MELINDUNGIMU

24 4 0
                                        

Saat ini Jeya sedang bersandar di kursi santai, dia menatap ke gubuk tua di depannya, gubuk milik Cakra terlihat sederhana, namun penuh kehangatan.

Jeya merasakan kedamaian dan kenyamanan disini, apalagi tempat nya berada ditengah-tengah hutan yang lebat, angin lebih sejuk disini dibandingkan di dalam istana.

Tanaman spritual yang dia inginkan sudah ada ditangannya, beberapa hari lagi dia berencana untuk keluar dari hutan ini.

"Hah, padahal disini nyaman, tapi gak bisa tinggal lebih lama.."

Jeya takut jika dia tinggal lebih lama, keluarga kerajaan akan mengetahui keberadaan siluman naga yang tinggal di hutan mereka.

Karena tidak ingin Cakra terluka, Jeya harus merelakan kehidupan santainya disini.

"Adik, ini ramuan yang kamu minta tadi."

Cakra menyerahkan botol yang berisikan air tumbuhan spritual, "Terimakasih kak."

Cakra ikut duduk disamping Jeya, "Aku belum tau darimana asalmu."

"Aku putri pertama di kerajaan Verta.."

"Oh pantas saja aku belum pernah melihatmu di ibu kota, ternyata seorang putri kerajaan?"

"Apakah kamu mengetahui jika ada seseorang yang menginginkan hutanku ini?" Cakra menatap Jeya.

Senyum dibibir Jeya menghilang, dia ikut menatap Cakra yang kini sedang menatapnya, "Aku tau."

"Mereka menginginkan hutan ini, jika mereka berhasil mendapatkan nya, aku tidak mempunyai rumah lagi."

"Maksudmu Nazian? Dia hanya menginginkan Verza, bukan hutan ini."

"Hutan ini adalah Verza, apakah kamu tidak tau?"

Ternyata seperti itu, inilah alasan mengapa Cakra ikut membantu didalam perperangan yang diceritakan didalam novel.

Cakra tidak ingin hutangnya diambil alih, karna itu dia langsung membunuh prajurit milik Nazian.

"Jadi, inilah Verza yang dikatakan sebagai tanah yang subur?" Jeya berbatin didalam hatinya.

"Pantas saja disini ada tanaman spritual!"

"Tetapi aku tau, kalian Verta tidak akan menyerahkan Verza kepada pihak lain!" Cakra terkekeh renyah.

"Benar, Ayahanda sangat menyayangi Verza, dia tidak mungkin menyerahkan Verza."

"Tapi aku dengar, Putra mahkota Nazian adalah kekasih dari Putri pertama Verta, bukankah Putri pertama itu adalah kamu?"

"Kak, katamu kamu tidak pernah keluar hutan, kenapa informasi yang kamu dapatkan sangat banyak dan benar?"

"Aku memang tidak pernah keluar hutan, bukan berarti aku tidak tau apa yang terjadi di dunia luar."

"Aku tau lebih banyak daripada kamu."

***

"Kak, apakah tidak masalah jika siluman itu tinggal di hutan Verza?" Balvier kesal karena harus berurusan dengan siluman yang dirumorkan sering melukai manusia.

Dia lebih kesal lagi kakaknya memberikan nama yang bagus untuk siluman itu, bahkan nama siluman tersebut sampai tiga kata.

Sedangkan dirinya hanya Balvier, hanya satu kata.

"Tidak masalah, dia tidak akan menyakiti kita, apalagi rakyat."

"Tetapi banyak orang yang bilang kalau siluman itu sering melukai manusia."

"Menurutmu, beberapa hari ini kita menginap dirumahnya, kenapa dia sama sekali tidak membunuh kita? Karena dia tidak berniat membunuh, Cakra sama sekali tidak berbahaya."

"Tapi kak-"

"Vier, lebih baik kamu tutup mulutmu, jangan sampai ada orang lain yang tau keberadaan Cakra, hanya kita berdua saja yang boleh tau."

Balvier menutup mulutnya rapat-rapat, walaupun hatinya diliputi rasa kesal, dia juga tidak bisa melawan ucapan kakaknya.

"Ramuan yang kakak buat sama siluman itu buat siapa?"

"Buat Leanza.."

"Kakak pertaruhin nyawa datang ke hutang liar kayak gini demi dia?!"

Laki-laki itu tak habis pikir dengan kakaknya, rela mempertaruhkan nyawa demi seorang pria? Walaupun pria itu Leanza, Balvier pikir nyawa Beliver lebih berharga daripada nyawa putra mahkota tersebut.

"Kenapa? Bukankah aku kembali dengan selamat tanpa cacat sedikitpun?"

"Vier.."

"Hm?"

"Apakah kamu tidak tertarik untuk menjadi putra mahkota?"

Langkah Balvier terhenti, pandangan nya kosong kedepan, kejadian itu disaksikan Jeya dari depan.

"Benar, kamu ingin menjadi putra mahkota kan?"

"Tidak!" Balvier menyangkal ucapan Jeya dengan tegas.

"Kamu bisa membohongi ibunda dan ayahanda, tapi aku tidak bisa kamu bohongi."

"Kak, apakah menurutmu aku pantas menjadi putra mahkota?"

"Tentu saja! Kamu adalah putra sah kaisar dan permaisuri, tentu kamu kandidat yang paling cocok untuk menjadi putra mahkota."

"Bagaimana dengan kakak kedua? Dia mengharapkan posisi ini, jika aku berkata ingin menjadi putra mahkota, bukankah kakak kedua akan marah?"

"Untuk apa kamu takut? Vier jika kamu ingin menjadi kuat, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah jangan sampai takut kepada orang lain."

"Dia putra seorang selir, tidak pantas untuk menjadi putra mahkota, sedangkan kamu? Putra sah ayahanda dan itu diakui semua rakyat."

"Lalu bagaimana dengan ibunda?"

"Ibunda hanya takut kamu menjadi seperti ayahanda, selagi kamu tidak menjadi apa yang dia takuti, ibunda tidak bisa melarang kamu."

"Vier, kamu sudah dewasa, sudah saatnya menentukan pilihanmu sendiri, tidak perlu takut kepada siapapun, kakak akan melindungimu!"

Jeya mengerti, tujuannya masuk kedalam novel adalah memberikan ending yang baik untuk semua tokoh didalam ceritanya.

Didalam novel, Balvier diceritakan sebagai pangeran yang gagal, dia hidup didalam tekanan ibu nya, dan tidak pernah menjadi putra mahkota, padahal dia putra sah namun semua orang memperlakukan nya seperti putra selir yang rendahan.

Kali ini Jeya ingin Balvier mempunyai semangat juang untuk menggapai posisi putra mahkota, dan melepaskan belenggu ibu nya.

"Kakak akan melindungiku?" Balvier memandang tubuh Jeya yang sudah berjalan jauh didepan.

Matanya memburam, untuk pertama kali didalam hidup nya, ada seseorang yang mengatakan ingin melindungi nya.

Dulu ibundanya hanya peduli tentang dirinya tanpa memikirkan perasaan nya, ibundanya selalu menekankan jika keluarga kerajaan itu jahat dan dia harus membencinya seperti ibundanya membenci keluarga kerajaan.

Saat itu Balvier yang masih berumur 9 tahun merasa tertekan dengan perbuatan ibu nya, dan berharap ada seseorang yang menolongnya.

"Kakak tunggu aku!"

TBC

WITH YOU FOREVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang