20. My Baby

1.7K 201 16
                                    

Kala ia tanpa sadar terpisah dari para anak manusia, satu orang muncul ke hadapannya-- membuatnya sejenak menerbitkan senyum sebelum pada akhirnya ... dalam bayang, dirinya ditarik ke dalam kegelapan.

Tubuh kecilnya diangkat lalu dibenturkan kuat pada salah satu batu tajam yang runcing. Monster kecil itu ... untuk pertama kalinya, merasakan rasa sakit yang teramat. Bukan pada tubuhnya, melainkan pada sisi terdalam sanubari.

Jika bisa menangis, mungkin dirinya akan menangis. Teriakan yang keluar dari mulutnya pun hanya berupa erangan putus asa. Ia memberontak tapi tubuhnya dicekal erat oleh dua tangan. Andai kekuatannya sudah pulih, dirinya akan dengan mudah membesar dan melawan. Namun, saat ini, tak ada yang bisa dia lakukan selain daripada menatap penuh harap--memohon pengampunan pada sang lawan.

Sebelah tangannya ditarik dengan kencang hingga terputus, kedua mata monster batu melebar. Hatinya bagai dipecahkan dengan paksa. Retak hingga hancur berkeping-keping. Orang itu memakan tangannya dengan mudah, seolah sedang mengunyah kerupuk.

Kakinya turut ditarik keras hingga terlepas, kemudian juga dimakan sama seperti tangannya.

Dunia sang monster seketika terhenti. Ia pikir, mimpi terburuk dalam kehidupannya adalah tercipta untuk kesepian. Berdiam diri selama puluhan tahun lamanya di satu tempat tanpa siapapun menemani, membuatnya tak memiliki semangat untuk terus hidup.

Bertemu dengan para anak manusia membuatnya merasa memiliki teman untuk sesaat. Namun, fakta saat ini seolah menegaskan padanya bahwa memang tak seharusnya mereka bersama.

Monster batu tidak bisa melawan-- dengan pasrah menyerahkan tubuhnya untuk dibunuh dan dimakan oleh dirinya yang sedang kelaparan. Matanya perlahan terpejam, di sisa akhir kesadarannya-- wajah Keyran dan para temannya terbayang. Ia berharap semoga para manusia itu bisa mencapai tujuannya. Sedari awal ia siap ditinggalkan, maka tak ada salahnya jika ternyata ia yang lebih dulu meninggalkan.

|Malapetaka 1980

Benda kenyal berlendir yang menyentuh pipinya membuat Keyran mengerjab perlahan. Kepalanya menoleh lemah ke arah samping, kadal kapur yang baru saja menjilat pipinya tampak terkejut menyadari jika anak manusia di depannya telah bangun, karena hal itu lah, dia melajukan kakinya untuk berlari menjauhi Keyran secepat mungkin.

Keyran tersenyum kecil, ia merasakan sensasi menggelitik di hati. Melihat kejadian random tadi, kembali mengingatkan Keyran pada sosok monster batu. Raut wajah Keyran kembali murung, ia menatap langit malam yang masih tertutupi kabut.

"Ke mana dia?" gumamannya terbang terbawa angin tanpa kembali membawa jawaban.

Berdiam dalam posisi berbaring dengan sorot mata sayu, Keyran membiarkan embus angin menerpa wajah dan helai rambut yang menutupi mata. Keyran merasa jika badannya sudah sangat lelah saat ini, tetapi, kala menoleh ke sekitar, barulah Keyran sadari jika ketiga temannya juga dalam kondisi tidak sadarkan diri. Tubuh mereka dipenuhi darah.

Keyran menahan seluruh tubuhnya yang terasa sakit. Tetap berdiri dan berjalan guna menghampiri teman-temannya. Dengan penuh upaya, remaja itu membenarkan posisi ketiga sahabatnya menjadi terlentang sempurna. Setidaknya, posisi mereka kali ini lebih baik dan nyaman ketimbang sebelumnya.

Hal yang ia lakukan, membuat Zerico terusik. Tatap mata kedua laki-laki itu bertemu, Keyran tersenyum tengil. "Hai, selamat pagi," ujarnya walau background di belakang tubuhnya gelap malam.

"Key?"

Zerico mencoba bergerak namun, Keyran dengan cepat menahan tubuhnya.

Malapetaka 1980 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang