"Liver, aku dengar kamu keluar istana bersama pangeran ke tiga selama beberapa hari?" Leanza berucap dengan tangan yang menuangkan teh kedalam cangkir nya dan cangkir Jeya.
"Iya, aku mencari sesuatu."
"Apa yang kamu cari? Harta Karun?"
Jeya mengeluarkan ramuan yang telah Cakra buat untuknya, dan dia berikan kepada Leanza.
Leanza menyambut ramuan itu, "Apa ini?"
"Ini adalah ramuan tumbuhan spritual, jika suatu saat kamu terkena luka dalam, kamu bisa meminum nya."
"Kamu keluar istana hanya untuk mencarikan ku ramuan tumbuhan spritual?"
Jeya mengangguk membenarkan, dia menunjuk kearah samping, dimana seorang pria sedang duduk, "Apakah kamu mengenal orang itu? Wajahnya seperti tidak asing.."
Leanza ikut menoleh, matanya memicing tajam ketika menyadari siapa orang yang Jeya tunjuk, "Kamu pernah bertemu dengannya?"
"Tidak tau, hanya merasa seperti pernah melihatnya?"
Leanza terdiam, seperti laki-laki itu enggan untuk membicarakan orang tersebut.
Tak lama pria yang tadi mereka bicarakan menghampiri mereka berdua, "Tuan putri pertama?"
Jeya mendongak, "Kamu?.."
"Oh, hamba adalah tuan muda ke dua Niuan, bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?"
Ternyata dia! Dia adalah calon suami Beliver dimasa depan, tuan muda ke dua Niuan.
Pantas saja Jeya merasa tidak asing, karena beberapa hari yang lalu di istana kerajaan dia pernah melihat segerombolan keluarga Niuan berjalan keluar istana.
"Ternyata kamu tuan muda ke dua Niuan, maaf karena aku tidak mengenalimu."
Laki-laki itu tertawa kecil, dan ikut duduk disamping Leanza, "Namaku Caiden Niuan, Caiden yang berarti petarung dan berani!"
Caiden menoleh kesamping, "Dia adalah?"
"Dia Leanza, putra mahkota Nazian."
Leanza mendengus kecil ketika Jeya memperkenalkan namanya kepada pria disampingnya, "Jadi ini adalah putra mahkota, maafkan aku karna tidak mengenali putra mahkota." Caiden berkata dengan ramah.
Mau tak mau Leanza berbalik untuk menjaga image nya sebagai pangeran kerajaan Nazian. Bagaimanapun dirinya adalah tamu di Verta.
"Tidak apa-apa, wajar jika tuan muda tidak mengenalku."
"Oh ya putri, aku datang kesini bersama seorang teman, apakah putri tidak keberatan jika dia ikut bergabung?"
Jeya merasa canggung disini, niatnya untuk bertemu Leanza, malah terjebak didalam keadaan rumit sekarang. Bahkan Caiden ingin mengajak orang lain?
Walaupun hatinya tidak terima, mulutnya mengkhianati, "Tentu saja."
"Dia ada disana, Zedric! Kemari!"
Pria yang bernama Zedric menghampiri meja mereka, bajunya putih dipadukan dengan kulitnya yang seputih susu. Bahkan Jeya tidak menyangka jika pria ini adalah seorang pria.
"Dia adalah Zedric Xilong, teman karibku!"
"Ternyata mereka berteman?"
Zedric membungkukkan tubuhnya kepada Jeya dan Leanza, "Hamba memberikan salam untuk Putri pertama dan Putra mahkota!"
"Jadi, kamu adalah tuan muda Xilong?" Jeya bertanya dengan lugas tanpa menjawab salam dari Zedric.
Zedric duduk disalah satu kursi disana, dan menatap Jeya, "Benar."
"Beberapa hari ini aku dengar Ayahanda memanggil beberapa keluarga Xilong untuk datang ke istana?"
"Benar."
"Apakah itu kamu?"
Kamu' yang berarti apakah Zedric lah yang ingin dinikahkan dengannya.
Zedric terdiam beberapa detik, "Benar."
Merasa diabaikan, Leanza dengan cekatan menuangkan air teh kedalam cangkir Jeya, hingga semua pasang mata tiba-tiba menatapnya.
"Liver, Ibunda sangat merindukanmu, dia berharap agar kamu bisa mengunjunginya.."
Perkataan Leanza seolah berkata jika dirinya dan keluarganya sangat dekat dengan Jeya yang sekarang menempati tubuh Beliver.
"Jika aku punya waktu, aku akan berkunjung ke Nazian."
Suasana menjadi hening setelah itu, keempat orang yang berada disatu meja terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.
"Adik, mengapa kamu disini?"
Suara seorang pria terdengar diantara keheningan mereka, secara spontan mereka berempat menoleh dan menemukan seorang pria yang sedang berdiri sambil membawa seekor burung kecil ditangannya.
"Kakak Cakra, mengapa kamu disini?" Jeya berdiri menghampiri Cakra.
Cakra tersenyum kecil, dia menunjukkan seekor burung yang berada di pelukan nya, "Hugo ingin bertemu denganmu."
Hugo yang merasa disalahkan berkicau pelan, "Bukan aku yang berkata seperti itu!!" Jika saja Hugo bisa berbicara mungkin itulah yang dia katakan sekarang.
Jeya tertawa kecil, dan menggapai Hugo kedalam genggaman nya, "Nama mu adalah Hugo?"
"Benar." Bukan Hugo yang menjawab, melainkan Cakra.
Leanza yang duduk dikursi, mengamati interaksi keduanya. Untuk pertama kalinya dia melihat Beliver berinteraksi dengan pria lain selain dirinya.
"Liver, siapa dia?" Karena tidak tahan dengan rasa penasaran, Leanza bertanya dengan tergesa-gesa.
Jeya menoleh, "Perkenalankan, dia adalah Cakra Ryo Balveer, kakakku."
"Sejak kapan permaisuri mempunyai anak laki-laki, selain pangeran ke tiga?" Caiden membuka mulutnya.
"Ah dia kakak angkat ku!"
Caiden dan Zedric saling pandang, sedangkan Leanza kini sudah termenung sambil menatap wajah Jeya.
Menyadari jika suasana menjadi canggung, Cakra berkata dengan wajah yang lempeng.
"Apakah aku sudah menganggu waktu adik?"
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU FOREVER
Viễn tưởng'Bersamamu selamanya' bukan hanya sekedar janji manis yang terucap dibibir lalu dilupakan, mereka berjanji untuk sehidup dan semati bersama. Entah itu didunia atau di akhirat Pangeran Leanza akan terus menemani putri yang sangat dia cintai, Beliver...