Brukk!
Kaki Balvier ditekuk dengan paksa, pelakunya adalah beberapa bawahan ibunya, yang tak lain adalah permaisuri kerajaan Verta.
"Kemana saja kamu beberapa hari ini?" Ucapan permaisuri halus, namun penuh penekanan.
Tangan Balvier gemetar, reaksi tubuhnya mengungkapkan betapa takutnya dia terhadap ibunya sendiri.
"Aku ikut kakak pertama keluar kota.."
"Huh? Kamu sudah dekat dengan kakakmu itu?"
"I-iya.."
"Dengan siapa lagi kamu berinteraksi selama beberapa hari ini?"
"A-ayah-handa."
Plakkk!
Tamparan keras mengenai pipi Balvier hingga membuat laki-laki tersebut oleng kesamping, walaupun terasa sakit dia kembali ke posisi semula.
"Bukankah sudah aku katakan?! Jangan pernah dekat dengannya!"
Permaisuri berjongkok didepan Balvier, dan mencengkram dagu nya, "Jawab!"
"tidak perlu takut kepada siapapun, kakak akan melindungimu!"
Ucapan Jeya melintas dikepalanya, dengan setengah berani dan setengah takut dia menatap wajah ibunya.
"Bukankah dia juga ayahku? Mengapa aku tidak boleh dekat dengan ayahku sendiri?!!" Balvier berteriak dihadapan permaisuri hingga membuat wanita beranak dua itu terkejut.
Permaisuri tertegun sesaat sebelum akhirnya dia menghempaskan wajah Balvier kesamping, "Dia memang ayahmu.."
"Lalu kenapa aku tidak boleh dekat dengan ayahku sendiri?!"
"Ibunda melarangku menjadi putra mahkota, kenapa? Apakah ibunda ingin aku menjadi putra sah yang terbuang?!"
"Ibunda ingin masa depanku hancur?! Benar bukan?!"
"Balvier jaga ucapanmu!!" Permaisuri berteriak keras.
"Aku hanya tidak ingin kamu tersesat!"
"Benarkah?" Balvier menatap ibunya dengan pandangan meremehkan.
Entah mengapa hari ini keberanian yang dulu tidak pernah ada tiba-tiba menguar didalam hatinya, "Apakah menjadi putra mahkota bisa mengotori tubuh ibunda?"
"Lalu, aku harus menjadi apa? Biksu?! Orang suci?! Atau dewa?!"
"Apakah ibunda tau, aku sangat iri kepada kakak kedua, dia putra seorang selir, tetapi dia bisa sangat dekat dengan ayahanda! Sedangkan aku? Aku putra sah, untuk duduk bersama saja aku tidak bisa."
"Menurutmu, mengikutiku bisa membuatmu tersiksa?" Permaisuri berbalik dengan air mata yang sudah turun deras dipipi nya.
"Bukan itu maksudku! Aku tidak pernah mengatakan jika bersama ibunda menyiksaku, aku hanya ingin mengatakan jika aku mau menjadi putra mahkota!"
"Kamu ingin menjadi putra mahkota dan menjadi seperti ayahmu?"
"Aku tidak seperti ayah!"
"Aku adalah aku, ayah adalah ayah! Aku bukan dia!"
"Ibunda, aku ingin berjalan maju, aku ingin menjadi manusia yang berguna."
Balvier berusaha menyakinkan ibunya tersebut, namun tampaknya usaha yang dia lakukan tidak bisa menggerakkan hati ibundanya.
Disaat Balvier hampir menyerah, Beliver tiba-tiba saja datang dengan beberapa dayang di belakangnya, "Kalian keluar." Jeya mengintruksi beberapa pengawal dan dayang miliknya dan ibunya.
Semua orang mengikuti ucapan Jeya, satu persatu dari mereka keluar dengan berturut.
"Ada apa kamu kesini?" Permaisuri menatap putrinya dengan tatapan tajam.
"Bukankah ibunda sudah keterlaluan? Balvier menginginkan masa depannya, mengapa ibunda mempersulitnya?"
"Apa maksudmu?"
Dengan remeh Jeya berkata, "Apakah ibunda tau sebutan Balvier diluar istana? Anak terbuang.."
"Dia putra kandunganmu, apakah ibunda tega melihat nya menjadi seperti ini?"
"Tidakkah bunda berpikir jika suatu saat nanti dia benar-benar akan menjadi manusia yang tidak berguna?"
"Dia tidak akan seperti itu! Aku ibunya, permaisuri kerajaan ini! Tidak akan ada orang yang berani menghina nya."
"Disaat pangeran kedua menjadi putra mahkota, bahkan menjadi kaisar, gelar permaisuri mu itu bukan apa-apa lagi."
"Disaat itu, bisakah ibunda melindungi nya?"
"Walaupun aku mengizinkan nya, siapa yang akan membantu nya menjadi putra mahkota?!" Permaisuri dengan kasar menunjuk wajah Balvier.
Jeya menatap jari ibu nya tersebut lalu menurunkan nya dengan paksa, perbuatannya disaksikan Balvier yang sedari tadi menatapnya.
"Aku, aku yang akan membantu nya.."
***
"Kakak, maaf karena telah merepotkanmu.." Balvier saat ini sedang berada di istana putri pertama milik kakaknya.
"Tidak merepotkan, aku senang karena kamu bisa berani melawan ibunda."
Jeya mengambil kotak obat, dan mengoleskan salep ke kulit pipi Balvier yang memerah, "Putra mahkota tidak boleh memiliki bekas luka."
Entah mengapa Balvier merasa geli ketika Jeya mengatakan kata putra mahkota kepadanya, "Saat ini aku belum menjadi putra mahkota."
"Walaupun saat ini belum, kamu pasti akan menjadi putra mahkota."
"Kakak begitu yakin jika aku akan menjadi putra mahkota?"
"Tentu saja, selain kamu, tidak ada orang lain yang bisa menjadi putra mahkota!"
Mereka berdua tertawa bersama, dan bercerita mengenai banyak hal hingga tidak menyadari jika langit sudah mulai gelap.
"Matahari sudah tenggelam, aku harus pulang."
"Kamu tidak perlu pulang, biarkan ibunda sendiri terlebih dahulu, saat ini kamu menginap saja di istana putri pertama."
Balvier mengangguk menyetujui usulan dari Jeya, "Jika aku sudah menjadi putra mahkota, apakah aku akan mendapatkan istana sendiri?"
"Tentu, aku akan mengusulkan istana yang paling mewah disini."
"Kakak, terimakasih."
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU FOREVER
Fantasía'Bersamamu selamanya' bukan hanya sekedar janji manis yang terucap dibibir lalu dilupakan, mereka berjanji untuk sehidup dan semati bersama. Entah itu didunia atau di akhirat Pangeran Leanza akan terus menemani putri yang sangat dia cintai, Beliver...