15. Ayo Berjanji!

1.3K 193 19
                                    

Tubuh yang kotor meringkuk di ujung ruangan, perlahan wajahnya sedikit terangkat kala pintu perlahan dibuka. Kantung mata yang terlihat jelas menghitam, pandangannya sayu juga kosong.

Di penglihatannya yang agak berbayang, sosok tiga orang terlihat ragu tuk maju mendekati. Tubuh ketiga remaja laki-laki itu terlihat menegang, pupil mata mereka menyusut bercampur raut sendunya.

Salah satu dari ketiga orang itu memberanikan diri untuk berjongkok di hadapannya sembari mengulurkan tangan. Dapat dirinya sadari jika bibir dan pupil mata sang remaja bergetar, walau tampaknya sang empu berusaha mempertahankan senyuman penuh kelegaan.

"J-Juan ...."

Keheningan memeluk diri. Tatapan mereka beradu dalam. Kekosongan juga kehampaan di pupil mata Juan perlahan menghilang, tergantikan binar cerah yang kembali hadir. Kelopak mata terbuka lebar, seiring dengan bergetarnya pupil yang telah memantulkan kaca. Mata Juan terasa memanas.

"K-Key?" Juan mendesak maju, memegang kedua bahu Keyran dengan tubuhnya yang bergetar. "Ka-kamu ... kamu Key-ran? Beneran?" Suaranya serak-- hampir hilang.

Kedua netra Keyran turut berkaca saat mengangguk. Detik berikutnya, pelukan erat dapat ia rasa. Juan memeluk dirinya begitu erat-- menumpahkan air mata di sela isakkan.

"A-aku ... aku hampir ngelupain siapa kalian," ungkapnya. Pelukan Juan lepaskan, dengan heboh dirinya menatap wajah satu persatu temannya.

"Aku ..." Beralih menatap tepat ke wajah lelah Keyran, Juan kembali ingin menangis. Suatu keajaiban datang ketika wajah samar di dalam ingatannya tiba-tiba menunjukkan diri, membuat ia langsung mendapatkan semua ingatannya kembali. "Aku hampir lupa segalanya ...."

Keyran tentu terkejut. Sendu tatap matanya kala menatap pada Juan yang menunduk sembari menekan wajah dengan kedua tangan.

"Juan, jangan takut, okey? Sekarang kami sudah ada di sini." Memegang bahu Juan, Keyran bersuara dengan getir.

Zerico dan Nazka mulai menatap sekeliling. Bagaimana mungkin mental Juan tak terganggu karena terkurung di dalam tempat ini. Tempat yang langit-langitnya digantungi perdagingan, kaki tangan, hingga kepala yang matanya masih terlihat melotot. Semua yang tergantung adalah monster-monster berwujud layaknya manusia yang mereka lihat pada foto di lorong sebelumnya.

Mual menyapa, bau anyir dan busuk menyerang indra penciuman.

"Juan, bagaimana keadaanmu?"

Maju mendekati kedua sahabatnya, Nazka dan Zerico turut berjongkok.

Juan perlahan mengangkat wajah. Dalam napas ia tarik sebelum kemudian menghembuskannya dengan kasar. Tersenyum kecil-- remaja itu lalu menatap pada Zerico dan menjawab dengan anggukan. "Aku baik."

Jelas, Keyran mengetahui jika hal itu adalah kebohongan. Karenanya, ia dengan cepat berujar, "Juan, kamu bisa jalan dan lari, kan? Kita harus bisa kabur dari tempat ini dan secepatnya cari jalan keluar."

Mendengarnya Juan sedikit terkesiap, ia lantas merasa bersalah.

"Aku gak tau apa yang sudah kalian lalui untuk sampai ke sini, tapi ... ayo berusaha sedikit lagi."

Perkataan Juan membuat ketiga sahabatnya tersenyum. Mereka mengangguk mantap. Zerico adalah yang pertama berdiri, lalu disusul oleh Nazka, Keyran dan Juan yang menyambut uluran tangan Keyran untuk membantunya berdiri.

Membentuk lingkaran, tiga anak manusia itu saling memberi kekuatan satu sama lain. "Guys, apapun yang akan kita hadapi kedepannya tolong berusaha bertahan. Banyak kisah yang harus kita bagi-- satu sama lain setelah ini," ujar Zerico lalu mengarahkan jari kelingkingnya ke depan. "Ayo saling berjanji, untuk terus baik-baik saja hingga akhir."

Malapetaka 1980 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang