PERNIKAHAN?

36 5 0
                                        

Jeya menatap jendela kereta kuda yang sedang dia naiki, pikirannya berkelana kemana-mana.

"Disini aku mempunyai semuanya.."

Didunia nyata dia tinggal sendirian, orangtuanya tidak tau dimana, bahkan Jeya tidak mengetahui nama dan wajah mereka.

Jeya sedari kecil hidup dipanti asuhan, lalu tinggal di asrama ketika dia sudah memasuki universitas.

"Ayah, ibu, adik, bahkan teman, aku mempunyai semuanya, disni sangat baik, tapi juga sangat mengerikan."

Pertempuran, perperangan dimana-mana, hal yang belum pernah dia lihat dizaman modern. Jeya tidak terbiasa dengan situasi saat ini.

Hidupnya setiap hari merasa tidak aman karena banyak ancaman, walaupun dia seorang putri yang bergelar putri pertama, belum tentu tidak ada orang yang tidak berani menyakiti nya.

"Kakak pertama, apa yang sedang kamu katakan?" Balvier yang menunggangi kuda disamping kereta mendekat kearahnya.

Jeya menatap Balvier, "Apakah kamu benar-benar adikku?"

Dapat dia lihat jika laki-laki didepannya sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dia ajukan, "Ada apa kak? Apakah kamu mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan?"

"Tidak, aku sedikit tidak percaya dengan tinggi tubuh kita berdua, aku sangat kecil untuk menjadi seorang kakak." Jeya menghela nafas kasar, dia sedikit tidak rela dengan tinggi tubuhnya sekarang.

Mendapat jawaban yang sangat menggemaskan dari kakaknya, tanpa sadar Balvier tertawa kecil, matanya menyipit dan bibirnya terbuka lebar.

"Kakak, apakah kamu sedang merasa tidak percaya diri dengan tinggi tubuhmu?"

"Iya, sepertinya ketika pembagian tinggi tubuh, aku terlambat datang!"

"Mana mungkin, di dunia ini, tidak ada yang namanya pembagian tinggi tubuh?"

"Hah, orang kuno sama sekali gak ngerti jokes!" Jeya menggerutu pelan.

"Berapa lama kita akan sampai?"

Pertama kalinya untuk Jeya menaiki kereta kuda, pantatnya terasa sangat keram karena telah duduk sangat lama disana.

Didunia nya, ada transportasi seperti mobil dan motor, yang lajunya lebih cepat dari jalannya kuda.

"Kenapa motor belum diciptain di zaman ini?"

"Sebentar lagi kita akan sampai, ada apa kak? Apakah kakak ingin melakukan sesuatu?"

"Tidak, pantatku sudah sangat sakit karena duduk disini!"

Mendengarnya, wajah Balvier tiba-tiba memerah, dia tidak menyangka akan jawaban frontal dari kakak pertama nya itu.

"Ada apa dengan wajahmu? Apakah kamu kepanasan?" Jeya menatap wajah Balvier yang semakin memerah.

"Kakak pertama, kakak adalah putri kerajaan, mengatakan 'itu, apakah kakak tidak malu?"

"Itu? Itu apa?"

"Pantat?"

Uhukkk!

Kusir penunggang kudah terbatuk pelan, suara Jeya sangat keras hingga membuat semua orang mendengarnya.

Memikirkan itu, Balvier semakin sangat malu, "Kak, bisakah kakak diam saja?"

Entah mengapa setelah pergi dari kerajaan Nazian, Balvier merasa kakaknya sedikit berbeda. Dulu Beliver terlihat sangat anggun dan polos.

Namun, sekarang? Sejak kapan Beliver menjadi perempuan bar-bar seperti ini? Rasanya dia ingin menangis entah karena bahagia atau sedih.

"Adik, apakah ayahanda ingin aku menikah?" Pertanyaan yang sedari tadi dia pendam akhirnya meluncur juga dari mulut manisnya.

Balvier menoleh, "Aku tidak tau, tapi aku sempat mendengar ayahanda pernah bertemu dengan keluarga Niuan?"

"Ayahanda tidak pernah ingin berurusan dengan keluarga bangsawan, kali ini dia mengundang keluarga Niuan, pasti ada maksud tertentu." Balvier juga merasa aneh dengan sikap ayahnya beberapa hari ini.

Jeya terdiam sejenak, ternyata benar, dia akan dijodohkan dengan keluarga itu! Padahal dirinya baru memasuki dunia ini. Dan sudah mendapatkan satu jalan buntu.

Jika dia menikahi pria itu, bagaimana dengan nasib Leanza dimasa depan? Akankah pria itu benar-benar mati di Medan perang?

Jeya tidak merelakan pria seperti Leanza mati begitu saja hanya demi seorang Beliver.

"Adik, menurutmu apakah putra mahkota sangat mencintaiku?"

"Tentu saja, kak, Putra mahkota bahkan hanya bisa melirikmu, manusia disampingnya seperti hantu yang tidak terlihat jika ada kakak didepan matanya!"

Balvier tidak bisa mengatakan tidak jika mengenai ini, dirinya adalah saksi bisu atas cinta Leanza kepada kakaknya.

Selama bertahun-tahun Balvier sudah menyaksikan seberapa besar perasaan Leanza, dia yakin tidak akan ada orang lain yang bisa mengalahkan kakaknya jika menyangkut Leanza.

"Bagaimana jika aku benar-benar menikah bersama orang lain?"

"Kak, jika ayahanda memberikan pilihan antara negara dan cinta, apa yang akan kakak pilih?"

Gadis itu terdiam kaku, walaupun dirinya bukan Beliver yang asli, entah mengapa perasaan nya menjadi tidak nyaman.

"Apakah kakak ingat dengan perkataan ibunda?" Balvier menatap wajah kakanya.

Tentu saja Jeya tidak ingat, dia bukan Beliver, bahkan dirinya tidak ingat kejadian sebelum dia masuk kedalam tubuh Beliver.

"Apa?"

"Ibunda berkata, manusia harus memiliki perasaan, jika kakak mengorbankan cinta, dan memilih lebih memilih kedudukan, bukankah itu tidak seperti harapan ibunda?"

"Maksudmu, aku harus meninggalkan negaraku demi Lean?"

"Tidak! Kak, kamu bisa memilih putra mahkota tanpa meninggalkan Verta."

"Tapi, kami tidak mungkin bersatu, ayahanda sangat membenci Nazian, menurutmu, apakah Leanza mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan ayahanda di bulan ke empat nanti?"

Kakak beradik itu sama-sama tenggelam didalam keheningan, Jeya menutup jendela kereta kuda ketika merasa tidak ada sahutan lagi dari Balvier.

Asik didalam keheningan, tiba-tiba celetukan Balvier mengejutkan Jeya.

"Asalkan kakak bisa mempercayai Putra mahkota, tidak mungkin tidak ada jalan keluar."

TBC

WITH YOU FOREVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang