita dekati.

Begitu juga dengan sebuah tempat luas yang ditumbuhi ribuan pohon besar di sebuah desa terpencil. Tempat itu dikenali dengan nama Hutan Berkabut. Karena, ketika fajar dan senja menyapa, daerah hutan itu akan tertutupi kabut tebal.

Sudah menjadi rahasia umum desa Padang Batu dan sekitarnya jika di waktu matahari terbenam hingga terbit, daerah Hutan Berkabut adalah milik alam sebelah yang tak seharusnya didekati oleh manusia.

Warga masih begitu melestarikan petuah-petuah dari para orang tua, dan hingga kini Hutan Berkabut masih begitu terjaga kelestariannya.

Dan jika ada yang berani melanggar larangan yang sangat diwaspadai itu, maka jangan heran apabila--

Malapetaka


-- akan datang.




***

Keyran Adma Anjaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keyran Adma Anjaya

16 tahun

Bungsu dari 3 bersaudara.

Bungsu dari 3 bersaudara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan Sanandra

16 tahun

Bungsu dari 2 bersaudara.

Bungsu dari 2 bersaudara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zerico Fatih Trista

17 tahun

Anak tunggal

Nazka Pradewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nazka Pradewa

17 tahun

Anak tunggal


































Prolog...

Malapetaka 1980Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang