"Aku dengar, kalian melewati ibu kota?" Kaisar Verta menatap putrinya dan putranya tersebut.
Jeya menatap keseliling, perabotan, bangunan, dan baju yang dikenakan mereka sangat mirip dengan film zaman kuno yang selalu dirinya tonton.
"Katakan kepadaku, apa yang kalian temukan di ibu kota?"
"Tidak ada yang menarik.." Jeya berkata dengan pelan.
Tiba-tiba ingatan nya tertuju kepada anak kecil yang tadi dia temui di ibu kota, "Selain satu hal."
"Ada apa?"
"Aku bertemu dengan seorang anak kecil, dia meminta hadiah kepadaku.."
"Hadiah apa?"
"Dia menginginkan ayahnya, tapi adik Balvier berkata jika ayahnya sudah lama gugur di medan perang, aku tidak berani memberikan hadiah yang dia mau.."
Kaisar terdiam sesaat, sebelum akhirnya dia memanggil kasim untuk mendekat, "Siapa anak itu?"
Kasim itu menundukkan kepalanya sedikit, "Kaisar, dia adalah putri dari jendral Zavear."
"Dia putri dari Zavear? Mengapa aku tidak tau jika dia sudah mempunyai putri?"
Saat ini Jeya, Balvier, dan Kaisar sedang duduk di ruang baca yang sering dipakai Kaisar.
"Yang mulia, mungkin Jendral tidak ingin anaknya dalam bahaya jika musuh mengetahuinya?" Kasim tersebut menjawab dengan ragu-ragu.
"Ayahanda, siapa itu Jendral Zavear?" Balvier bertanya dengan pelan.
Dulu ketika usianya masih 10 tahun, dia sering mendengar nama ini, namun dua tahun lalu dia mendapatkan kabar jika jendral itu sudah gugur.
Kaisar menyesap teh ditangannya dengan lembut, matanya memandang keatas, seolah sedang menerawang sesuatu.
"Dulu, ketika umurku berusia 16 tahun, Zavear adalah teman belajarku."
"Dia teman baikku, dan paling mengerti apa yang aku inginkan, singkatnya disaat umurnya yang ke dua puluh tahun orang tuanya meninggal dunia karena dibantai pihak musuh."
"Dimalam yang dingin dan berembun itu, dia berdiri didepan kamarku dengan baju yang tipis, lalu meminta keadilan untuk keluarga nya."
"Saat itu umurku masih berusia 18 tahun, aku tidak berani melawan Kaisar terdahulu."
"Aku pengecut, dan mengabaikan nya. Tapi karna kegigihan nya, aku akhirnya luluh dan membantu nya menjadi seorang jendral."
"Ketika aku menjadi seorang kaisar, dia membantuku memperkuat keamanan di wilayah Utara."
"Saat itu wilayah Utara sangat kacau, banyak pemberontakan, banyak rakyat yang menyerang para prajurit."
"Dia sudah lama tidak kembali ke ibu kota, lalu di musim semi dua tahun lalu, aku mendengar dia telah gugur.."
Mereka yang berada diruangan itu terdiam mendengar cerita masa lalu kaisar mengenai Zavear.
"Ayahanda, aku melihat putrinya sangat kasihan, seperti nya mereka hidup kesusahan di ibu kota."
"Aku tau, Zavear sudah mengorbankan banyak hal untuk kedamaian Verta, dia pantas mendapatkan kebahagiaan."
"Kasim Ran-" Kaisar memanggil kasim kepercayaannya.
Kasim Ran menghampiri kaisar dengan sedikit membungkuk, "Ya yang mulia?"
"Bawa istri dan anak Zavear ke kerajaan, berikan mereka tempat tinggal yang layak, dan berikan uang untuk mereka."
"Aku tidak bisa mengembalikan Zavear kepada mereka, setidaknya aku bisa memberikan kehidupan yang layak sebagai gantinya.."
Jeya memandang ayah dari Beliver tersebut, selama dirinya hidup, Jeya tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah maupun ibu.
Sekarang dia bisa memiliki ayah, bahkan ibu, ayahnya kaisar Verta seperti nya sangat baik kepada anak dan rakyatnya.
"Beliver, apakah kamu bersenang-senang di sana?" Kaisar Verta menganti topik percakapan mereka.
Disana yang kaisar maksud adalah kerajaan Nazian.
"Lumayan, tapi aku lebih senang di sini."
Kaisar tertawa kecil mendengar ucapan Jeya, "Bukankah Nazian sangat indah?"
"Nazian memang indah, tetapi Verta lebih indah. Ayahanda sebaik-baik nya tempat di dunia ini, kampung halaman lebih baik."
"Walaupun aku menyukai Nazian, aku lebih menyukai Verta, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan."
"Mengapa kamu mengatakan ini? Ingin meyakinkanku jika kamu tidak akan membelot ke pihak mereka?"
"Aku tidak ingin meyakinkan ayahanda, aku hanya ingin mengatakannya, ayahanda bisa menilai sendiri, apakah aku akan membelot atau tidak?"
"Beliver, kamu benar-benar sudah dewasa-" Kaisar kembali menyesap teh nya.
"Ketika kamu lahir, aku sangat bahagia karena untuk pertama kalinya menjadi seorang ayah.."
"Saat itu aku merasa kebahagiaan mengelilingiku, seiring berjalannya waktu, kamu akhirnya semakin dewasa."
"Pikiranmu semakin terbuka, aku juga semakin sulit memahamimu.."
Ucapan Kaisar seperti menyiratkan makna tertentu, Jeya memahami itu. Kaisar takut dia akan mengkhianati Verta hanya demi perasaan pribadi.
"Ayahanda, dulu ataupun sekarang, sekarang ataupun dimasa depan, aku akan tetap menjadi putri kecil mu, kamu bisa memahamiku, aku tidak pernah berubah, aku tetap putrimu.."
"Beliver, Balvier, apakah kamu tau mengapa ibumu sekarang membenci ku?"
Balvier dan Beliver saling pandang, dan menggeleng bersama, "Karena ibumu dan aku berbeda."
"Ketika aku melihat kalian berdua, aku seperti melihat diriku sendiri dan diri ibumu."
"Beliver, kamu sama seperti, bisa mengorbankan semua perasaan demi keamanan negara, tetapi ibumu? Dia sangat mementingkan perasaan."
"Disaat kami baru menikah, saat itu aku masih bergelar putra mahkota, aku menikahi wanita yang paling aku cintai di dunia ini."
"Ibu mu ingin aku berjanji untuk selalu mencintai nya, dan aku berjanji."
"Tetapi, kami berdua sama-sama egois, aku ingin memperkuat kedudukanku dengan cara menikahi beberapa selir."
"Aku mengingkari janjiku, walaupun tidak sepenuhnya ingkar. Selamanya aku hanya akan mencintai ibumu, tetapi dia tidak mengerti, dan berpikir jika aku hanya mencintai kekuasaan."
"Aku tidak bisa mengelak, karena memang benar itu adanya."
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/373455991-288-k590455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU FOREVER
Fantasy'Bersamamu selamanya' bukan hanya sekedar janji manis yang terucap dibibir lalu dilupakan, mereka berjanji untuk sehidup dan semati bersama. Entah itu didunia atau di akhirat Pangeran Leanza akan terus menemani putri yang sangat dia cintai, Beliver...