TIDAK BERSAMA?

33 6 0
                                    

Jeya menelan makanan yang berada dimulut bulat-bulat, tanpa dia gigit sedikitpun. Entah untuk yang keberapa kalinya gadis itu menatap pria disampingnya.

Leanza, pangeran dan putra mahkota dari kerajaan Nazian! Pikiran nya berkecamuk, bingung bagaimana cara menghadapi situasi membingungkan yang dia alami sekarang.

"Ada apa?" Leanza bertanya dengan pelan.

Sejak tadi malam Beliver selalu bersikap aneh kepadanya, kadang tidak fokus atau seperti orang yang sangat ketakutan.

Jeya menggeleng pelan, "Hanya memikirkan, kapan aku bisa pulang ke Verta?"

Verta adalah pilihan yang tepat daripada tinggal di Nazian, tempat musuh kerajaan nya sendiri, eh, atau kerajaan musuh dari Beliver.

"Kamu ingin pulang kapan? Ibunda sangat merindukanmu, takutnya ibunda tidak akan membiarkanmu pergi dengan cepat."

"Hah, ibunda-ibunda ini ribet banget!"

Matanya berkilat kesal, dalam hati bahkan dia sudah mengumpati takdir nya sekarang, dari sekian banyaknya manusia di bumi ini, mengapa harus dia yang harus masuk kedalam tubuh Beliver?

Percakapan mereka terhenti karena kedatangan seorang wanita berpakaian pelayan, "Putra mahkota, Pangeran Balvier datang berkunjung untuk menjemput Putri Pertama!"

Ah? Siapa lagi Pangeran Balvier ini? Adiknya? Jeya memijit pangkal hidungnya sendiri, "Dimana adikku berada?" Jeya tersenyum kecil.

"Pangeran menunggu di aula kediaman Zia.."

Kediaman Zia tempat tinggal Leanza.

Mungkin inilah kesempatan nya untuk melarikan diri dari sisi Leanza, "Lean, adikku sudah menungguku, mungkin aku tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi.."

Wajahnya berkerut, seolah-olah dia benar-benar menyesal karna harus pergi dari sana, namun didalam hati Jeya sudah sangat kegirangan.

Leanza adalah orang baik, dengan tidak membiarkan nya jatuh cinta lebih dalam kepada Beliver, mungkin Leanza tidak akan mati di Medan perang.

"Aku akan mengantarmu kesana." Dengan lembut dan penuh perhatian Leanza menuntun Beliver menuju Aula.

Sesampainya di Aula, dapat dia lihat tubuh seorang laki-laki yang tingginya dua kali lipat dari tinggi tubuhnya.

"Dia adikku atau kakakku?" Jeya meringis kecil ketika menyadari tubuh Beliver sangat kecil.

Tubuhnya didunia nyata sangat tinggi! Sekarang dia harus memasuki tubuh Beliver yang tingginya tidak mencapai 170cm.

Menyedihkan, akhirnya Jeya merasakan bagaimana menjadi pendek, "Adik laki-laki?" Jeya menghampiri Balvier.

Balvier yang menyadari kehadiran kakak perempuannya dan putra mahkota Leanza dengan segera membungkuk-kan tubuhnya, "Kakak pertama, Putra mahkota, maaf telah menganggu waktu kalian berdua."

Mendengar suara halus dan lembut milik Balvier, Jeya terdiam sejenak, "Manusia novel memang sempurna nya diluar nalar semua!"

"Adik laki-laki, ada urusan mendesak apa hingga kamu sendiri yang menemuiku ke sini?"

Untung nya Jeya sudah mempelajari bahasa baku yang sering digunakan orang-orang zaman kuno, jika tidak, mungkin ucapnya akan terdengar aneh dan kaku.

Balvier menatap Leanza sejenak, sebelum akhirnya dia menghela nafas kasar, "Kakak pertama, ayahanda yang mengirimku kesini, ayahanda berkata jika kakak tidak pulang sebelum matahari terbenam, dia sendiri yang akan kesini."

Ayahanda nya ini, apakah tipe ayah yang posesif? Atau takut dirinya akan membelot ke pihak musuh? Dua kemungkinan ini adalah salah satu alasan Kaisar Verta ingin membawa Beliver segera pergi dari Nazian.

Beliver berbalik menghadap Leanza, "Lean, aku sungguh menyesal karena tidak bisa menemui ibu permaisuri, sampaikan salamku kepada ibu permaisuri lalu katakan jika aku telah kembali ke Verta."

"Dan tolong sampaikanlah maafku kepadanya."

Leanza tidak rela, namun kaisar Verta yang telah mengirim Balvier untuk menjemput Beliver menandakan jika dia ingin Beliver segera pergi.

Leanza tidak bisa menahan Beliver lebih lama jika tidak ingin membuat kaisar tidak senang, "Aku mengerti, aku akan menyampaikan semua pesanmu kepada Ibunda."

"Terimakasih, jika aku sudah kembali, mungkin akan sulit untuk bertemu lagi."

Saat ini dua kerajaan mereka sedang mengalami sedikit konflik, Kaisar Verta merasa sangat tidak senang kepada Kaisar Nazian yang selalu mendesaknya untuk menyerahkan Wilayah Verza.

Verza adalah wilayah milik Verta, dimana Verza menjadi pusat ekonomi dan perdagangan kerajaan Verta.

Sekarang Nazian sedang mengalami krisis ekonomi dan kekurangan bahan pangan, sedangkan mereka harus berperang melawan pasukan musuh.

Karena Verta berada tidak jauh dari Nazian, kaisar Nazian berniat bernegosiasi yaitu meminta Verza, dan dia akan memberikan pasukan militer elite untuk Verta.

Kesepakatan ini ditentang Kaisar Verta, walaupun Verta kekurangan pasukan militer yang kuat, namun kemakmuran rakyat lebih utama.

Tanpa Verza, Verta akan kehilangan pondasi, dan akan membuat beberapa benturan keras bagi rakyat. Rakyat sangat mengandalkan tanah subur milik Verza untuk bertani, dan berdagang.

Walaupun Verza bukan ibu kota, Verza tetap akan menjadi pilar kehidupan kerajaan Verta.

"Aku akan berkunjung ke Verta dibulan ke empat, kita akan segera bertemu kembali." Leanza berucap dengan santai.

"Bulan ke empat? Bukannya itu waktu Beliver ngasih tau kalo dia bakalan nikah sama anak bangsawan?" Jeya bahkan hampir tersedak air liurnya sendiri ketika menyadari jika Novelnya sudah berjalan sangat jauh.

Jadi, dia sudah berada di bab 20? Dimana Beliver akan menikah dengan seorang laki-laki dari keluarga bangsawan?

"Sialan, ternyata kaisar itu maksa gue pulang karna mau gue nikah!"

Jeya sangat mengasihani Leanza yang akan hidup menyedihkan setelah mengetahui berita itu. Dan akan memutuskan untuk mati di Medan perang, demi menyelamatkan Beliver.

"Lebih baik jangan bertemu dulu!" Jeya berkata dengan terburu-buru.

Gadis itu menatap keseliling, seluruh orang memandang nya aneh, bahkan adiknya juga sedikit terkejut dengan teriakannya.

"Ada apa?" Tanya Leanza

Beliver menggeleng, "Maksudku, lebih baik kamu fokus kepada konflik diantara kerajaan kita."

"Aku datang kesana untuk mengobrol dengan kaisar, juga sekalian menemuimu, apakah salah?"

"Kakak pertama, langit sudah akan gelap, apakah kita bisa pergi sekarang?" Balvier menyela percakapan mereka.

"Baik-" Dia menatap Leanza dengan senyuman yang sulit diartikan, -"Jika suatu saat kita tidak bisa bersama lagi, mati bukan pilihan terbaik, kamu bisa berbahagia tanpa aku."

Seketika pikiran Leanza langsung terhenti, matanya memandang kosong kearah depan, "Tidak bersama lagi?"

TBC

WITH YOU FOREVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang